Pagi ini saya terbang ke Solo untuk kunjungan kerja selama dua hari. Sebenarnya hati saya cukup deg-deg an mengingat Garuda selama 4 hari belakangan mengalami kekacauan jadwal dan bahkan pembatalan penerbangan yang berawal dari penggantian sistem komputerisasi. Pesawat saya pun sempat tertunda, untungnya cuma 25 menit tapi teman saya yang pergi ke Bali dua hari lalu sempat terjebak berjam-jam, dari jam 9 sampai jam 17. Hal yang sama terjadi pada klien saya yang akan pergi ke Bali, tertunda dari pagi sampai matahari terbenam dengan penundaan berkala yang melelahkan.
Saya sendiri sempat tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Memangnya tidak ada masa percobaan terlebih dahulu? Memangnya tidak ada back up plan sama sekali? Apakah Garuda begitu optimis dan arogan nya sampai merasa yakin tidak akan ada hal yang salah saat mengimplementasikan sistem baru?
Kejadian ini menunjukkan bahwa Garuda masih tidak memandang konsumen sebagai prioritas dan hanya menjadi objek saja. Ganti rugi hanya diberikan kepada penerbangan yang dibatalkan, namun mereka yang terlunta-lunta selama berjam-jam tidak mendapat kompensasi lain kecuali makan. Tak pernah diperhitungkan atau dipertimbangkan kerugian calon penumpang atas tertundanya penerbangan melebihi batas toleransi .
Saya sendiri saat ini merasa was was karena begitu ketatnya jadwal kerja saya besok, mulai pagi hingga jadwal kepulangan ke Jakarta jam 18:45. Diperkirakan tiba di Jakarta pukul 19:55 , saya sudah ditunggu acara lain jam 21:00 di pusat kota Jakarta. Kalau sampai sistem Garuda yang baru masih belum beres, saya tak bisa membayangkan bahwa saya gagal hadir di acara malam tersebut.
Tiba-tiba saya bertanya pada diri sendiri : bila saya mempertanyakan keprofesionalan Garuda dalam memikirkan back up plan dan menggantungkan keprofesionalan saya untuk hadir di acara klien di malam hari, lalu apa back up plan saya bila pesawat Garuda saya besok di delay ? Saya terdiam. Mestinya yang paling aman ya saya tidak kemana-mana besok karena acara malam adalah acara yang penting. Tapi sekarang saya ada di Solo, jadi harus ada back up plan. Kini saya sedang menyusun beberapa alternatif pemecahan masalahnya, sehingga bila jadwal kerja besok tak sesuai yang diharapkan, saya masih bisa menyelamatkan muka saya untuk tetap hadir di acara malam.
Saya lalu merasa bahwa back up plan ini tidak hanya sebatas pekerjaan saja, tapi di setiap sisi kehidupan. Semuanya memerlukan back up plan. Artinya, meskipun kita sudah merencanakan yang terbaik, kita juga harus mempersiapkan juga beberapa alternatif bila rencana itu tidak berjalan sesuai yang diinginkan.
Hari ini saya belajar dari Garuda : A winner always prepares back up plans in life!
No comments:
Post a Comment