Monday, June 21, 2010

21 Juni 2010 : Menguji Keberuntungan

Acara Super Deal 2 Milyar malam ini berujung dengan si pembawa acara mengawarkan kepada yang paling banyak menerima hadiah untuk maju ke babak final : kesempatan meraih 2 milyar! Tanpa ragu lagi si finalis menyatakan mau ikut main! Jsdi, ia mau menukarkan hadiah yang sudah ia kumpulkan sebanyak tujuh juta Rupiah demi mengejar 2 milyar. Iming-imingnya, kalau luput mendapat 2 milyar, ia masih berkesempatan memenangkan tirai 3 : liburan ke Universal Studio Singapura senilai 20 juta! Maka dengan penuh semangat ia memutar roda keberuntungan, dan ternyata berhentinya di 5 juta Rupiah. Seolah menjadi setan penggoda, sang pembawa acara pun menawarkan kesempatan sekali lagi, kali ini 2 milyar nya ditukar dengan 50 juta. Jadi selain punya kesempatan menukarkan hadiah 5 juta nya menjadi 50 juta, si finalis tadi masih mungkin juga dapat yang 20 juta. Roda diputar lagi, dan berakhir di 2 juta. Akhirnya, sang finalis membawa pulang 2 juta Rupiah, tekor 5 juta gara-gara mimpi 2 milyar nya.

Meskipun ini hanya permainan seru-seruan, tapi acara ini mengingatkan saya agar tidak serakah. Kalau saya jadi dia, saya akan berhenti di 7 juta. Kalau ternyata orang lain bersedia mengambil risiko dan memperoleh lebih dari yang saya dapatkan, itu rezekinya. Bukan rezeki saya. Memang, kita sering tertantang dan penasaran, kurang selangkah lagi, mencapai 2 milyar, tapi sebanyak apa probabilitasnya sampai ke dua milyar? Memang, kalau kita tak mencoba, kita tak pernah tahu hasilnya seperti apa. Kenyataannya, saya melihat dalam hidup ini betapa banyak orang yang serakah. Sudah mendapat jatah masih juga menyerobot jatah orang lain. Sudah mendapat rezeki, masih juga mengais rezeki tidak halal. Kurang-kurang-kurang. Tak pernah puas.

Saya sering dicemooh oleh teman karena sikap saya yang sangat konvensional dan sangat tradisional soal investasi. Saya pernah mendapat kuliah tentang wealth management dan sudah disediakan seorang konsultan untuk memutarkan uang di bursa saham. Tapi, waktu itu saya kok merasa tidak sreg karena merasa investasi seperti ini risikonya sama besarnya dengan imbalannya, jadi saya bilang saya mau pikir-pikir. Di saat saya pikir-pikir itulah bursa saham Amerika rontok berat. Sampai saat ini sang konsultan yang tadinya rajin menelpon lenyap tak berbekas. Saya ingat bagaimana ia mengiming-imingi uang saya akan bekerja sendiri menghasilkan keuntungan berlipat ganda.

Keberuntungan sering kali membuat kita ini seperti main judi. Sekali beruntung, kita sering mendorong keberuntungan kita sampai pada limitnya. Siapa tahu bisa dapat lebih, coba lagi, coba lagi. Yang ada, kita suka tak mau terima kalau keberuntungan itu ada batasnya. Sekali rezekinya selesai, kita baru sadar kalau bukan kita tambah harta, malah kehilangan harta.

Malam ini saya ditunjuki wajah kecewa dan meringis si kontestan yang mestinya bisa bawa pulang 7 juta, tapi malah cuma kebagian 2 juta. Saya ditunjukkan kapan harus berhenti menguji keberuntungan : bahwa kalau sudah diberi kesempatan mendapat rezeki, sebaiknya berhenti dan mensyukurinya. Kalau kita akan mendapat rezeki lebih, tentu dengan jalan apa pun kita akan mendapatkannya, asal halal dan ikhlas. Bukan berarti kita tak berusaha, namun yang penting kita tahu gelagat dan batasnya. Saya diingatkan kembali untuk bersyukur atas rezeki yang sudah dianugerahkanNya kepada saya. Juga untuk selalu minta bimbingan dan jalanNya, supaya kalau memang jodoh, rezeki tak akan kemana, ujung-ujungnya sampai ke tangan saya juga ....

No comments: