Presiden Amerika Serikat Barack Obama akhirnya tiba juga di negara yang pernah mengisi masa kecilnya selama empat tahun. Meskipun kurang dari sehari, ia dan isterinya Michelle membuat heboh bangsa ini. Mulai dari pakaian dan kerudung yang digunakan Ibu Negara sampai emping dan kerupuk masuk dalam topik bahasan. Dibanding dengan pendahulunya, George Walker Bush, penolakan terhadap kehadiran Obama terasa lebih lunak. Mungkin karena ia dianggap masih sebagai anak Menteng Dalam, jadi kita merasa ia masih sebagai bagian dari kita.
Saya pribadi mengikuti setiap gerak gerik Presiden muda itu sejak ia mendarat hingga lepas landas meninggalkan bumi pertiwi. Yang paling menarik bagi saya adalah gaya dan caranya merangkul bangsa ini. Bangsa yang cemburu karena ia cuma datang sehari padahal di India tinggal tiga hari. Bangsa yang curiga kira-kira misi apa yang ada dibalik kedatangannya. Kata-kata yang pertama keluar dari mulutnya sesaat turun dari tangga pesawat? "Apa kabar?" Dalam bahasa Indonesia. Ketika mengeluarkan pernyataan dalam konferensi pers, ia memamerkan keIndonesiaannya bahkan kepada wartawan asing dengan sempat-sempatnya menjelaskan soal bemo. Lalu ia bersikap sedikit promotif, mengatakan bahwa ada banyak tempat lain yang indah di Indonesia di luar Jakarta seperti Yogya dan Bali yang kaya akan budaya dan candi kunonya. Ia menutup pidatonya dengan Assalamualaikum. Malamnya, ia kembali bernostalgia sambil mengambil hati tuan rumah dengan mengatakan "Terima kasih. Semuanya Enak!" untuk bakso, nasi goreng, emping dan kerupuk yang dihidangkan dalam jamuan kenegaraan. Sebelumnya, ia melanggar protokoler acara kenegaraan dengan bangkit dari duduknya dan menghampiri serta menyalami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, lalu berkeliling menyapa tetamu lainnya. Suasana formal langsung mencair. Pagi ini ia dan isterinya berkeliling Masjid Istiqlal. Jelas untuk kepentingan public relations, namun ia melakukannya dengan sempurna. Ibu Negara bahkan tampil dengan busana daur ulang ditambah kerudung yang membelit wajahnya menyerupai jilbab namun tetap stylish dengan motif animal print. Di Universitas Indonesia, ia mengulang kemampuan sihirnya dengan pidato yang santai, sedikit kembali bernostalgia bahkan melucu dengan gaya khasnya menirukan tukang sate, namun berbobot dan menunjukkan kualitas kenegarawanannya. Serta merta para mahasiswa membandingkannya dengan pemimpin negeri ini yang cenderung kaku dan protokoler sehingga berkesan berjarak dan membosankan. Lepas dari UI, ia langsung terbang ke Korea setelah sebelumnya sang isteri terlebih dahulu lepas landas pulang ke negeri Paman Sam.
Apa yang saya dapatkan dari kunjungan Obama kali ini? Kemampuan komunikasi yang luar biasa jenius. Ia tahu kapan mengambil hati, tahu kapan menyelipkan pesan kunci kedatangannya di antara cerita nostalgia yang menarik minat bangsa ini. Tahu bagaimana membangun rasa bangga kita "memiliki" seorang Obama sekaligus dibangkitkan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Suatu hal yang selama ini gagal diciptakan oleh pemimpin kita sendiri. Kata-kata Bahasa Indonesia yang digunakan tidak terlalu banyak, namun dilafalkan dengan gaya orang Indonesia asli sehingga cukup membuat kita bangga dan puas mendengarnya. Obama mengajari saya bahwa agar sebuah pesan itu masuk ke jantung hati khalayak pendengar tidak harus dilakukan dengan gaya penuh otoritas, namun dengan kesahajaan dan rangkulan yang membuatnya salah satu dari kita. Itulah teknik komunikasi yang jitu.
Terima kasih, Obama. Kehadiran Anda kali ini membuka mata saya akan teknik presentasi dan public speaking yang mumpuni. Sebuah pelajaran yang jauh lebih berharga dari teori dan kuliah public speaking dan presentation skill mana pun yang pernah saya jumpai. Sampai datang lagi ke Indonesia tahun depan, Mr. President. Kali ini Anda ditunggu bersama seluruh keluarga, sesuai janji Anda kemarin sore di Istana Negara...
No comments:
Post a Comment