Ketika menemani keponakan saya Ella mengelilingi mall di Jakarta sebelum besok kembali ke Australia, saya tertarik akan sebuah kaos bergambar harimau dan tiba-tiba terbersit niat untuk ikut meramaikan tahun baru Cina besok pagi dengan mengenakan kaos tersebut, mengingat besok adalah awal dari Tahun Macan. Saya lalu mencoba ukuran S, namun terasa agak longgar. Karena ukuran XS nya habis, maka saya mencoba ukuran XS dari desain lain sekedar untuk tahu apakah ukuran ini lebih pas di tubuh saya. Dan tenyata memang demikian. Sang pramuniaga lalu menyarankan untuk mendatangi counter kaos tersebut di beberapa mall yang lain. Karena sedang program keliling, maka saya meluncur ke Grand Indonesia.
Sesampai saya di Grand Indonesia, saya langsung menuju ke counter kaos tersebut di Seibu, namun rupanya model tersebut sudah habis, dan saya diarahkan ke outlet yang tak jauh dari Seibu. Di outlet tersebut, saya langsung melihat model yang saya tuju, dan menanyakan apakah ada ukuran XS nya. Sang pramuniaga dengan wajah datar mengatakan tidak ada. Saya bilang coba lihat dulu. Dengan enggan dia membongkar tumpukan kaos di bawahnya. Baru dua lembar, maka terlihat ukuran XS yang dibilang tidak ada. Sambil mencoba, saya merasa heran ada orang kerja kok malasnya seperti ini. Bukannya mestinya senang kalau barangnya laku, ini malah seolah tak peduli. Padahal di toko tersebut, cuma ada saya dan Ella.
Saat kantor saya mengadakan early valentine lunch di resto sebelah kantor, kami dilayani dengan ogah-ogahan karena kami minta setiap pesanan dicatat terpisah karena kami akan membayar sendiri-sendiri. Dia bilang, tidak bisa. Saya bilang, kok lagi itu bisa? Dia jawab sekenanya, sekarang sedang ramai. Lama-lama saya teriak juga, cukup kencang sampai sang pemilik mendengar: Wah, kalau saya punya pegawai seperti ini sudah saya pecat! Ajaibnya, langsung seketika itu juga sistem pembayaran satu persatu itu bisa dilakukan.
Saya jadi menarik napas. Kok banyak sekali yang pemalas ya. Malas berpikir, dan malas bertindak. Sudah digaji untuk melakukan tugas, tapi masih saja tak melakukannya seoptimal mungkin. Kalau bisa makan gaji buta, lebih baik. Kalau bisa diperlama, kenapa dipercepat? Kalau bisa dikerjakan besok-besok, kenapa harus diselesaikan sekarang? Kalau perlu, lebih enak tidak dikerjakan sama sekali...
Tapi saya pikir-pikir lagi, saya ini di luar pekerjaan, sama saja dengan mereka. Suka malas bergerak. Kalau dihitung-hitung, hutang saya pada teman dan keluarga ini sudah banyak sekali. Hutang bertemu saja sudah tak terhitung banyaknya. Ada yang bahkan sudah lebih dari sekian tahun, janji tinggal janji. Selalu dijadwal ulang. Hutang mau menengok keluarga juga sampai sekarang tidak terpenuhi. Tante saya sampai kehilangan akal atas janji-janji saya mau datang mengambil asinan yang dibuatkannya bahkan sampai asinan itu basi dan kadaluarsa. Saya juga janji untuk membalas email secepat mungkin pada Gillian Weber, sahabat keluarga yang selama di Perth kemarin sudah begitu banyak memberikan pencerahan batin pada saya. Nyatanya, sampai saat ini saya belum menulis sepatah kata pun padanya. Selain itu, saya sudah menunda hampir setahun janji saya untuk membongkar isi lemari, menyeleksi baju dan celana untuk diberikan kepada fakir miskin. Saya sering menunda menelpon Ibu saya sekedar menanyakan kabar sampai Beliau yang menanyakan kok saya ini tak ada kabarnya.
Intinya, semua saya tunda-tunda. Saya baru menyesal kalau sudah terlambat. Teman saya sudah keburu pindah, atau menjadi jauh, atau ayah sudah keburu meninggal, sehingga janji-janji saya tidak dapat terpenuhi lagi.
Saya tidak tahu apakah yang menyebabkan datangnya kemalasan itu. Kadang, rasa malas itu datang dengan adanya godaan mengerjakan hal lain yang lebih santai dan enak. Tapi hari ini saya disadarkan untuk membabat rasa malas sehingga saya dapat berinteraksi lebih baik dengan teman dan handai tolan. Kalau beberapa waktu yang lalu saya diingatkan untuk lebih proaktif berkomunikasi dengan mereka, hari ini saya diingatkan untuk segera membayar janji-janji saya kepada mereka. Janji untuk bertemu, janji menelpon, janji ini janji itu. Semoga Tahun Baru (Cina) ini menjadi detik pengubah dalam hidup saya, menjadi lebih rajin, tidak hanya untuk urusan pekerjaan namun juga untuk urusan pribadi...
No comments:
Post a Comment