Wednesday, December 29, 2010

28 Desember 2010 : Manajemen Cinta

Teman saya datang sendirian dengan muka sebal setelah terlambat hampir satu jam dari janji makan malam bersama kami. Ia kemudian bercerita tentang kekesalannya pada kekasih yang sudah janjian menjemput tapi kemudian datang dengan celana pendek dan belum mandi padahal sudah tahu kami akan santap malam di resto hip terbaru di Jakarta dan dresscodenya adalah black and gold.

Dia lalu bercerita bahwa dia dan kekasihnya setiap malam selalu membahas detil acara keesokan harinya. Jam berapa, acara apa, pake baju apa dan lain lain. Dalam hati, waduh, seperti me-manage perusahaan saja. Saya jadi ingat setiap mau pulang saya selalu mereview jadwal kerja keesokan harinya. Tapi saya juga jadi berkaca, saya juga melakukan yang sama dengan teman saya itu, mereview apa yang akan dilakukan bersama keesokan harinya, meskipun tidak seketat dia. Kalau kejadiannya seperti yang diceritakannya, memang menjengkelkan, tapi meskipun mengomel berat, saya pribadi tidak akan memilih dinner bersama teman-teman, namun akan memilih menghabiskan waktu bersama kekasih saya.

Dipikir-pikir lagi, ternyata banyak yang menerapkan resep sukses manajemen di pekerjaan ke rana rumah dan pribadi. Saya ingat apa yang dilakukan Captain von Trapp di The Sound of Music yang menerapkan disiplin militer ke tujuh anaknya, sampai Suster Maria datang sebagai pengasuh dan memorakporandakan kedisiplinan yang kaku lalu menggantikannya dengan Manajemen Cinta, artinya semua dilakukan dengan fun and love. Kedisiplinan terbukti telah menjebak kita pada rutinitas yang membosankan dan mengekang, karena itu sedikit fleksibilitas membuat hidup kita lebih hidup karena kita berdua akhirnya tidak keberatan kalau ada berbagai kejutan dan rencana yang tidak berjalan seperti yang telah diagendakan dan berbelok pada kegiatan lain yang sama sekali berbeda tapi tak kalah fun karena dinikmati dan dilakukan berdua.

Di awal tahun, saya pernah di warning oleh seorang cenayang yang mengatakan saya sangat efisien dalam bekerja tapi sangat berantakan dalam hal asmara dan kehidupan pribadi. Saya disarankan untuk menerapkan resep sukses di rana pekerjaan ke rana pribadi. Selama ini saya selalu memisahkan kehidupan kerja dan pribadi dan mulai meragukan pendekatan saya itu ketika dinasihati sang cenayang. Mungkin benar juga, saya harus menerapkan keefisienan cara kerja saya ke kehidupan pribadi. Tapi sekarang saya jadi berpikir lagi : benarkah menerapkan resep sukses di kantor bisa membuat kehidupan pribadi saya lebih baik? Rasanya kalau penerapannya 100% runyam juga jadinya. Mantan saya pernah komplen katanya kok dia merasa seperti karyawan saya saja. Jadi, for sure, gaya manajemen saya di kantor tidak tepat diterapkan di rumah. Manajemen yang bagaimana yang mesti diterapkan?

Balik lagi ke The Sound of Music, saya jadi menyadari bahwa yang berhasil adalah kerangkanya menggunakan kerangka dasarnya manajemen pekerjaan : ada rencana, disiplin dan review, tetapi pelaksanaannya tak boleh kaku alias rigid. Saya juga menyadari tidak boleh menerapkan prinsip Key Performance Indicator kepada individu dalam keluarga karena cenderung membuat "performance" si anggota keluarga itu terpatok dan hanya diukur berdasarkan KPI itu. Saya juga tidak boleh menerapkan prinsip ROI atau Return on Investment karena apa yang dilakukan kepada keluarga itu bukan suatu investasi yang harus dihitung keuntungan atau labanya dari sana. Jadi meskipun ada tatanan dasarnya, tetapi manajemen rumah itu harus mengalir dan punya hati yang berbeda dengan "hati yang kita taruh di kantor." Saya sudah lama mematok bahwa kerja itu untuk hidup dan bukannya sebaliknya. Karena itu hati yang saya pasang di kantor seharusnya merupakan alat atau bagian untuk mencapai tujuan yang lebih utama, yaitu hati yang menghidupkan saya dalam kehidupan yang lebih luas di luar pekerjaan. Hati yang membentuk saya yang sejati. Ketika semua dikerjakan dengan hati, maka tiba-tiba kita merasa bahwa aturan rumah yang ada itu semuanya fun dan dilakukan dengan suka rela dan sepemahaman bahwa apa yang dilakukan itu adalah wujud kecintaan, kesenangan dan kenyamanan bersama. Setiap individu berkembang sesuai dengan talenta dan kesukaannya masing-masing, namun tetap pada koridor yang membentuk karakter keluarga. Itu yang dilakukan oleh Suster Maria. Ia me-manage rumah tangga yang tadinya kaku dengan manajemen cinta kasih.

Mungkin, itu lah resep yang tepat, manajemen cinta kasih untuk "mengatur" dan "memanage" urusan pribadi, rumah tangga dan cinta kita...

No comments: