Pagi-pagi saya sudah disuguhi bacaan mengenai kehebohan di dunia entertainment. Marissa Haque, artis senior dan mantan politisi menulis di blog nya marah-marah kepada Vina Panduwinata dan Memes yang katanya berlaku provokatif dan menggoda suaminya. Buat yang mengikuti jagad entertainment di Indonesia, ini sebuah kejutan karena selama ini Marissa dianggap sebagai seorang yang santun. Saya sendiri pernah berinteraksi dengan Marissa dan memiliki pandangan yang sama dengan kebanyakan orang. Akan halnya Ikang Fawzi suaminya, ia juga seorang yang sangat baik dan tidak sombong. Karena itu, berita pagi ini merupakan kejutan bagi saya pribadi. Dikabarkan puterinya Bella sampai harus men-tweet minta maaf.
Berita ini kemudian menjadi topik bahasan ringan di saat meeting tadi. Semua yang ada di dalam ruangan itu sepakat bahwa pasti ngawur menuduh Memes dan Vina Panduwinata seenaknya. Saya sendiri pernah mengobrol santai dengan Vina di sebuah pesta keluarga mengingat adik Vina adalah adik ipar teman baik saya. Namun begitulah kalau sedang cemburu.
Belum lagi hari usai, saya menerima ocehan seorang teman yang dibakar api cemburu. Ia bercerita bahwa beberapa hari yang lalu kekasihnya menceritakan seorang pengusaha kaya rekanan perusahaannya sedang menggoda-godanya, sampai menulis sms tidak senonoh, mengatakan sedang membayangkan kekasih teman saya dalam keadaan telanjang. Sore ini ia dikabari pacarnya bahwa sang pacar harus meeting malam ini dengan si playboy cap kampak itu. Lalu berkembang, meetingnya tidak jadi di kantor, tapi di sebuah hotel mewah. Si rekanan bisnis itu ngotot melakukan penandatanganan di kamarnya, lalu mengajak makan. Si eksekutif mengatakan di coffee shop saja dan ditanggapi positif, bahkan diajak makan. Lalu ia bilang, oke makan dulu nanti tanda tangannya di kamar. Sang pacar kemudian menelpon teman saya dan teman saya pun mengutarakan ketidaknyamanannya atas pengaturan pertemuan ini. Sang pacar bilang, ia akan bawa supirnya. Teman saya tidak bisa berbuat terlalu banyak melarang-larang, dia hanya berkata, "Use your judgement. Be careful."
Untuk urusan ini, ia ragu bagaimana cara yang terbaik menghadapinya sehingga ia tidak semata-mata terbakar api cemburu, tapi juga bisa mengutarakan keberatannya secara proposional kepada pacarnya. Sebetulnya ia kesal benar, dan sialnya kekesalannya ditumpahkan bukan pada pacarnya, tapi kepada saya. Bukan karena saya bersalah atau ikut andil dalam semuanya ini, tetapi sudah nasib jadi tempat curhat.
Saya lalu teringat sebuah link blog tulisan Adrian Nugraha yang dikirim teman saya Anita siang ini, namun baru sempat saya buka ketika sedang dalam perjalanan pulang. Saya copy kan saja isinya supaya mudah :
Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang di balik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.
Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Dari sinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.
“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.
”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis
” Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.
Saya terpaku membacanya. Dan malu, lalu mensharekan blog ini kepada teman saya. Malu karena tingkat kedewasaan batiniah saya masih sebatas cemburu-cemburuan, sama seperti teman saya tadi, sedang cinta Pak Suyatno sudah di taraf unconditional love.
Malam ini saya membuat beberapa catatan tentang cemburu :
1. Saat cemburu, orang menjadi kehilangan akal sehat dan berlaku yang tidak seharusnya dilakukan. Apa yang dilakukan seseorang di kala cemburu, justru akan menghancurkan kebersamaan dan cinta yang terjalin sebelumnya. Karenanya, kalau sedang cemburu, berdebatlah dengan diri sendiri sampai pada titik dimana emosi sudah mulai mendingin, baru bicara baik-baik pada pasangan kita. Yang dibutuhkan pasangan kita bukan tuduhan, tapi mengerti perasaan kita dalam skala yang proporsional.
2. Saat cemburu, pikiran yang biasanya segera muncul adalah : putus. Padahal, belum tentu apa yang dicemburukan tepat seperti yang terjadi. Seringkali pemikiran cemburu itu berkembang liar menuruti napsu angkara murka kita. Saat cemburu, saya belajar untuk tidak bicara apa pun atau bertindak apa pun juga, karena perkataan dan tindakan yang saya hasilkan akan ngawur dan sia-sia saja hasilnya. Yang rugi, besar kemungkinan ya kita sendiri.
3. Cinta sejati adalah cinta yang melewati batas cemburu. Cinta sejati adalah cinta yang tidak menuntut dan bersyarat. Cinta sejati adalah cinta yang mengerti.
Hari ini saya belajar sekaligus soal kecemburuan dan cinta sejati.
No comments:
Post a Comment