Saya punya sebuah kalender harian kecil berisi kata-kata cantik yang harus disobek setiap harinya. Kenyataannya tidak setiap hari saya sempat melakukannya karena kesibukan atau bahkan karena bepergian. Maka Sadar hari ini sudah berganti bulan, saya menyobek beberapa hari sekaligus agar tanggalnya menunjukkan hari ini. Sayang untuk dibuang begitu saja, saya sempatkan membaca cepat kata-kata yang ada di setiap hari yang terlewatkan. Sebuah hari mencantumkan kalimat seperti ini:
The Magic of first love is our ignorance that it can never end - Benjamin Disraeli
Saya terhenti pada kalimat tersebut lalu mengkoreksi :
The Magic of Falling in Love is our ignorance that it can never end - Lawrence Tjandra
Hahaha
Tapi sungguh, dari pengalaman, bukan cuma di cinta pertama saja, namun setiap kali jatuh cinta saya merasa : this is it! Ini cinta yang paling benar dan akan bertahan selamanya. Kenyataannya tidak demikian. Ada yang bertahan tiga tahun, empat tahun, bahkan delapan tahun, tapi ada yang tahannya cuma sebulan - dua bulan bahkan dalam hitungan hari dan semangat never end tadi pupus seketika. Maka setiap jatuh cinta, teman saya selalu mengingatkan, "Udah, jangan terlalu mimpi, yang nyata-nyata sajalah."
Memang benar sih, yang nyata-nyata saja. Namun realitanya sulit melakukan itu. Ketika passion lebih tinggi dari kenyataan, maka semuanya hilang lenyap ditelan indahnya asmara. Jadi, saya harus bagaimana dong? Susah memenangkan nalar di atas perasaan. Tiba-tiba ketika saya membaca ulang lagi kalimat yang saya modifikasikan di atas saya tersadar bahwa kalimat ini bukan kalimat manis. Kalimat yang terkesan indah itu justru merupakan peringatan bahwa cinta itu tidak selalu identik dengan selamanya bersama. Ada banyak issue bersalut cinta. Seperti obat yang bersalut gula, sering kali ketika lapisan gulanya habis, rasa obat yang sesungguhnya baru terasa pahitnya. Kadang kita bisa menelan kadang juga kita jadi muntah tak tahan pahitnya. Kalau kita bersikap seperti anak kecil yang mudah ditipu dengan rasa orange pada obatnya, maka kita akan kecewa ketika ingin berlama-lama menikmati rasa orange, rasa pahitlah yang terasa karena partikel-partikel gulanya melenyap dan rasa yang sesungguhnya muncul. Namun bila kita mengerti bahwa yang kita minum itu obat, maka kita sudah bersiap dan akan paham bahwa sesungguhnya obat itu rasanya pahit, hanya lapisan gula nya lah yang membuat ia manis sejenak. Begitu pula cinta dan kelanggengan.
Cinta adalah salut gula dan kelanggengan realita hidup adalah obat yang sesungguhnya. Jadi, kalau dikuliti, kalimat tadi mestinya berbunyi :
Beware that the magic of falling in love can end ...
dan pada saat salut manisnya hilang, siapkah kita merasakan rasa asli kehidupan bersamanya? Secara tak sadar lidah saya menyentuh langit-langit rongga mulut seolah ingin merasakan, saat ini rasanya apa ya? manis? atau sudah mulai pahit? Hmmmm...
No comments:
Post a Comment