Saat santap malam menikmati seafood di pantai Anyer saya memperhatikan tak banyak pengunjung yang datang di area ini, padahal sekarang adalah akhir tahun yang berarti musim libur, dan Anyer termasuk tujuan wisata nusantara. Saya berpikir, apakah ini ada hubungannya dengan Gunung Krakatau yang akhir ini batuk-batuk, atau karena pemerintah setempat tidak tanggap menangkap peluang? Saya yakin, Yogya atau Bali pasti penuh sesak di hari-hari ini.
Usai makan yang membuat perut semakin membulat, saya memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke kafe apung di Patra Jasa. Saya senang akan ketenangan kafe yang menjorok ke laut dan membuat saya seolah-olah sedang di atas ombak. Saya sangat terkejut menemukan kafe tersebut dalam keadaan gelap gulita dan tak ada pengunjung. Meja nya pun tak disiapkan untuk menerima tamu, dan para pramusajinya seperti menghibur diri sendiri dengan home band yang melantunkan lagu dangdut. Niat saya nongkrong hilang seketika dan memutuskan untuk kembali ke Marbella. Sambil menuruni anak tangga saya bertanya dalam hati, keadaan ini apakah karena mau irit? Baru siap-siap ketika ada pengunjung ?Saya lalu berpikir, mana yang harus ada lebih dulu? Persiapan fasilitasnya dulu? Atau tamunya dulu? Jadi kalau ramai ada tamu, baru berbondong-bondong menyediakan prasarana? Tapi bagaimana tamunya mau datang kalau tidak ada prasarananya terlebih dahulu?
Saya lalu berkata pada teman seperjalanan, “Kalau saya jadi pemerintah daerah, saya akan merombak konsep pariwisata di sini dan menjadikannya tren liburan paling hip untuk orang Jakarta mengingat jaraknya yang cuma 1,5 jam dari Jakarta.Jadi daerah ini potensinya luar biasa besar! Sayang tidak ada yang menangkap peluang ini dengan benar dan dengan konsep keseluruhan yang komprehensif sehingga pengembangannya seadanya saja.” Saya menyadari bahwa ada dua kemungkinan untuk memulai sesuatu, prasarana dulu, atau tamunya ada dulu. Telu harus diciptakan terlebih dahulu. Saya harus punya perhitungan yang matang dan mau mengambil risiko mengeluarkan tenaga, pikiran dan dana terlebih dahulu untuk memancing cukup ikan dan kalau ikannya cukup banyak tertangkap, nantinya menambah modal untuk bisa menangkap ikan yang lebih besar dan lebih banyak untuk membuat pabrik dan ekspor ke seluruh dunia. Itulah kiasan saya.
Saya lalu mengambil kesimpulan, dalam hidup kalau mau berhasil, kita harus punya visi bagaimana hidup kita akan tercermin di posisi dan waktu tertentu, lalu punya keberanian dan kemauan untuk menanam cukup modal, bukan sekedar asal modal untuk memulainya. Saya tidak bicara soal bisnis saja. Saya bicara soal semua hal dalam hidup kita.
Terhadap pertanyaan telur atau ayam, kalau saya jadi Tuhan, jawabannya ya ayam dulu, baru bertelur ...
No comments:
Post a Comment