Wednesday, February 24, 2010

24 Februari : Asal

Pagi ini ketika mata masih berat untuk dibuka, saya bangun dan seperti robot langsung melakukan aktivitas rutin. Saya lupa berdoa, dan ketika ingat saya segera kembali sejenak ke tempat tidur, sambil seadanya mengucap doa, dan langsung melanjutkan aktivitas. Di mobil, secara tidak sengaja, saya salah mengambil buku, dan membuka sebuah lembar doa yang saya print dari hasil forward teman. Ketika melihat doa pagi yang begitu indah yang dikarang oleh mendiang Paus Johannes Paulus II, saya tertegun.
Iya ya, kalau diperhatikan beberapa waktu belakangan ini, doa saya semakin asal-asalan dan malas sekali. Padahal beberapa minggu yang lalu saya diingatkan untuk berdoa di setiap kesempatan.

Saya mencoba doa di setiap kesempatan, tapi doanya singkat sekali, dan bunyinya, Tuhan saya mau melakukan ini, Tuhan saya mau melakukan itu. Itu pun kalau ingat. Kalau tidak, ya lewat saja kesempatannya. Padahal, saat saya dilanda sakit atau kesulitan, waduh, doa novena dan koronka tak pernah terlambat pagi siang malam. Rajin dan khusuk. Kini ketika suasana adem ayem, saya kehilangan rasa khusuk itu, karena cenderung malas dan asal asalan saja.

Saya jadi tertegun dan menarik napas panjang. Sambil mengetuk kepala botak dung dung dung! saya menegur diri sendiri. Kenapa saya jadi seperti ini? Rasanya doa itu jadi jauuuuuh sekali, padahal dulu saat berdoa khusuk rasanya dekat dengan Tuhan dan komunikasinya lancar. Akhirnya saya memahami, saya ini mualas. Perlu dipecut Tuhan supaya melek dan aktif khusuk berdoa.

Kemarin malam, saat bertemu dengan teman SMA saya Anita setelah bertahun-tahun tidak berjumpa, hal pertama yang dikeluarkan dari tasnya adalah sebuah buku. Ia memberi saya buku berjudul "Dia dan aku" sebuah kisah kesaksian Gabriella Bossis mengenai kasih Allah. Gabriella Bossis menerima karunia Wahyu Allah. Bagian pertama buku itu ternyata tentang doa. Saya kutipkan sedikit dari berbagai paragrafnya:

"Aku lebih menyukai bila orang tidak berdoa dengan menghafalkannya. Bila perhatianmu tidak ada pada waktu berdoa, maka hal itu juga tidak berarti apa-apa bagiKu.

Apakah sukar sekali untuk berbicara denganKu? Berdoa janganlah menjadi sesuatu yang melelahkan bagimu. Mengapa kamu harus memaksakan diri? Berdoalah dengan sederhana saja, berdoa secara menyenangkan, buatlah seperti engkau sedang berbicara denan seorang di dalam keluargamu.

Bagaimana engkau harus berbicara denganKu? Dengan kalimat-kalimat pendek, jangan susah-susah, karena semakin sederhana doamu itu, maka semakin banyak pulah kasih di dalamnya.

BagiKu, bukan apa yang kau katakan kepadaKu yang membuat Aku senang mendengarkanmu, melainkan kenyataan bahwa engkau mau berbicara denganKu.

Memang benar, ucapan terima kasihmu dan puji-pujianmu sanat Aku hargai. Tetapi apa yang lebih Kucari darimu adalah persatuan dari hati ke hati, dan ucapan-ucapan penyerahanmu kepadaKu.

Janganlah beranggapan membuang-buang waktu bila engkau beristirahat sebentar untuk mengasihiKu, untuk menghormatiKu. Berceritalah tentang dirimu. Itulah yang sebenarnya disebut doa.

bila engkau tidak melakukan doa, maka sama halnya engkau tidak menepati suatu janji yang kau buat atau terlambat datang pada sebuah janji. Tidak ada pekerjaan lain yang lebih penting daripada doa.

Aku akan selalu datang lebih dahulu untuk memenuhi janjiKu, meskupun terkadang Aku membiarkanmu mencari-cari Aku."

Sambil merenungkan kalimat-kalimat di atas, saya mencoba menelaah kemalasan saya selama ini. Mungkin karena pakem-pakem doa yang ada di agama saya memang panjang-panjang dan perlu waktu khusus untuk mendoakannya. Tapi kalau dipikir lagi, kalau saya berkomitmen, maka semua itu tidak menjadi masalah. Kalau saya bisa berkomitmen selama dua bulan ini untuk setiap hari menulis di blog ini, kenapa saya tidak bisa melakukan yang sama untuk Tuhan? Saya ingat mendiang ayah saya yang begitu rajinnya setiap hari menyediakan waktu untuk berdoa dan saat menjelang ajal, Beliau diberi kemudahan dan keindahan luar biasa dalam melangkah ke alam baka.

Saya bersyukur kepada Allah yang ternyata sudah terlebih dahulu memperhatikan kegundahan saya yang mengkhawatirkan betapa saya semakin tidak khusuk dan asal-asalan dalam berdoa. Saya diberi petunjuk melalui sebuah buku baru yang memberi siraman batin mengenai bagaimana berkomunikasi padaNya. Bahwa berkomunikasi dengannya tak perlu rumus dan pakem yang rumit. Cukup dengan kesungguhan hati. Buku yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya karena kalau dilihat dari bentuknya dan kalau saya melihatnya di toko buku pasti tidak akan saya sentuh. Tapi nyatanya buku itu "datang" sendiri pada saya, dan yang lebih hebat lagi, Allah sudah mengatur kapan buku itu sampai kepadaku. Kalau saja buku itu tiba nya saat sedang beribadah dengan benar, tentu tidak ada artinya.

Hari ini pipi saya ditepuk halus oleh Tuhan, melalui kesadaran dan buku baru yang diberikanNya pada saya, yang diawali dari salah mengambil buku. Mulai sekarang, saya akan kembali lagi menegakkan doa dengan sebagaimana mestinya saya melakukan komunikasi yang hangat dan penuh hormat terhadap Allah.

o ya, Anda mau tahu barisan doa yang diciptakan sang mendiang Paus? Ini dia saya bagikan pada Anda, agar kita bisa bersama sama melafalkannya di pagi hari. Doanya sederhana dan universal sehingga bisa didoakan menurut kepercayaan kita masing-masing, dengan sedikit modifikasi. Semoga kasih Allah melingkupi dan membimbing hidup kita pada kedamaian dan kesejahteraan Abadi.

DOA PAGI SEBELUM MEMULAI SEGALA AKTIVITAS.

Allah Bapa di dalam surga,
aku bersyukur atas berkatMu hari ini di mana aku masih bisa melihat dan mendengar.
Aku sungguh terberkati karena Engkau adalah Allah yang Maha Pengampun dan Maha Mengerti.
Engkau sudah berbuat begitu banyak dan mengampuni begitu banyak bagiku.
Ampuni aku untu semua pikiran, perkataan dan perbuatanku yang tidak berkenan bagiMu.
Saat ini aku mohon pengampunanMu.

Lindungi aku dari segala mara bahaya.
Tolonglah aku untuk memulai hari ini dengan sikap positif dan penuh rasa syukur.
Biarkan aku melakukan yang terbaik setiap saat sehingga pikiranku terbuka untuk mampu mendengarkan firmanMu.
Hohon kembangkan wawasanku sehingga aku mampu menerima segala sesuatu yang berbeda dengan pandanganku sendiri
Jangan biarkan aku menginginkan dan mencampuri segala sesuatu yang berada di luar kemampuanku.

Bantulah aku memandang dosa dari sisi pandanganMu dan menghujatnya sebagai perbuatan setan.
Dan bila aku berdosa, bantulah aku untuk mengakuinya lewat mulutku kepadaMu sehingga aku patut menerima pengampunanMu.
Dan bila dunia ini seakan memusuhiku, bantulah aku untuk mencontoh Yesus :
mencari tempat yang sunyi untuk berdoa.
Inilah cara yang terbaik bila aku terdesak dalam situasi yang melampaui batas kemampuanku.
Aku tahu bila aku tidak mampu berdoa, Engkau tahu apa yang ada di dalam hatiku.
Aku berserah padaMu.

Berkati aku sehingga aku bisa jadi saluran berkat bagi orang lain.
Kuatkan aku hingga aku bisa menolong yang lemah.
Bangkitkan aku hingga aku bisa memberi semangat kepada oang lain yang sedang dalam keadaan frustrasi dan tertekan.

Aku berdoa bagi mereka yang sesat jalan hidupnya.
Aku berdoa bagi mereka yang tidak mengerti atau salah pengertian tentang ajaranMu.
Aku berdoa bagi mereka yang tidak mau percaya padaMu.

Aku bersyukur karena aku sungguh percaya padaMu.
Aku percaya bahwa Engkau megnubah orang-orang dan segala sesuatunya.
Oleh karenanya aku berdoa bagi sanak keluargaku agar mereka Kau karuniai kedamaian, saling mengasihi satu sama lain serta kesejahteraan dan kebahagiaan dalam rumah tangga mereka.
Aku berdoa semoga setap orang yang mendapatkan doa ini menjadi sadar bahwa di dalam Engkau tidak ada maslah yang tdak akan terpecahkan.
Semua perjuangan hidup terletak pada kekuasaanMu.
Aku berdoa agar semua mata yang bisa melihat dan mulut yang bisa berbicara mampu menyebarkan dan bersaksi akan kebesaranMu.
Di dalam Nama Yesus Kristus aku panjatkan doa ini kehadiratMu.
Amin.

Johannes Paulus II.

No comments: