Tuesday, March 15, 2011

Harta Karun Lemari Jadoel

Sabtu kemarin saya bebenah, membereskan dua ruang kerja saya di rumah yang berantakan penuh barang dan buku, dan memasukkan sekaligus merapikannya kembali dalam ruang perpustakaan pribadi yang baru jadi. Saya sudah mau putus asa melihat begitu banyaknya buku yang harus saya rapikan, belum lagi tumpukan kertas dan barang-barang yang dulunya berhasil saya sembunyikan di antara sela-sela laci lemari buku yang lama tapi tekad saya agar semuanya selesai dalam waktu setengah hari membuat saya terbangun pagi-pagi dan mulai membongkar satu per satu mulai dari tumpukan buku terdekat.

Saya cukup kaget sekaligus kagum melihat harta karun yang saya temukan dari onggokan kertas di dua ruangan. Saya menemukan setumpuk surat cinta yang saya kumpulkan dari waktu saya masih di sekolah menengah pertama hingga menjelang kuliah, sebelum akhirnya putus dari kisah asmara jarak jauh yang tak tentu ujung pangkalnya. Tumpukan itu langsung saya buang tanpa saya baca lagi karena tak sanggup membayangkan betapa konyol isinya penuh dengan janji-janji cinta monyet. Saya juga menemukan beberapa surat mendiang ayah dan nenek saya yang seketika itu juga membawa kembali kenangan indah bersama mereka. Saya lalu membuat sebuah file khusus untuk menyimpan surat-surat tersebut. Saya juga cukup kaget bahwa di sela-sela tumpukan kertas itu menyembul pas foto tetangga dan teman baik saya sejak SD yang hingga detik ini masih intens bertukar kabar. Saya lalu memotret pas foto itu dan mengirimkan lewat blackberry messenger kepada teman saya yang sekarang sudah menjadi seorang ibu yang cantik jelita dengan dua anak menjelang dewasa dan ketawa ketiwi atas foto yang sudah berumur lebih dari 30 tahun itu.

Secara ringkas, saya kagum dan terpesona, atas banyaknya "sampah" dan "harta karun" yang saya kumpulkan selama ini. Barang-barang itu memiliki "nilai historis" tersendiri bagi saya dan saya bawa-bawa dari Malang ke Salatiga ke Malang ke Jakarta dan berpindah rumah dari tempat kakak saya ke tempat kos ke rumah pertama saya di Cinere dan akhirnya di rumah yang sekarang. Tadi pagi, saya juga membongkar sebagian lemari pakaian saya, dan menghasilkan dua kantong pakaian yang juga saya bawa-bawa dari rumah ke rumah.

Saat melihat semua harta karun yang sudah saya tata ulang dan sebagian (besar) masuk dalam dus dan kantong plastik, tiba-tiba terbersit : waaaah, kalau dibilang bahwa rumah dan isinya itu cerminan kehidupan kita, aduh betapa runyamnya kehidupan saya : isinya sebagian besar "sampah" dan "harta karun" dari masa lalu yang saya bawa ke mana-mana dan sebagian besar sudah kadaluarsa, usang, tidak pernah saya pakai lagi, tapi for the sake of memory, saya membebani diri saya untuk membawanya kemana saya pergi. Kira-kira begitu juga kah hidup saya?

Jawabnya kurang lebih sama dengan isi lemari saya. Saat saya terdiam sejenak selama 10 menit di pagi hari tadi sebelum berangkat kantor, saya menyadari bahwa pikiran dan hidup saya saat ini isinya sebagian adalah "sampah" dan "harta karun" masa lalu yang membebani dan membuat berat langkah sehingga hidup ini terasa berat, terseok dan tidak memiliki energi lagi. Saya lalu berpikir, kalau semua "sampah" dan "harta karun" masa lalu itu saya buang seperti yang saya lakukan dengan barang-barang dan baju ini, bagaimana ya jadinya? Sejujurnya, saya sungguh lega melihat lemari perpustakaan saya sekarang bersih, rapi dan ringkas. Rasanya ruangan juga menjadi lega dan saya juga memperoleh berbanyak space kosong untuk buku-buku baru saya kelak. Mungkin itu yang akan terjadi kalau saya membuang semua ketakutan, kegagalan dan kepahitan masa lalu : saya menjadi lega, dan punya space untuk berbagai hal baru. Karena semua beban itu "dibuang", maka saya akan merasa ringan dan punya tenaga lagi untuk melangkah...

Saya jadi semangat! Pulang nanti saya melanjutkan aksi sapu jagad yang tadi terhenti karena harus berangkat kantor. Saya juga mau menyapu jagad ruang yang ada di jiwa ini agar punya tempat bagi masa depan dan kehidupan yang lebih exciting ketimbang dibebani masa lalu dan ketakutan-ketakutan yang tak beralasan. Saya membayangkan, hati dan kehidupan saya jadinya lebih bersih, lebih rapi dan lebih legaaa....

No comments: