Saturday, June 12, 2010

11 Juni 2010 : Hijau

Kali ini saya menonton film dokumenter mengenai laut yang berjudul Oceans, sebuah film Perancis yang mendapat dukungan luas dari berbagai yayasan lingkungan nirlaba. Selama hampir dua jam, saya menikmati gambar yang sangat menyejukkan mata mengenai alam bawah air dengan lagu dan suara yang indah, dan dengan narasi yang sangat minim, sehingga seluruh panca indera kita dibuai gambar yang sangat menyejukkan hati. Begitu banyak makhluk air yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Semua hidup dalam aturan yang sangat tertib dan hukum yang sangat terjaga ... sampai kamera merekam mengenai campur tangan manusia di alam yang tadinya tenang itu.

Kamera menyorot adegan manusia menangkap ikan dan bagaimana mereka menebas semua sirip ikan hiu, termasuk ekornya, dan membuangnya kembali hidup-hidup ke laut tanpa sirip, tanpa ekor, mirip guling tak berdaya yang berdarah-darah menggeliat di dasar laut. Sementara di atas kapal, sirip-sirip yang sudah terkumpul di gantung di seutas tali, dikeringkan. Sirip tersebut selain untuk obat, menjadi santapan mahal dan lezat seperti sup hisit. Saya benar-benar shock dan sampai saat ini tak bisa melupakan gambaran kesadisan manusia. Sebelum ini saya berpikir bahwa hiu yang tertangkap dimanfaatkan sirip dan dagingnya. Tak pernah terbayangkan bahwa si penangkap tega membuangnya hidup-hidup tanpa alat berenang seperti itu.

Adegan lain menggambarkan betapa laut tercemar dari hasil polusi manusia sejak dari awal sungai, dan juga bagaimana kapal-kapal penjelajah memecah balok es antartika sehingga mempercepat proses pelelehan tempat berpijak aneka binatang kutub dan mempercepat kepunahan mereka.

Manusia berkata bahwa mereka perlu mempelajari alam semesta ini. Tapi saya kok jadinya berpendapat berbeda. Lebih baik manusia tidak belajar apa-apa sehingga alam ini bisa lebih terjaga. Karena begitu terkena sentuhan tangan manusia, hancurlah ekosistem yang semula terjaga asri.

Film ini mengajak kita untuk memikirkan kelestarian alam dan bagaimana campur tangan manusia justru merusak alam ini. Keluar dari gedung bioskop, kepala saya masih terisi potret kesengsaraan makhluk lain karena keserakahan kita. Saya jadi teringat kasus pencemaran laut karena tumpahnya minyak di Teluk Mexico yang mengakibatkan tertundanya kunjungan Presiden Obama ke Indonesia bulan Juni ini. Potret binatang yang mati dan sekarat karena berlumuran minyak sangat menyesakkan dada.

Malam ini saya ditunjukkan bahwa kita ini tidak ada apa-apanya dibanding alam semesta yang diciptakan Tuhan, namun kita yang tak ada artinya ini sok nya bukan main dan sering kali berlaku bagaikan Tuhan. Kita ini benar-benar semena-mena dan serakah dalam memanfaatkan bumi ini, padahal tempat kita berpijak hanyalah satu. Kita tak mau ambil peduli bagaimana generasi mendatang harus berjuang untuk bertahan dalam bumi yang sudah semakin hancur karena kita cemari.

Malam ini saya berjanji untuk melakukan apa yang bisa saya lakukan. Membuang sampah dengan benar, sehingga bisa dikelola dan didaur ulang. Mendukung penghijauan. Mendukung penggunaan energi terbarukan atau yang lebih dikenal dengan renewable energy sehingga menghemat tabungan energi alam kita. Mendukung pelestarian hewan dan tanaman dan lingkungan. Mendukung pengurangan polusi.

Let's get back to nature. Preserve our green. Preserve our air. Protect our water. Safe our trees, creatures, soil, air and water. Safe life.

Keluar dari gedung bioskop, saya jadi manusia yang lebih "hijau'.

No comments: