Kasus Ariel-Luna Maya- dan Cut Tari memasuki babak baru ketika Ariel ditetapkan sebagai tersangka dan masuk tahanan. Infotainment pagi ini meliput kehadiran beberapa artis untuk menengok Ariel siang kemarin. Rupanya, aksi simpati ini mendapat reaksi keras dari Farhat Abbas sebagai ketua LSM yang sebelumnya tak pernah saya dengar. Ia mengatakan kehadiran para pesohor itu adalah bentuk dukungan yang salah kaprah dan tidak akan mengubah keputusan hukum.
Saya jadi heran, ada urusan apa dia dengan Ariel? Ia menggembar-gemborkan kecaman soal perzinahan dan perselingkuhan, tapi masih teringat jelas di benak saya ketika ia sendiri digempur kasus nikah siri sampai beberapa kali dengan wanita yang lebih tua darinya. Memang dia tak terlihat mendokumentasikan aksi ranjangnya dengan para wanita itu, tapi buat saya aksinya kali ini sangat aneh. Begitu gigih ia menyalak. Ada apa? Saya jadi berandai-andai, kalau suatu saat nanti dia yang kepentok (lagi dan lebih parah), bagaimana ya nasibnya? Saya membayangkan akan seru sekali bila ada orang yang menyalak sama kerasnya (atau bahkan lebih keras) dengan dia sekarang!
Saya jadi ingat cerita Yesus yang menyelamatkan perempuan yang dituduh berzinah dan akan dihukum rajam oleh masyarakat. Ia membuat garis di atas debu dan mempersilahkan orang yang tidak berdosa untuk melemparkan batu pertama. Seketika gonggongan pedas para penuduh yang sok suci itu pun senyap, dan satu per satu meninggalkan tempat, menyisakan Yesus dan perempuan itu. Maka Ia berkata,"Aku pun tak menghukum dikau, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi."
Apa pelajaran yang bisa dipetik dari ke dua kejadian yang berbeda jarak lebih dari dua ribu tahun ini?
1. Tak ada manusia yang bersih dari dosa. Tak ada seorang pun yang berhak menghakimi apakah orang ini berdosa atau tidak. Hak itu semata-mata adanya di Tuhan.
2. Kalau seorang suci memberikan kesempatan bagi seorang berdosa untuk memperbaiki sikapnya, siapa kita manusia yang berhak merenggut kesempatan orang untuk memperbaiki kesalahannya.
Alkitab memberikan petunjuk di Matius 7:1-6
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balik di dalam matamu tidak engkau ketahui?
Bagaimanakan engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari saudaramu."
Apa yang dilakukan Farhat sebenarnya sangat mengganjal hati, namun setelah mengingat kisah Yesus dan membaca ayat Matius di atas, saya jadi disadarkan : siapa saya untuk memiliki hak menghakimi Farhat. Saya sendiri bukan orang suci, dan dalam berbagai kesempatan saya juga bertindak sebagai Farhat. Sok tahu mana yang benar, sok tahu seharusnya bagaimana harus bertindak, padahal minus saya banyak sekali. Saya jadi ngeri kalau semua ukuran yang saya pakai untuk menghakimi orang dibalikkan kepada saya. Bisa-bisa saya lebih "tidak lulus" lagi!
Lewat kelakuan Farhat, saya disadarkan. Semoga ada orang atau jalan yang mengingatkan dia akan ayat-ayat di atas, sama seperti Tuhan telah memakainya untuk mengingatkan saya...
No comments:
Post a Comment