Saturday, December 04, 2010

4 Desember 2010 : Iman dan Kegelapan

Saya baru saja menonton serial The Chronicles of Narnia : The Voyage of the Dawn Treader yang menurut saya "biasa-biasa" saja, jauh dibandingkan Harry Potter seri terakhir ataupun bahkan The Rapunzel. Namun toh ada dua kalimat petuah yang menancap di otak:

We are nothing without believing
dan

In order to defeat the darkness out there you must first defeat the darkness within (you)

Sepanjang film ke dua kalimat itu menggaung kuat di kepala. Saya mengerti kalimat pertama membawa saya pada pengertian bahwa segala apa yang saya lakukan tak akan ada makna nya bila saya tidak beriman akan Tuhan. Iman adalah believing - percaya, karena iman berarti meyakini dan percaya akan sesuatu kekuatan kehidupan yang tak kasat mata yang kita sebut Tuhan. Iman kepada Tuhan meneguhkan bahwa segala kekayaan, kekuasaan, jabatan dan gelimang indahnya dunia tak akan ada artinya bila tidak di jalan Tuhan.

Kalimat itu pulalah yang meneguhkan kalimat ke dua yang diucapkan dalam kesempatan berbeda dalam film itu, sebagai kalimat kunci yang diharapkan menjadi pegangan para Raja dan Ratu Muda Kerajaan Narnia dalam mengembalikan terang dunia dari kegelapan yang sekarang sedang berlangsung. Dalam kenyataan sehari-hari, begitu banyak orang yang memiliki kedudukan yang cukup penting untuk bisa menumpas ketidakadilan, ketidakjujuran, dan keserakahan namun justru terjebak dalam perenggutan keadilan akibat keserakahan dan ketidakjujurannya sendiri. Dalam hal ini segala godaan digambarkan sebagai emas permata yang menggiurkan yang mudah membuat orang lupa diri dan serakah, dan jeratan rayuan mautnya membawa petaka dan kematian. Karenanya saya diingatkan bahwa kalau mau menumpas kejahatan, kita harus bisa mengalahkan kejahatan dalam diri kita sendiri terlebih dahulu, kalau tidak bagaimana kita bisa menumpasnya sedang dalam diri kita sendiri masih berkobar kejahatan yang sama?

Saya jadi teringat kemarin menasihati seorang teman muda yang mendapat tawaran kerja yang menggiurkan dari sebuah perusahaan milik seorang kaya yang punya jejak terjang yang gelap. Kalimat ke dua sebetulnya meneguhkan apa yang saya katakan pada teman saya tadi. Saya bilang, memang betul tawarannya menarik dan kita bisa menjadi "seseorang" di sana, tapi "seseorang" yang bagaimana? Relakah kita menodai lembaran sejarah hidup kita dengan jejak orang-orang yang tidak bertanggung jawab meskipun kita tidak terlibat langsung? Kita sendiri sering berkata mengecam korupsi, kolusi, keserakahan yang menyengsarakan orang lain, tapi bagaimana kita bisa mempertahankan perjuangan kita mempertahankan nilai yang kita junjung bila hidup kita ditopang oleh orang-orang yang berkubang di ranah kotor itu? Maka saya meminta teman muda saya mempertimbangkan dan merenungkan. Kita masih bisa menjadi "seseorang" dan memiliki lembar bersih dalam pertanggungjawaban sejarah hidup kita sekaligus bila kita teguh dalam Iman kita kepada Tuhan. Niscaya keberlimpahan yang dianugerahkanNya hadir bersama kedamaian jiwa raga.

Petualangan Narnia kali ini meneguhkan iman saya kepada Tuhan, sekaligus menjadi pelita yang mengingatkan saya untuk selalu berusaha membersihkan kaca, sumbu dan menyediakan minyak bagi lentera yang ada di dalam diri agar bisa memberikan sinar bersih dan menerangi dunia sekitar saya...

No comments: