Monday, February 15, 2010

15 Februari 2010 : Galak

Dalam sebuah buku saku lost and found terdapat sebuah tulisan : I lost my favorite tree in our back yard as a result of a lightning storm, I found a view of the golf course I never knew existed. Dalam rangka menemukan "lapangan golf yang tak pernah saya lihat sebelumnya" inilah, saya membuka diri dan hati. Saya tidak pernah putus asa dengan harapan suatu saat saya akan mendapatkan seorang soulmate sejati.

Dalam pencarian itu, saya memang kemudian segera bertemu dengan beberapa orang yang pada awalnya membuat saya merasa nyaman di dekatnya. Saking nyamannya, saya juga memperkenalkan blog ini kepadanya, dan saya mendapat komentar-komentar yang membangun agar blog ini menjadi lebih menarik. Namun, karena blog ini berisi pelajaran apa yang saya dapat di hari ini, blog ini juga sedikit banyak menyentuh titik kehidupan tempat saya memperoleh pelajaran hidup. Jadi, sedikit banyak, melalui blog ini, pembaca tahu apa yang sedang terjadi dalam hidup saya, termasuk ketika saya sedang kangen dengan seseorang atau yang lain. Ternyata, saya mendapat komentar yang membuat saya merasa tidak nyaman. Dia bilang, mulai sekarang, jangan ingat dia lagi ya. Saya jadi berpikir, waduh, kok perasaan diatur-atur begini ya. Ini baru di awal, bagaimana jadinya nanti? Lalu, pagi ini teman saya yang lain memberi komentar yang kurang lebih "mengultimatum" bahwa saya harus mengganti "utang" valentine dinner dengannya, which I don't mind, kecuali mungkin cara ia mengungkapkannya membuat saya yang sensitif soal ultimatum begini menjadi menyala lampu merahnya.

Saya tahu, setelah ini saya bakal diadili. Tapi ini adalah soal pelajaran buat saya sendiri juga, karena saya merasa sungguh mengganjal. Saya kemungkinan akan menerima alasan bahwa apa yang diungkapkan adalah dalam rangka bercanda. Well, saya tidak pernah membuat candaan soal hidup ini, apa lagi cinta dan perasaan. Karena itu segala hal yang berurusan dengan hidup dan hati sering kali bocor, masuk tanpa tersaring. Mungkin ini salah, tapi bagi saya hidup ini memang tidak pernah mudah, karenanya saya tidak pernah main-main.

Saya lalu merenung. Kalau mau jujur, dulu saya juga tidak ada bedanya. Ketika punya pasangan, kerjanya melarang dan mengancam. Kalau saya telaah lebih lanjut, mungkin karena saking sayangnya, sehingga tak ingin berbagi dengan orang lain. Kenyataannya, segala larangan dan ancaman tak ada gunanya, bahkan mungkin membuatnya lebih jauh dan semakin menghindari saya. Kalau saya ingat-ingat lagi, larangan kepada mantan dulu sampai termasuk batas kerja malam (mantan dulu kalau bekerja tak kenal waktu), weekend hanya untuk kami berdua, kecuali kalau sedang darurat, itu pun saya yang mengantar dan menjemput dia bekerja, kalau keluar kota, kalau perlu saya ikut, jadi bodyguard. Tak suka kalau ia ikut gym di mal-mal karena isinya orang lirik kanan kiri saja. Tapi, sebaliknya dia juga melakukan hal yang sama. Tidak senang kalau saya pergi dengan teman-teman yang katanya sangat superficial, sehingga saya jadi kuper. Dilarang sering-sering ke mal, karena takut diajak flirting orang di sana. Dan banyak lagi larangan-larangan yang kalau dilanggar menjadi gawat karena larangan-larangan tersebut sudah satu paket dengan kemarahan dan hukuman. Sekarang saya bisa merasakan betapa tidak nyamannya dilarang-larang seperti itu, dan menyesali sudah melakukan hal yang buat saya tidak nyaman kepada mantan. Kalau saja dulu saya tidak melakukan seperti itu, mungkin sampai saat ini dia masih di pelukan saya. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, jadi saya mau bikin bubur yang enak saja...

Saat ini saya disadarkan bahwa kalau kita mencintai seseorang dan ingin agar orang yang kita cintai itu selamanya ada di sisi kita, maka yang terpenting adalah bagaimana membuat agar bara itu tetap berkobar di hati kita berdua. Saya sempat memperhatikan episode suami-suami takut isteri di Trans TV yang isinya menggambarkan bahwa hidup bersama isteri itu penuh tekanan, dan ketakutan-ketakutan. Tiap detik, isinya digalakiiiiin melulu oleh isteri-isteri yang siap menjadi algojo begitu ada gerakan yang keliru. Kenyataannya, para suami yang terpasung itu, tetap saja lirik kanan kiri begitu sedikit saja berada di luar radar isteri. Sama seperti seorang teman yang saya kenal baik, dan begituuu takutnya sama isterinya, apa-apa mesti telepon melapor dan dicheck. Kalau bicara pada isterinya... waah, santunnya bukan main, tapi kuping saya juga tak kalah capeknya mendengar rayuan gombal yang berbusa-busa keluar dari bibirnya kepada tak tahu siapa itu di balik telepon. Saya sering marah-marah kalau dipakai tameng pada isterinya : perginya sama Tjandra, padahal saya sama sekali tak tahu-menahu dan bertanggung-jawab atas kelakuannya di luaran.

Jadi, tak ada gunanya buat ultimatum ini dan itu, karena semakin dijerat, semakin liar dan buas saat terbebas. Sama seperti anjing herder ayah saya dulu, si Boy, yang kerjanya dikandangi sepanjang hari, dan baru dilepas di malam hari, tanpa ada orang yang berani mendekat saking buasnya, kecuali pembantu saya almarhumah Supinah yang sudah seperti pawang bagi si Boy - itu pun tak lepas dari carut marut gigitan dan cakaran si Boy.

Saya jadi teringat akan sebuah kejadian, saat teman saya minta nasihat bagaimana membina hubungan yang baik. Saat itu saya bilang, waduh kamu ini salah alamat, tapi karena ditanya saya minta waktu 10 menit untuk merenungkan. Di akhir tenggat waktu, saya mengatakan pada teman tersebut: Oke, dari pengalaman yang saya peroleh selama ini, saya mendapatkan 6 hal yang paling penting dalam sebuah hubungan :

1. Passion. Bara dan setrum cinta, semua unsur-unsur kimia jiwa raga bekerja bersama membangun chemistry yang membuat saya dan pasangan tanpa perlu disuruh jadi lengket bagaikan magnet.

2. Commitment. Tanpa komitmen, ya tak ada ikatan kasih.

3. Trust. Ada cinta, ada komitmen tapi kalau tidak kepercayaan ya tidak jadi apa apa juga. Jadinya curigaaaa melulu, cemburuuuu melulu...

4. Balance. Bukan berarti bahwa saya punya seratus, situ juga harus punya seratus, tapi saling mengisi, mengimbangi kekurangan masing masing dengan tulus dan ikhlas.

5. Effort. Those small things that keep the fire alive. Candle light dinner, sms cinta, kado kecil dan perhatian kecil-kecil, semuanya yang menjaga bara asmara tetap menyala. Dari kelima unsur ini, kalau passion tidak ada, maka effort bisa jadi unsur penyeimbang, tapi sampai kapan? Kalau tiba-tiba ketemu orang lain yang unsur passionnya besar, effort yang tadinya ditujukan kepada pasangan pertama segera pindah tangan ke pasangan yang memiliki passion.

Detik ini, saya perhatikan lagi. Dari ke lima unsur yang saya buat sendiri lebih dari 10 tahun yang lalu ini, tidak ada tuh yang memasukkan unsur melarang ini dan itu, mengultimatum ini dan itu. Semuanya serba positif, dan semuanya serba atas kemauan sendiri melakukan setiap unsurnya. Tidak ada unsur paksaan. Lalu mengapa dalam berhubungan saya memasukkan unsur ancaman dan intimidasi? Waduh, selama ini saya salah konsep. Apa ya yang merasuki otak saya sehingga bisa berkesimpulan kalau mau dia tetap sama saya ya nggak boleh ketemu teman-temannya, gak boleh ini gak boleh itu. Padahal, yang namanya magnet itu bersatu dengan sendirinya, biar mau ditarik sekuat apapun, daya bersatunya kuat sekali. Jadi kesimpulannya, tidak dilarang-larang bukan berarti kitanya tidak peduli, namun justru memberi dia ruang gerak yang cukup leluasa karena percaya bahwa kemana pun ia pergi, pulangnya ke saya juga, nyamannya ke saya juga, dan nikmatnya ke saya juga, sehingga dia tidak akan berniat "macam-macam". Kalau sampai dia selingkuh, saya lah yang pertama kali patut dipertanyakan, jangan-jangan ada yang saya lakukan yang justru menghalau dia pergi. Kecuali kalau sudah dicheck dan semuanya benar, baru tanya jangan-jangan ada yang tidak beres dan salah di pihak pasangan. Mau dikerangkeng bagaimanapun juga, kalau sifatnya sudah mendarah daging ya akan lepas juga...

Maka hari ini saya disadarkan, kalau dapat pasangan lagi, saya tidak akan bikin ultimatum ini itu. Saya mau mengikat pasangan saya dengan cinta kasih, bukan dengan tekanan dan ketakutan. Pokoknya semua mengarah pada usaha yang membuat kekasih jadi kangen dan betah, dan tak mau pindah ke lain hati...

No comments: