Setelah puluhan tahun, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki lagi di bumi Pekan Raya Jakarta. Harga masuk per orang kalau weekend IDR 20.000 buka dari jam 10:00 - 23:00. Karena tumpahnya pengunjung, parkir saya jadi jauh sekali. Jalan kaki yang cukup jauh dari tempat parkir ke loket tiket menjadi semacam hukuman bagi saya yang tadi pagi membolos olah raga. Sesampai di loket, saya jadi terkejut karena sudah lebih dari jam 20:00 namun antreannya masih meliuk panjangnya. Ada saja orang yang mau menyerobot, tapi gagal karena saya pelototi. Yang datang aneka rupa. Di belakang saya rombongan Makassar. Di seberang ada sekelompok berbahasa Jawa. Ada juga kakek-kakek yang membawa armadanya. Semua campur, termasuk orang-orang bermata sipit. Saya jadi semakin excited, ingin tahu bagaimana sih rupa pesta rakyat ini setelah sekian lama tak pernah saya tengok!
Dengan uang yang saya keluarkan, saya mendapat sebuah kartu masuk, dan selembar kertas yang isinya kartu diskon dan kartu gratis. Gratis donut. Gratis ini. Gratis itu. Potongan segini. Potongan Segitu. Pokoknya, tukarkan kupon Anda begitu masuk selagi persediaan masih ada! Maka, begitu masuk arena, saya disuguhi antrean berjubel di counter penukaran. Karena lapar, saya jadinya cari makan dulu. Ternyata urusan cari makan tidak mudah. Saya jadi menyesal tidak makan di warung depan area PRJ yang menyuguhkan pecel lele kegemaran saya. Di dalam, "sumber" makanan yang ada benar-benar mengejutkan. Adanya stall-stall yang menjual makanan instan yang tak sehat, yang herannya penuh saja dijejali orang. Stall makanan itu kebanyakan tidak menyediakan tempat duduk, sehingga penikmat harus rela makan tersebar di jalan. Satu-satunya tempat makan yang senonoh berupa hidangan nasi ada di area Hall B. Jadi saya makan di sana.
Seusai makan seadanya, saya tergoda mencoba peruntungan menukar kupon. Ternyata dengan uang dua puluh ribu yang saya tukarkan sebagai tiket masuk, dan kupon janji diskon dan gratis, semuanya tipu belaka. Ada yang harus bayar IDR 25.000 untuk diganti 2 burger dan 1 minuman, ada juga yang gratis donutnya ternyata pakai tanda bintang. Di bawah kecil-kecil tertulis syarat dan ketentuan berlaku. Ternyata syaratnya adalah beli dulu minuman baru diberi satu donut gratis. Saya jengkel dan merasa ditipu kupon, akhirnya tidak beli. Yang saya heran, kok orang tetap mengantri ya di sentra-sentra penukaran kupon? Merasa menang karena harganya lebih murah dan dapat gratisan? Padahal kalau saya hitung-hitung modal produksinya bahkan dengan biaya promosi ikut nebeng tercetak di kupon itu, sang produsen masih saja diuntungkan! Lalu saya melewati counter yang tersedia. Berbagai promosi murah yang ada di sana juga tipu-tipu belaka, namun yang beli juga adzubilah banyaknya! Mulai dari merk terkenal, sampai yang baru saya jumpai di sana, penuh nuh!
Saya lalu berkaca. Kita ini memang suka ditipu dan diiming-imingi ya. Suka merasa menang kalau dapat hadiah (apapun hadiahnya, termasuk sampel minyak kayu putih dengan botol mini juga bikin hati senang). Saya juga terngiler-ngiler kena promosi TV 3D yang menawarkan gratis kacamata 3D setelah mencobanya. Padahal mestinya produsen kan memberikan fasilitas kacamatanya juga kalau beli TV 3D. Apa artinya beli tv dengan gambar ganda yang menumpuk tanpa kacamatanya? Mau juling nontonnya? Tapi masih saja saya terngiang-ngiang, dengan diskon tertentu, kalau sekalian beli blu ray 3D, saya bakal dapat 3 kacamata 3D! Wah, untung kan rasanya? Namun setelah melihat "penipuan" di PRJ malam ini, saya jadi mikir, eits, wait a minute! Saya lagi disirep nih sama produsen. Yang tidak penting jadi terasa penting untuk dibeli karena rasanya puas dan menang dapat diskon dan dapat gratisan kaca mata. Sebentar lagi, pasti turun juga harganya karena teknologi terbaru sudah mengantri mau masuk ke pasar. Maka akhirnya saya bilang sama yang jual,"Ntar deh mas, nunggu kalau harganya turunan dan lebih masuk akal." Si mas yang jual nyengir dan saya tidak jadi nonton siaran 3D paling tidak untuk beberapa saat ke depan, menahan diri sampai penawarannya masuk akal. Toh tadi siang saya sudah puas terpingkal-pingkal nonton Toy Story 3D di bioskop.
Soal iming-iming gratis ini, saya jadi teringat di mal-mal suka ditawari pena gratis tapi langsung diseret untuk mendengarkan ocehan berjam-jam dan disihir untuk beli ini itu. Juga iming-iming kartu kredit yang tidak jelas, menghadiahi boneka murah untuk dapat keuntungan sebesar-besarnya. Dan sekali lagi herannya, sudah habis diporoti orang masih saja merasa jadi pemenang, termasuk kakak dan ibu saya!
Pulang dari PRJ, saya justru merasa jadi pemenang besar : tidak beli apa-apan kecuali 2 kotak terasi Bangka yang sangat uenak itu, dan jarang ketemu di Jakarta! Dalam hati saya berterima kasih pada PRJ yang mengingatkan : hati-hati iming-iming gratis dan diskon!
No comments:
Post a Comment