Thursday, December 02, 2010

2 Desember 2010 : Keberanian yang Bertanggung Jawab

Di sela-sela waktu kerja yang sangat padat hari ini, saya sempat mencuri waktu untuk mengintip sebuah majalah yang menampilkan 50 orang paling berpengaruh di negeri ini. Selain itu juga sebuah majalah internasional edisi lokal juga menampilkan orang-orang terkaya di nusantara. Di sekeliling saya, setiap harinya saya juga melihat orang-orang muda berprestasi baik di bidang akademis maupun di profesinya masing-masing. Beberapa hari yang lalu, saya menyaksikan prestasi luar biasa dari perempuan peneliti Indonesia yang berani menentukan sikap untuk berkarya di bidang ilmu pengetahuan. Kegigihannya dalam melakukan penelitian di rana yang tidak biasanya ditekuni kaum hawa ini justru menjadikan mereka mutiara-mutiara yang bersinar.

Pikiran saya perlahan pindah dari mereka yang berprestasi ini kepada kenyataan yang banyak dijumpai baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan keseharian. Begitu banyaknya orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan tak sedikit yang meminta tolong bila ada lowongan kerja padahal mereka-mereka ini dulunya memiliki pekerjaan tetap. Saya pun sempat mengamati dari dekat sebuah keluarga besar yang tinggal di kepadatan Jakarta Barat. Dari keseluruhan keluarga besar yang berjumlah ratusan, hanya satu yang lulus sarjana. Bisa dimengerti si sarjana ini kemudian menjadi kebanggaan dan primadona keluarga bahkan dijadikan bahan iri dikalangan sanak keluarga. Sebuah keirian yang menurut saya aneh, karena apa yang diperoleh si sarjana ini adalah hasil kerja keras yang luar biasa. Anehnya, orang cuma mau tahu sekarang posisinya terpandang di sebuah perusahaan besar di Ibu Kota. Sisanya adalah keluarga yang malas bekerja dan malas berusaha. Sebagian keluarga memperoleh penghasilan gila-gilaan dari berjudi taruhan bola. Kalau menang bisa puluhan bahkan ratusan juta, tapi kalau kalah bisa juga ludes dalam sekejap, lalu pelahan membangun lagi kerajaannya. Sehari-hari kerjanya ya begitu saja, tidak ada pekerjaan tetap, tapi hidup leha-leha. Kalau sebagian menggantungkan diri pada taruhan bola, sebagian lagi cuma menerima nasib tapi tak melakukan apa pun untuk memperbaikinya. Dan jumlah yang seperti ini ternyata luar biasa banyaknya.

Lalu saya membandingkan ke dua kelompok ekstrim ini, dan balik bertanya pada kelompok ke dua, "Apa yang sudah Anda lakukan dalam hidup ini dan pencapaian apa (yang signifikan) yang telah Anda hasilkan dalam hidup ini?" Seorang yang secara sempurna mewakili kriteria kelompok kedua tidak bisa menjawab karena bingung apa yang sudah dilakukan, apa lagi pencapaian. Seorang lainnya mengaku dia tidak punya pendidikan tinggi dan tidak tahu bagaimana mendapat mata pencaharian yang lebih baik karena yang diketahuinya hanyalah membuka toko kelontong dan ya cuma itu saja yang bisa dilakukannya. Ketika tokonya terlibas oleh ekspansi besar-besaran jaringan gerai 24 jam, ia cuma bisa kebingungan tak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka bahkan balik tanya pada saya, bagaimana mengubah nasib. Saya sendiri tidak paham karena secara jujur saya ini hanya "terseret" arus kehidupan. Kebetulan terseretnya dalam arus yang berbeda.

Tapi kemudian saya menemukan jawabnya : orang yang berkesempatan untuk melakukan perubahan yang signifikan adalah orang yang mau belajar dan mengasah kepekaannya dalam menyerap semua informasi yang ada lalu merumuskannya menjadi sebuah visi. Sebuah visi yang matang adalah sebuah visi yang kemudian ditimbang untung rugi, baik buruk lalu dibandingkan dengan kesempatan yang ada. Lalu segala yang ada itu dibulatkan dalam sebuah tekad untuk melakukan aksi, berikut dengan kemauan menanggung semua risiko yang ada. Tanpa keberanian melangkah dan berubah, tak akan terjadi lonjakan pergantian nasib yang diharapkan. Mungkin inilah kunci dari semua pertanyaan saya tadi. Kita ini terlalu nyaman di zona aman sehingga takut untuk bertindak, mendobrak segala keseharian dan kebiasaan kita untuk melakukan sesuatu yang baru dan asing, dengan risiko menang atau gagal. Tanpa keberanian itu kita tak pernah mencapai kemenangan. Tanpa keberanian untuk gagal kita juga tak pernah berani melangkah untuk meraih lonjakan keberhasilan yang signifikan.

Hari ini saya belajar, sikap kunci yang menentukan keberhasilan seseorang adalah : A RESPONSIBLE COURAGE TO MAKE A MOVE. Keberanian yang bertanggung jawab untuk mengambil langkah. Saya menekankan kata tanggung jawab, karena berani saja tidak cukup. Kalau beraninya ngawur, tak akan ada maknanya juga bahkan bisa dengan mudah tergelincir pada hal-hal yang negatif. Zaman sekarang ini tak sukar untuk menemukan jenis orang seperti ini, para koruptor bisa menjadi contoh bagaimana seseorang berani melangkah, namun beraninya adalah berani yang tidak bertanggung jawab. Jadi beraninya harus berani yang bertanggung jawab...

No comments: