Monday, November 15, 2010

15 November 2010 : Cara Tuhan

Saya punya kenalan bernama George Pattian. Kadang kami menyebut Beliau Opa George. Dulu, ketika saya menangani Mitra KSO Telkom dan menjadi koordinator komunikasinya, saya hampir setiap hari berinteraksi dengan Beliau yang menangani komunikasi kemitraan Telkom di wilayah Sumatra. Setelah meninggalkan dunia telekomunikasi, saya berjumpa kembali dengan Beliau di sebuah event otomotif. Ketika itu Beliau meminta alamat email saya dan sejak itu hampir setiap hari Beliau tak bosannya mengirimkan berbagai email, terutama renungan Harian. Karena kesibukan, kadang saya tidak membaca email yang dikirimkan, namun Beliau tak pernah patah arang : email Pak George tak pernah lelah hadir di bb saya.

Pagi ini, saya terkejut luar biasa ketika membuka email melalui blackberry saat membuka mata dan melihat apa saja yang tertinggal selama saya tidur malam tadi. Sebuah email singkat mengatakan selamat jalan. Selamat jalan? Apa yang terjadi? Jadilah saya mencari tahu sana sini dan akhirnya mendapat kabar bahwa Pak George telah tiada hari Minggu kemarin tanggal 14 November 2010 pukul 13.35 di rumahnya karena serangan jantung mendadak. Saya langsung teringat email terakhir yang Beliau kirimkan hari Jumat yang lalu. Saya tadinya berpikir Sabtu Minggu saya tidak mendapat email Beliau karena Beliau sedang berakhir pekan. Langsung saya buka kembali emailnya dan beginilah pesan terakhir Beliau melalui renungan harian Jumat, 12 November 2010 :

Santapan Harian
Jumat, 12 November 2010
Lakukan Dengan Cara Tuhan

Baca: 2 Tawarikh 16:1-14

16

1Pada tahun ketiga puluh enam pemerintahan Asa majulah Baesa, raja Israel, hendak berperang melawan Yehuda. Ia memperkuat Rama dengan maksud mencegah lalu lintas kepada Asa, raja Yehuda. 2Lalu Asa mengeluarkan emas dan perak dari perbendaharaan rumah TUHAN dan dari perbendaharaan rumah raja dan mengirimnya kepada Benhadad, raja Aram yang diam di Damsyik dengan pesan: 3"Ada perjanjian antara aku dan engkau, antara ayahku dan ayahmu. Ini kukirim emas dan perak kepadamu. Marilah, batalkanlah perjanjianmu dengan Baesa, raja Israel, supaya ia undur dari padaku." 4Lalu Benhadad mendengarkan permintaan raja Asa; ia menyuruh panglima-panglimanya menyerang kota-kota Israel. Dan mereka memukul kalah Iyon, Dan, Abel-Maim dan segala tempat perbekalan kota-kota di Naftali. 5Segera sesudah Baesa mendengar hal itu, ia berhenti memperkuat Rama; ia menghentikan usahanya itu. 6Tetapi raja Asa mengerahkan segenap orang Yehuda, yang harus mengangkat batu dan kayu yang dipergunakan Baesa untuk memperkuat Rama itu. Ia mempergunakannya untuk memperkuat Geba dan Mizpa. 7Pada waktu itu datanglah Hanani, pelihat itu, kepada Asa, raja Yehuda, katanya kepadanya: "Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu. 8Bukankah tentara orang Etiopia dan Libia besar jumlahnya, kereta dan orang berkudanya sangat banyak? Namun TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, karena engkau bersandar kepada-Nya. 9Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan." 10Maka sakit hatilah Asa karena perkataan pelihat itu, sehingga ia memasukkannya ke dalam penjara, sebab memang ia sangat marah terhadap dia karena perkara itu. Pada waktu itu Asa menganiaya juga beberapa orang dari rakyat. 11Sesungguhnya riwayat Asa dari awal sampai akhir tertulis dalam kitab raja-raja Yehuda dan Israel. 12Pada tahun ketiga puluh sembilan pemerintahannya Asa menderita sakit pada kakinya yang kemudian menjadi semakin parah. Namun dalam kesakitannya itu ia tidak mencari pertolongan TUHAN, tetapi pertolongan tabib-tabib. 13Kemudian Asa mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya. Ia mati pada tahun keempat puluh satu pemerintahannya, 14dan dikuburkan di kuburan yang telah digali baginya di kota Daud. Mereka membaringkannya di atas petiduran yang penuh dengan rempah-rempah dan segala macam rempah-rempah campuran yang dicampur menurut cara pencampur rempah-rempah, lalu menyalakan api yang sangat besar untuk menghormatinya.

=============================================================================================

Ketika kita mengalami masalah, apakah secara spontan kita langsung berusaha memecahkannya? Atau kita segera teringat pada orang yang dapat menolong kita memecahkan masalah itu? Ataukah kita datang kepada Allah dan memercayakan masalah itu kepada Dia?

Asa pernah mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa ketika menghadapi tentara Etiopia (2Taw. 14:2-15). Kita tentu masih ingat bagaimana pasukan berjumlah tiga ratus ribu orang harus melawan satu juta prajurit musuh. Nyatanya Asa menang karena Tuhan menolong dia! Namun pengalaman menakjubkan itu tidak terpatri kuat dalam ingatan Asa. Saat menghadapi Baesa, raja Israel, ia berlaku seperti orang yang tidak memiliki Allah. Apa yang dia lakukan justru berbanding terbalik dengan pengalamannya. Alih-alih berseru kepada Tuhan, Asa justru menghubungi Benhadad, raja Aram, untuk berpihak padanya (2-3). Dengan banyak hadiah, Asa berhasil menyogok raja Aram agar mendukung Yehuda. Dan upaya Asa memang menampakkan hasil (5). Asa beroleh keuntungan dari persahabatannya dengan dunia, tetapi ia mengorbankan iman kepada Allah.

Akan tetapi, cara yang ditempuh Asa tidak diperkenan Tuhan. Dan dengan tegas, Tuhan menyatakan hal itu melalui Hanani, sang pelihat (7-9). Anehnya, bukannya menyesal dan bertobat, Raja Asa justru sakit hati karena teguran itu (10). Dan iman Asa kepada Tuhan tampaknya berhenti sampai di situ. Karena waktu ia sakit dikemudian hari, Asa malah memilih mengandalkan pertolongan tenaga medis daripada mencari pertolongan Tuhan. Tragis!

Kita pun sesungguhnya berada dalam bahaya yang sama. Berkat yang kita terima dari Tuhan bukan merupakan ja-minan bahwa iman kita akan tetap terpelihara. Kemauan untuk setia, kerelaan untuk tetap taat, dan yang terutama kasih kita kepada Tuhan kiranya mengingatkan kita untuk senantiasa bergantung kepada Tuhan dalam mengatasi setiap persoalan yang menghadang kita.

===================================================================================

Dikutip dari Santapan Harian. Hak Cipta : Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab. Isi Santapan Harian lainnya seperti pengantar kitab, artikel ringkas, sisipan, dlsb. dapat diperoleh dengan membeli buku Santapan Harian dari Yayasan PPA: Jl. Pintu Air Raya No 7 Blok C4, Jakarta 10710, ph:3442461-2; 3519742-3; Fax: 344972; email: ppa@ppa.or.id.
Informasi lengkap : PPA di: http://www.ppa.or.id.



Pak George hingga akhir hidupnya tak pernah ingkar akan Tuhan dan selalu patuh di jalanNya. Bahkan pesan terakhir Beliau tak lelah-lelahnya mengingatkan agar saya tidak pernah melupakan dan bergantung kepada Tuhan dalam menghadapi setiap persoalan hidup.

Selamat jalan Pak George. Saya tak akan melupakan pesan terakhir Bapak : Menjalani Hidup dengan cara Tuhan.

No comments: