Saturday, June 12, 2010

12 Juni 2010 : 5 Pelajaran dari Karate Kid

Siang ini saya menonton Karate Kid, film yang sudah saya tunggu-tunggu sebagai nostalgia film dengan judul yang sama lebih dari 20 tahun yang lalu. Meskipun judulnya Karate Kid, film ini lebih tepat berjudul Kungfu Kid karena bercerita mengenai pendalaman seni bela diri Cina dengan setting kota Beijing yang lengkap dengan berbagai peninggalan historis dan budayanya.

Kalau Anda bertanya pendapat saya tentang film ini, maka jawaban saya adalah : BAGUS! Sangat menghibur. Akting Jackie Chan yang memang sudah teruji dan akting segar dan natural Jaden Smith - putera Will Smith membuat film ini menjadi semakin berwarna dan jauh dari mengantuk. Film yang sarat filosofi ini juga memberi berbagai pelajaran bagi saya. Setelah dihitung-hitung paling tidak ada 5 hal yang saya peroleh dari film ini :

1. Power hendaknya dipergunakan secara bijaksana untuk perdamaian dan kepentingan kebaikan sesama, bukan untuk menindas. Dalam dunia ini, kita begitu mendambakan memiliki power karena dengan power kita bisa menguasai, dan kalau sudah menguasai, kita cenderung mengeruk sebanyak-banyaknya manfaat dari yang kita kuasai. Kita kadang merasakan kepuasan dari ketakutan dan kecemasan orang lain karena kedigdayaan kita. Betapa banyak politisi dan penguasa dunia yang haus power. Saya agak kesulitan menerjemahkan power karena kok rasanya tidak tepat kalau diartikan kekuasaan atau kekuatan atau daya. Kedigdayaan mungkin lebih tepat. Perkumpulan Kungfu Merah yang harus dihadapi Pak Han dan Dre Kecil memiliki prinsip : No Fear. No Pain. No Mercy. Yang benar mestinya adalah : Jangan Gegabah. Jangan Pernah Menyerah. Jangan pernah kehilangan Hati Nurani.

Sebagai seorang yang memiliki power di pekerjaan, saya kini mengingatkan diri sendiri untuk jauh berhati-hati menggunakan wewenang yang saya miliki. Justru ketika kita memiliki power, kita harus lebih berhati-hati dan bertanggung jawab menggunakannya.

2. Sesuatu yang kesannya biasa ternyata memiliki makna yang luar biasa. Saya terinspirasi oleh latihan sederhana lepas jaket, gantung jaket, jatuhkan jaket, pakai jaket, lepas jaket dan seterusnya yang diajarkan Pak Han kepada Dre. Dre kecil akhirnya merasa bosan dan putus asa tidak merasa mendapat ajaran apa-apa setelah ribuan kali melakukan ritual itu. Namun ketika aksi sederhananya itu diterjemahkan menjadi aksi kungfu yang hebat, ia baru tersadar.

Dalam hidup kita sering mengeluh mengapa kita harus mengalami dan menjalani sebuah hal berulang kali, tanpa mengerti bahwa itulah cara Tuhan menempa kita untuk memperoleh kekuatan dan kemuliaan. Hari ini saya diingatkan untuk tidak mengeluh bila sedang ditempa Tuhan. Selama ini saya mengeluh karena tidak mengerti, namun hari ini saya dibuat mengerti apa arti kalimat "Bersyukurlah bila kita diberi cobaan oleh Tuhan, karena saat itulah ia menempa dan memberi pelajaran bagi kita.":

3. Jangan pernah minder meskipun yang kita hadapi memiliki kualifikasi yang luar biasa. Kalau tak bisa, belajar, bukan malah minder. Sebaliknya, seorang yang memiliki kemampuan jangan pernah menganggap remeh orang lain. Hidup ini membuktikan bahwa sering kali sang jumawa justru dikalahkan oleh orang yang sama sekali tidak diperhitungkannya. Corazon Aquino adalah ibu rumah tangga yang di luar perhitungan Diktator Marcos merubuhkan kekuasaannya dengan cinta kasih. Nelson Mandela menjatuhkan apartheid dengan tindakan damainya.

4. Pak Han menasihati : Hidup mengalahkan kita, terserah kita mau bangkit atau tidak. Memang benar, kita tak pernah menang melawan kehidupan. Bila "ia" ingin mengakhiri kita, matilah kita. Namun melalui kehidupan yang rumit ini saya juga belajar menghadapi pilihan : hidup mengontrol kita, atau kita yang mengontrol hidup. Saya pilih yang ke dua. Apa pun yang saya putuskan dan lakukan dalam hidup ini adalah hasil pilihan saya sendiri. Terserah kita, mau jadi orang yang terseret kehidupan, atau menjadi seorang yang mengukir hidup ini.

5. Ketakutan yang terbesar yang harus dikalahkan adalah diri sendiri. Dre Kecil menolak untuk berakhir di semi final kejuaraan bela diri karena kakinya dihajar secara curang oleh pihak lawan, sedang lawan yang harus dihadapi di final adalah anak yang selama ini ditakuti karena telah menghajarnya berkali-kali dalam kasus bullying. Melihat ia ngotot, Pak Han lalu menanyakan mengapa ia tetap bersikeras mengikuti babak final padahal kalau ia mau berhenti sekarang saja, ia telah kalah terhormat. Maka jawaban yang tak disangka-sangka keluar dari mulut si kecil, "Karena takut. Saya mau mengatasi rasa takut ini. Saya tidak mau keluar dari pertandingan ini masih memiliki rasa takut. Apapun hasilnya dari pertandingan ini, saya ingin saya tahu bahwa saya telah mengatasi ketakutan ini."

Saya terhentak. Jawabannya sama sekali bukan ingin membalas dendam atas babak belur selama ini yang didapat dari musuhnya, namun justru karena ingin mengalahkan diri sendiri! Betapa sering saya "kalah" karena tak berhasil mengatasi rasa takut. Padahal kalau saja saya bisa mengatasinya, saya bisa jadi pemenang.

Kalau kemarin saya merasa jadi orang yang lebih "hijau", maka hari ini saya keluar dari gedung bioskop merasa sebagai orang yang lebih "kaya" karena begitu banyaknya pelajaran yang saya dapat dari sebuah film hiburan yang ingin memenangkan hati orang Barat sekaligus orang Timur karena perpaduan budaya Amerika dan Cina yang terbalut cantik dengan bonus pemandangan Cina yang spektakuler. Sebuah film yang secara tidak langsung mengakui bahwa sekarang ini adalah era nya Asia ...

No comments: