Tuesday, February 23, 2010

23 Februari 2010 : Calon

Hari ini, saya membuat pusing Account Manager di kantor. Saya berencana untuk membuat sebuah kegiatan memasak yang inspiratif, eksperimentatif, imajinatif dan segar. Kegiatan ini tidak dimaksudkan agar peserta menjadi ahli memasak - apalagi untuk orang-orang semacam saya yang tidak bisa memasak dan menjahit, namun lebih dari segi experience nya dan dari segi memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan dari kegiatan memasak ini. Oleh karenanya, saya ingin menghadirkan seorang ahli memasak yang menarik, bukan cuma pandai memasak. Saya terpikir Farah Quinn. Dia cantik, mungil dan segar. Saya memang tidak tahu apakah masakannya enak atau tidak, tapi bukan itu yang saya perlukan darinya. Ia bisa membuat suasana menjadi segar dan hidup, dan membuat acara tersebut unik dan memorable. Perannya dia dalam acara saya bukan untuk mendemokan kehebatannya memasak, tetapi berkeliling di antara peserta, mengarahkan, memberi komentar dan ide yang menggoda, dan men-challenge mereka agar berpikir segar dan kreatif.

Sayangnya di tanggal yang diinginkan, dia tidak available. Maka harus dicari pengganti. Muncul berbagai usulan, namun ternyata tidak mudah mencari orang yang bisa mewujudkan peran yang tepat. Sampai saat ini, rekan-rekan kerja saya masih berputar otak dan browsing, siapa yang bisa dijadikan calon yang tepat. Saya sih berpikirnya perempuan, cantik, menggoda tapi tidak murahan, dan bisa men-challenge peserta dengan charm nya. Kalau Anda punya calon, tolong saya diberi tahu.

Saya juga pernah ber-angan mengadakan sebuah acara talkshow seri di televisi untuk salah satu klien dengan mengadaptasi Oprah Show. Sayangnya, tidak ada yang bisa menjadi Oprah nya Indonesia. Kalau tidak sang calon terlalu selebriti, maka calonnya mantan wartawan yang kurang bisa luwes dan connect dengan audiens sebagai rakyat biasa. Oprah bisa membawakan dirinya dengan baik, berkomunikasi dan connect dengan segala lapisan masyarakat. Mulai dari yang muda, tua, miskin, sampai presiden. Di Indonesia, saya masih belum mendapatkan figur seperti itu.

Cari calon bukan hal yang gampang. Calon karyawan pun begitu juga. Saat ini saya menginterview dua calon karyawan yang cantik cerdas, namun karena pewawancaranya beberapa orang, komentar yang bermunculan dari kedua calon tersebut menarik untuk disimak. Ada yang suka, ada yang tidak suka, dan yang bikin ruwet sehingga proses rekrutmennya tidak selesai-selesai, masing-masing berargumen berdasarkan feelingnya sendiri, bukan atas dasar fakta. Begitulah kalau masing-masing pewawancara punya hak prerogatif. Di lain pihak, saya juga dibikin pusing dengan banyaknya permintaan referensi untuk mengisi lowongan jabatan di berbagai perusahaan. Syaratnya macam-macam. Mulai dari yang smart, sampai harus berpenampilan cantik dan menarik. Saya sampai berkomentar, ini mau cari karyawan atau mau cari pacar ya? Dalam hati saya berkata, memangnya saya ini head hunter, cari kandidat yang pas buat karyawan sendiri saja pusingnya bukan main dan tidak dapat-dapat.

Memang pada akhirnya jodoh di tangan Tuhan. Mau jodoh kerja atau jodoh pasangan hidup. Namun, kalau kita diberi kesempatan mencari atau memilih dari beberapa kandidat seperti memilih calon karyawan, maka sebagai pewawancara dan pencari karyawan harus selalu kembali pada job description alias tugas pokok dan fungsi jabatan yang tersedia dengan kriteria kualitas sang calon. Kalau itu sudah terpenuhi, masih ada satu hal lagi yang perlu dilengkapi sang calon. Bisa masuk dalam lingkungan yang akan dijalaninya. Karena sebagus apapun kualitasnya, dia akan tetap terpental begitu dia tidak bisa fit in dengan lingkungan kerjanya. Masalahnya, banyak orang yang melamar, tapi sedikit yang bisa memenuhi kriteria kualitas, dan lebih langka lagi orang yang bisa memenuhi kriteria lingkungan. Itu lah yang menyebabkan sulitnya mencari calon yang tepat. Seperti cari karyawan yang tepat. Seperti cari Oprah Indonesia. Seperti cari pengganti Farah Queen. Dan akhirnya, seperti cari pasangan hidup.

Ah, that's it. Saya sekarang jadi mengerti mengapa begitu sulit cari pasangan hidup yang pas. Rupanya, seleksinya sama saja dengan proses rekrutmen karyawan atau seorang yang bisa merepresentasikan produk dan jasa kita. Soal calon pasangan hidup, kalau kita mau membuka diri, selalu saja ada calon yang bisa dipertimbangkan. Dan kalau mau jujur, calonnya pasti lebih dari satu. Masalahnya apakah ada yang bisa memenuhi ketiga unsur di atas : yang memenuhi kriteria kualitas sesuai job desc, dan yang memenuhi syarat fit in dengan lingkungan kita.

Saya bukannya kesombongan, mau sok pilih-pilih. Kalau mau having fun saja, tidak perlu kriteria. Tapi, saat berbagai having fun itu masuk bursa calon kandidat, maka mau tak mau "proses rekrutmen" harus diberlakukan. Dan mungkin bukan cuma itu saja, tapi setelah mengatakan "ya", proses komitmennya juga harus diterapkan. Dalam hubungan kerja kita mengenal diterapkannya tiga bulan masa percobaan/ probation, yang kalau lulus dilanjutkan kontrak setahun, baru kemudian ditentukan jadi "karyawan tetap" atau selesai sampai di sini saja. Malam ini saya jadi berpikir, apakah hal ini perlu juga diterapkan dalam sebuah hubungan pribadi. Tentu saja "karyawan tetap" nya adalah lonceng pernikahan, sedang masa pacarannya dibagi menjadi probation period dan kontrak setahun tadi.

Saya tahu, setelah ini pasti saya dapat banyak komentar, tapi malam ini saya disadarkan bahwa proses ini perlu dilakukan agar tidak merugikan kedua belah pihak. Saya juga tahu dan berpengalaman betapa sulitnya untuk memberitahu karyawan yang bersangkutan bahwa dia tidak lulus masa probation, dan sudah terbayang lebih susah lagi melakukannya untuk urusan pribadi, tapi harus. Tiba-tiba juga teringat bahwa kami sering keep our option open. Artinya, tidak butuh-butuh amat karyawan, tapi kalau ada yang bagus, mengapa tidak dicoba? Bahwa setelah di tes kanan kiri, kemudian hasilnya di pending, itu lain soal. Saya jadi berpikir, hmmmm dalam hidup ini, hal seperti ini kayaknya terjadi juga... selama belum ada komitmen apa-apa, kenapa tidak? Wah, kayaknya sudah terlalu melantur, nih. Yang jelas malam ini saya terinspirasi menjalankan proses rekrutmen karyawan untuk proses rekrutmen pasangan hidup. Semoga hasilnya berakhir dengan kalimat ... and they live happily ever after.

No comments: