Tuesday, April 25, 2006

Inspirasi Dunia Layar (a+ September 2003)

Inspirasi Dunia Layar


Dari keseluruhan film “How to Lose A Guy in 10 Days,” yang paling saya ingat adalah bagaimana sebuah perusahaan perhiasan mengadakan suatu acara untuk memperkenalkan, dan menjual barang-barangnya ke khalayak sasaran. Dalam sebuah adegan di film itu, si pengusaha mengambil resiko besar untuk mengenakan koleksi termahalnya di badan para tamu terpilih sehingga para tamu cantik itu tidak hanya bisa mengkhayal, tapi benar-benar merasakan menggunakan permata pilihannya, selama acara berlangsung. Dan kalau kilauannya menambah cemerlang penampilannya lalu membuat ratusan pasang mata lain kian berkilau karenanya, bukan tak mungkin si pemakai dibuat tak berdaya untuk membawa pulang sang perhiasan, dan meninggalkan setumpuk uang bagi si pengundang.

Sepulang nonton, saya bukannya mendiskusikan jalan cerita si film, malah berkhayal untuk melakukan yang sama untuk produk berbeda di Indonesia. Semakin berkhayal, semakin detil dan seru rencana yang saya buat, lalu tinggal menunggu “korban” siapa klien yang mau membeli ide cemerlang ini.

Ide membuat suatu launch dengan gaya “Moulin Rouge” juga hampir terjual bila klien saya tidak mengubah strategi karena budget yang turun terpaksa berkurang. Tadinya kita sudah berdebat seru, siapa yang akan menjadi Nicole Kidman, bergelantungan menyisir para tamu dengan gaya yang seronok.

Dalam banyak hal, film yang kita saksikan saat ingin lari dari kejenuhan sehari-hari, justru merangsang otak kita untuk menghubungkannya dengan hidup dan pekerjaan kita. Banyak film yang bercerita tentang profesi tertentu, dokter, konsultan hokum, praktisi bursa, sampai ke dunia iklan dan kehumasan. Dalam film ringan “the American President” misalnya, saya banyak mendapat masukan tentang cara kerja tim humas kepresidenan dalam menangani suatu issue tertentu.

Saya juga pernah sangat terinspirasi dengan film “Father of the Bride” dan menerapkan keindahan dan keromantisannya untuk pesta pernikahan saya sendiri. Nobody ever forgets that beautiful moment, bahkan setelah semuanya berakhir.

Tukang mimpi kah saya? Maybe yes, maybe not. Mungkin saya sekedar menyerap beberapa hal sekaligus saat menonton film. Kerenyahan ceritanya, keindahan bintang dan settingnya, dan hal-hal lain yang kadang hanya pendukung, namun memberi banyak masukan untuk kehidupan keseharian dan pekerjaan saya.

Saya pernah sebal setengah mati dengan film macam Matrix Reloaded dan The Lord of the Ring yang main potong saja untuk mengakhiri filmnya. Tapi dari situ saya jadi terinspirasi, bahwa inilah hidup. Kadang kita tidak bisa menerima kenyataan, bahwa sesuatu yang berakhir terpotong di tengah jalan tetaplah akhir dari suatu kejadian. Inspirasi yang sebetulnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan film yang saya tonton!
So, the next time you watch a movie, broaden your horizon. Jangan terpatok pada dimensi cerita saja, tapi perhatikan unsur lain yang mendukungnya. Siapa tahu muncul ide segar, bukan dari cerita utama, tapi detil yang terkecil dari film itu, atau sebersit kalimat yang diucapkan “sambil lalu” oleh seorang peran pembantu, yang kalau diwujudkan, bisa menambah tebal dompet Anda..

No comments: