Hari ini saya gagal ke Pekan Raya Jakarta, padahal sudah direncanakan dari kemarin. Sebenarnya mobil saya sudah berhasil memasuki arena parkir, tapi saking penuh dan semrawutnya, ditambah melihat lautan manusia mengantri, saya jadi menyerah duluan. Melihat gelagat saya sudah tak sabaran, teman saya langsung mengusulkan untuk membatalkan masuk ke arena pameran rakyat itu.
Sambil menyetir keluar area dan kehilangan uang parkir sepuluh ribu, saya menganalisa keengganan saya. Mungkin saya cukup nyaman makan pecel lele di pinggir jalan, naik bis berdesakan dan mendengarkan obrolan orang banyak di sela-sela hawa panas bis, namun ternyata sekarang ini, saya belum bisa nyaman dengan suasana semrawut dan hiruk pikuknya orang sebanyak itu, apa lagi jenis orangnya beragam dari yang paling tak berkelas sampai yang bawa mobil mewah tumpah ruah jadi satu. Selama ini saya lebih baik kena harga lebih mahal sedikit namun bisa nyaman belanjanya dari pada harus ke Glodok. Beli kebutuhan rumah tangga yang sedikit mahal di hypermart ketimbang pusing di pasar basah. Memilih lewat udara daripada sengsara berjam-jam di jalanan.
Saat sudah melewati kerumunan dan menikmati lancarnya jalan tol di hari Minggu, teman saya lalu bercerita bahwa ia setahun sekali bersama keluarga pergi ke Pekan Raya Jakarta untuk menikmati suasananya. Menikmati susahnya dapat parkir, menikmati desak-desakan dengan sejuta umat, makan kerak telor, menikmati sulitnya dapat taksi buat pulang, menikmati segala ketidaknyamanan dan ketidakteraturan. Mendengar ia bertutur seperti itu, saya jadi menyesal tidak masuk ke Pekan Raya Jakarta. Tadinya saya mengusulkan agar minggu depan balik pagi-pagi, saat masih banyak tempat parkir. Tapi ia bilang justru serunya di malam hari ketika lampu-lampu menyala. Lalu saya usul Jumat malam, katanya PRJ sudah mau tutup. Ketika saya usul naik taksi saja, dia bilang asal saya siap bete susah mendapat taksi. Arrrrrgghhhh!!!! Tapi setelah mendengar penuturannya, rasanya saya memang harus kembali ke Pekan Raya Jakarta di akhir pekan di malam hari, untuk berlatih "lepas!" Ya, lepas. Melepas semua peraturan pribadi yang mengharuskan ini dan itu, belajar ikut arus keramaian dan menikmati apa yang terjadi. Sebagai seorang selalu in control, tiba-tiba saya merasa perlunya membiasakan diri mengikuti arus yang out of control. Karena kalau tidak saya bisa stress sendiri ketika semua berjalan tidak seperti yang saya harapkan. Akhirnya saya hanya berani dan nyaman berkubang di daerah yang saya nyaman saja, padahal kalau mau membuka diri dan bersikap lepas, begitu banyak kesempatan dan hal-hal yang luar biasa indah untuk dinikmati.
Hari ini saya menyadari kekeliruan saya. Meninggalkan lahan parkir Pekan Raya Jakarta siang ini sebelum memasuki arena nya, saya membuktikan kekurang"lepas"an saya. Padahal setelah diceritai panjang lebar, saya jadi tahu saya kehilangan banyak kesempatan untuk menemukan berbagai hal yang selama ini tak pernah terbayangkan sebelumnya, dan semua pengalaman itu saya yakini akan semakin memperkaya wawasan saya, serta memperluas pengetahuan saya tentang kehidupan.
Saya bertekad untuk kembali ke Pekan Raya Jakarta sebelum pesta rakyat itu berakhir, untuk mengalahkan diri sendiri dan membuktikan betapa serunya hidup ini dan betapa luasnya samudra wawasan kita bila tidak dikungkung batasan-batasan yang memagari hidup kita dari semuanya itu. Doakan saya berhasil !
No comments:
Post a Comment