Saya menonton film "The King's Speech" yang dimainkan dengan sangat luar biasa oleh Colin Firth. Tak heran kalau ia kemudian memenangkan Golden Globe untuk perannya sebagai Raja George VI, ayahanda Ratu Elizabeth II yang sekarang bertahta.
Diceritakan kalau Sang Raja menaiki tahta tanpa rencana. Yang seharusnya naik adalah kakaknya yang memilih menikah dengan seorang janda Amerika. Sebagai calon raja di peringkat ke dua, ia tak punya pilihan lain untuk menerimanya, padahal sebagai raja, ia punya cacat yang luar biasa mengganggu pekerjaannya : gagap. Permaisuri pun lalu mencari berbagai terapis namun selalu gagal, sampai akhirnya ia menemukan nama Lionel Logue (Geoffrey Rush), seorang ahli terapi bicara asal Perth, Australia yang nyentrik. Lionel lah yang berhasil membimbing Bertie, nama rumah sang raja, mengatasi kegagapannya.
Sepanjang film rasanya saya melihat diri sendiri yang sering dihadapkan dengan ketakutan-ketakutan saya sendiri yang menghambat kemajuan saya. Orang yang gagap ternyata tidak tergagap dalam membaca ketika telinganya tidak dipekaki oleh suara musik klasik sehingga tidak dapat mendengar suaranya sendiri. Begitu emosi dan ketakutan merasuki kalbu, saat itu juga ia mulai tergagap kembali. Maka cara terbaik untuk mengatasi luapan emosi adalah mengalihkan perhatiannya dari ketakutan dan emosinya ke hal-hal yang menenangkan dan membuatnya nyaman.
Orang yang mengenal saya mungkin heran kalau saya bilang saya sering punya masalah menaklukkan ketakutan saya sendiri. Contohnya saja dari luar, tampaknya saya santai-santai dan beran-berani saja tapi saya sering takut ini takut itu. Bahkan takut menelepon karena takut salah waktu atau salah ucap. Meskipun bergerak di bidang komunikasi, saya merasa kemampuan komunikasi untuk urusan pribadi saya kacau sekali. Tapi itulah saya yang sebenarnya.
Film ini sungguh membuka mata bahwa kegagalan yang terbesar dalam hidup ini diakibatkan karena ketakutan terhadap diri sendiri yang tidak teratasi, dan satu-satunya jalan yang harus dilakukan adalah menghadapinya sendiri pula. Lionel mengajak mantan the Duke of York itu untuk kembali dan menghadapi trauma masa kecil dan meyakinkan dirinya bahwa apa yang dikhawatirkan dan ditakutkan sudah tidak ada lagi. Awalnya sulit sekali menguak masalah pribadi apa lagi berurusan dengan pewaris tahta kerajaan Inggris, namun cara yang blak-blakan dan tulus membuktikan bahwa baja setebal apa pun terkoyak dan terbukalah mata hati yang bertahun-tahun terluka. Begitu luka itu tersembuhkan, bersinarlah kualitas negarawan sang raja yang memang telah mendedikasikan hidupnya bagi bangsa dan negara...
Kalau ada waktu, saksikan filmnya, dijamin terinspirasi....
No comments:
Post a Comment