Sunday, June 27, 2010

26 juni 2010 : Maaf

Saya bangun jam 3 pagi untuk bisa berangkat dari rumah jam 4 subuh agar sampai di bandara jam 5 karena akan lepas landas jam 6 menuju ke Solo guna menghadiri pernikahan kerabat di Tawangmangu. Saya tiba di terminal F jam 5 kurang dan langsung menuju ke konter keberangkatan. Begitu melihat waktu yang kurang satu jam, petugas mengarahkan saya untuk ke konter cepat check in mandiri. Namun gagal,karena dibilang wrong entry terus-terusan. Jadi, saya diantar ke konter eksekutif. Begitu melihat tiket, sang petugas dengan santainya bilang, "Pesawatnya cancelled." Saya seperti mimpi bertanya, "maksudnya?" "Ya cancelled. Tidak terbang, jadi kalau Bapak mau, ikut penerbangan kedua jam 9:30." Ketika nada saya tinggi menanyakan kok tidak ada pemberitahuan, petugasnya bilang,"Maaf pak, ini baru saja diberitahu." Jadi, kami penumpang tak diberi pilihan. Ketika saya dan saudara saya mau duduk bersebelahan, saya mendengar kata maaf lagi, sudah penuh, duduknya pisah.

Jadilah saya terlantar. Untung saya punya fasilitas untuk singgah di executive lounge, jadi masih bisa molor di sana selama 3 jam. Sampai di pesawat dan sudah mengudara, saya mendengar orang di belakang saya ribut. Ternyata mereka kelewatan tidak diberi konsumsi. Sekali lagi kata maaf saya dengar. Hari ini, saya mendengar kata maaf seperti sedang diobral dan tidak punya makna karena cuma sekedar ngomong saja. Maaf, tapi tetap saja melakukan kesalahan tanpa merasa bersalah.

Saya benar-benar kesal dan berteriak di status bbm, facebook dan twitter. Saya bilang, mendingan namanya diganti dari burung perkasa menjadi emprit saja! Saya benar-benar kesal disuguhi oleh wajah wajah yang tidak merasa bersalah namun dengan entengnya mengatakan maaf. Betapa seringnya kita menemui kejadian ini. Begitu banyaknya orang yang mengatakan maaf tanpa rasa bersalah. Asal buka mulut tapi tetap saja lurus melakukan kesalahan, dan melindas orang lain, tanpa memikirkan bahwa orang lain itu juga punya keperluan. Gara-gara pesawat yang mau ngirit, menyatukan penerbangan pertama dan kedua, saya jadi kehilangan waktu sama sekali, dan terlambat datang ke acara siraman kerabat. Sampai di sana, tanpa ganti baju yang lebih sesuai, kami langsung diterima keluarga pengantin yang sudah menunggu lama untuk memulai acara ini. Dan pihak penerbangan tidak mau tahu. Angkuhnya bukan main, kan yang butuh sana, bukan saya, begitu kira-kira sikapnya. Tapi kalau mau jujur, meskipun sangat jarang, saya juga pernah begitu. Asal sesuai dengan kemauan, saya pura-pura tuli dan tidak tahu, main "tabrak" saja kepentingan orang lain, sambil ala kadarnya bilang, "Maaf"

Hari ini saya kena batunya dan diingatkan agar tidak asal bilang maaf. Maaf itu mengandung penyesalan, dan penyesalan itu juga mengandung arti kita berusaha melakukan perbaikan atas kesalahan itu. Kalau tahu bakal cancel, paling tidak mereka punya usaha untuk memberitahu pelanggannya agar bisa mempersiapkan diri dan jadwal lebih baik, apakah mau ikut di penerbangan berikutnya, atau mengejar pesawat lain agar tidak ketinggalan jadwal seperti saya ini. Jadi, lain kali, kalau saya bilang maaf, maka saya mengatakannya dengan setulus dan sepenuh hati, penuh penyesalan dan melakukan usaha sebaik-baiknya untuk memperbaiki keadaan.

Soal saya jadi terlambat datang di acara siraman? Ya, terpaksa saya juga bilang "Maaf", tapi kan paling tidak saya sudah berusaha ngebut dan datang langsung ke tempat acara secepat mungkin...

No comments: