Saturday, November 06, 2010

6 November 2010 : Kebaya Indonesia

Malam pembukaan Jakarta Fashion Week digelar malam ini di tenda khusus Pacific Place. Acara yang digelar ketiga kalinya oleh kelompok media Femina ini mengangkat tema "A Tribute to Kebaya". Walaupun Kebaya digunakan hampir di seluruh kawasan Asia Tenggara, Kebaya Indonesia menemukan bentuknya dan kekhasannya - membuat bangsa lain iri atas keindahan dan keanggunannya.

Malam ini saya menyaksikan deretan desainer yang mencoba menerjemahkan kebaya di era globalisasi ini, mulai dari interpretasi klasik hingga merangkul era hip hop. Teman saya Petty Fatimah, pemred Femina bertanya singkat lewat bbm setelah acara usai, "Do u like it?" Saya jawab: Wah, benar benar menikmati dan merasa bangga jadi insan Indonesia. Jawaban saya ini jujur dan tulus. Saya benar-benar bangga melihat kekayaan budaya Indonesia yang anggun. Terlepas dari beberapa busana yang ditampilkan dengan rumit dan ribet, saya sungguh mengagumi keindahan corak dan detil kain yang dipakai. Pola Indonesia yang sulit ditandingi dan ditiru bahkan oleh bangsa yang kerja nya mengklaim budaya Indonesia.

Saya pribadi sudah sering melihat orang berkebaya, terutama di pesta-pesta nikah, namun baru hari ini saya memperhatikan secara detil segala asesoris dan pernik kebaya saat ditampilkan di atas catwalk dan tersorot lampu terang. Meskipun sudah melihat ribuan kali, baru sekarang saya menyelami arti kebaya saat beberapa tokoh fashion Indonesia angkat bicara mengenai kebaya dalam video pengantar sebelum fashion show digelar.

Moral pengalaman yang saya peroleh malam ini adalah : terkadang butuh kaca mata orang lain dan sorotan lampu untuk bisa mengapresiasi suatu hal yang kita jumpai sehari-hari. Pikiran saya melayang sejenak dan bertanya, "Kalau kebaya saja luput dari apresiasi saya, berapa banyak hal lain yang luput dari perhatian saya, hanya karena saya sudah terlalu biasa bersinggungan dengannya dalam kehidupan sehari-hari?" Mulai saat ini, saya akan lebih peka memperhatikan sekeliling saya. Saya yakin, akan ada saja hal "baru" yang muncul ke permukaan dan memberi saya kekaguman "baru" setiap saya membuka mata dan menyorotkan "lampu hati" saya terhadap begitu banyak hal yang biasanya saya anggap "biasa-biasa" saja. Seperti kemewahan hidup nyaman dan damai, bila dibandingkan begitu banyak orang yang terkena musibah bencana meletusnya Merapi dan tsunami Mentawai saat ini...

No comments: