Rasanya kata ini sudah ribuan kali muncul di blog saya selama setahun. Hari ini saya disuguhi ketengilan Jack Black dalam The Gulliver's Travel. Di hadapan semua orang di kantornya, ia cuma seorang pengantar surat yang invisible, alias ada orangnya tapi tak diperhatikan kehadirannya, suaranya pun nyaris tak ada. Tapi di sekitar orang yang lebih lemah, atau ketika sendiri, tengilnya minta ampun. Gaya nya selangit, omongnya tinggi, sok tau nya bikin neg. Saya menontonnya setengah tertawa kepingkel, setengah jijik, setengah geleng-geleng.
Tapi semakin lama, saya kok semakin melihat diri saya di dalam diri Gulliver ya? Yang kerdil di tengah orang-orang berkuasa, biasa-biasa saja di antara teman, dan merasa raksasa di antara orang-orang lemah. Hari ini saja saya sudah petantang petenteng di hadapan suster yang mendapat perintah untuk melakukan medical check up buat asuransi dana pensiun saya, petugas toko, orang-orang yang lelet di jalan, petugas parkir yang seperti semut kerjanya, teman saya yang mau lebih sok tahu dari saya, dan banyak orang lagi! Waduh, sepertinya saya ini jauh lebih tengil dan menyebalkan dari Gulliver!
Saya pikir-pikir lagi, ini malam natal.Bisakah saya membuat resolusi menjadi orang yang menyenangkan dan tidak lagi tengil sejak hari Natal besok? Terus terang saya ragu-ragu mau beresolusi lagi, karena dampaknya luar biasa membuat lelah! Contohnya resolusi blog ini! Waduh, saya sudah menghitung hari sekali agar bisa lepas dari janji pada diri sendiri! Padahal saya ini biang tengil dan dinobatkan di kantor sebagai Master Komplen. Master karena lebih tinggi tingkatnya dari Mister. Saya tanggapi secara becanda bahwa saya saingannya Mark Zuckerberg pendiri Facebook : saya pendiri www.masterkomplen.com. Tapi itu sebenarnya bukan becanda. Saya benar-benar master komplen. Bukan cuma itu, saya ini juga tukang ngeyel. Keluarga terdekat saya sudah mabok kalau saya sudah berpegangan dengan satu kata : "Kenapa?"
Tengil di Gulliver's Travel adalah topeng Gulliver menutupi kekurangannya dan alat untuk lari dari kenyataan. Rasanya itu juga yang terjadi pada saya. Saya petantang petenteng di hadapan suster karena takut jarum suntik. Saya tengil di hadapan penjaga toko supaya tidak diremehkan. Dan banyak lagi! Saya jadi ciut kalau mengingat kekurangan saya. Lalu bisa diapakan supaya ketengilan saya hilang?
Hilang sama sekali mungkin tidak, tapi saya berharap saya bisa menguranginya. Setelah pikir-pikir lagi, mungkin setiap mau berlagak menyebalkan saya ingat kata "tengil lu!" dan mau "bersedia" mengundurkan diri dari ketengilan saya saat itu sehingga daftar tengil saya bisa berkurang. Saya mungkin sudah kapok beresolusi lagi, tapi paling tidak saya bisa mengondisikan diri. Mulai saat ini, "malaikat penjaga" saya bakal tambah beban kerja. Setiap bicara sembarangan dan bertingkah, dia saya otorisasi untuk menjitak kepala saya sambil bilang, "tengil lu!" Kira-kira berhasil nggak ya? Atau malah dia nya ikut menyerah dan resign jadi malaikat saya? Ouch!
No comments:
Post a Comment