Sunday, November 28, 2010

28 November 2010 : Gila vs Goblok

Seorang teman saya mengirimkan joke seperti ini:

Seorang sopir kendaraan Bis anter jemput orang gila menghentikan kendaraannya karena ban nya kempes,Waktu sedang menukar ban, si supir nggak sengaja nendang 4 baut ke selokan dan hilang

Dengan paniknya si supir ngomong : Gilaaa.....gimana gue musti masang ini ban kalo nggak ada bautnya....

Salah satu pasien nyaut dari dalem Bis : Bang...copotin aja tuh satu baut dari masing2 tiga roda yang ada.....ntar kalo ada toko baut, tinggal beli deh tuh 4 baut....

Si Supir langsung nyaut : Bener juga loh...tapi kok lo bisa masuk ke rumah sakit Gila sihhh.....

Si Pasien langsung nyaut : HEELLLOWWW,....kita ini GILA tauuk, bukannya GOBLOG kaya LOE...:D :D:)

Sebenarnya saya menerima email ini sejak hari Jumat, tapi karena lucu, saya kemudian memforwardnya kanan kiri bahkan hari ini di mobil saya dan teman-teman membahasnya sambil ketawa ketiwi. Tapi di tengah ketawa ketiwi itu saya kemudian melihat kenyataan pahit atas kebenaran banyolan itu. Iya juga ya, yang tidak beres jiwanya bukan berarti bodoh. Sebuah film berjudul A Beautiful Mind yang diperankan luar biasa baik oleh Russel Crowe menggambarkan seorang jenius yang menderita Schizophren alias berkepribadian ganda. Ia kemudian bisa mengatasi penyimpangan kepribadiannya dan menjadi seorang penerima hadiah Nobel di bidang fisika. Jadi, lelucon tadi memang benar, yang gila belum tentu goblok.

Lelucon itu kemudian membukakan mata saya bahwa sebuah kondisi tertentu tidak lantas berarti kita bisa menyimpulkan seseorang itu kemudian menanggung renteng berbagai artibut lainnya. Saya jadi ingat lagi, seorang paman ibu kos saya saat kuliah dulu tergolong tidak waras, tapi ia sangat santun, Bahasa Indonesianya sangat rapi dan Bahasa Inggrisnya di atas rata-rata. Cuma, ia gila. Suatu saat ia pernah mengukur tinggi badannya dan memberi tanda di tembok, lalu melepas sepatu dan mengukurkan tinggi sepatunya dan dikurangkan dengan tanda tinggi badannya. Ia lalu nyengir dan bilang bahwa tingginya adalah tinggi badan + sepatu - sepatu. Ia juga pernah prihatin terhadap lagu Lionel Richie berjudul "Say You Say Me." Katanya, "Anak sekarang ini Bahasa Inggrisnya hancur ya. Apa tuh "Say You Say Me"? "Kata kamu kata saya" kan gak ada maknanya?" Saat itu saya yang kuliah di jurusan Keguruan Bahasa Inggris lalu tersengat. Iya juga ya? Jadi mana yang bener sih? Yang gila atau yang waras?

Intinya, saya belajar, kekurangan seseorang di satu bidang tidak berarti ia juga kurang di bidang lainnya. Dengan demikian saya belajar menilai bukan dari kekurangannya tapi justru dari kelebihannya...

No comments: