Selama dua setengah jam tadi saya menunggui kerabat dekat yang tak sadarkan diri sejak kemarin di sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan. Dengan selang di sana sini, ia berjuang dengan napas satu-satu melawan berbagai penyakit yang menyerangnya sekaligus. Badannya yang tadinya tegap ganteng terkulai layu. Saya duduk di samping isterinya dan mengobrol selama dua setengah itu, sambil sesekali diganggu suster yang melakukan pemeriksaan ini itu dan tindakan ini itu yang membuat perut saya mual dan keringat dingin.
Pikiran saya melayang-layang. Melihat ketakberdayaan kerabat yang begitu tadinya begitu giat, saya mempertanyakan apa gunanya hidup ini. Orang memang berjuang dalam hidupnya, melalui masa kanak-kanak, remaja, dewasa, menikah, sibuk membesarkan anak, menjadi kakek dan meninggal. Sudah? Begitu saja? Lalu buat apa hidup ini? Terbayang lagi milyaran orang hidup di dunia ini, semua dengan pola yang sama. Lalu mengapa harus melalui kehidupan di dunia ini? Apa gunanya kita eksis, hadir di dunia ini? adakah perlunya juga kita ini ada?
Saya lalu berpikir, kalau cuma begitu-begitu saja, apa gunanya kita hidup? Di awal tahun melalui proses hypnotherapy untuk meneropong kehidupan masa lalu, saya mengetahui kehadiran saya di dunia sekarang ini adalah untuk belajar berdamai dengan diri sendiri dan belajar unconditional love. Tapi, sudah? Sampai di situ saja? Mungkin juga, tapi saya merasa kalau "cuma" belajar itu saja, kok ya mubazir? Semestinya selain belajar ke dua hal itu, saya juga bisa memberikan sumbangsih yang berarti bagi dunia yang saya tinggali ini. Kalau saya telaah lagi, ternyata dari milyaran orang yang memenuhi bumi ini, hanya segelintir yang memberi manfaat, meninggalkan jejak positif bagi kemajuan dan kehidupan semesta. Sebagian lagi ada yang memberi dampak, tapi bersifat negatif. Namun sebagian besar lainnya, ya... ada tidak ada sebagai individu, tak ada bekasnya. Saya lalu menanyai diri sendiri : saya termasuk yang mana ya? Jangan-jangan cuma masuk yang sebagian besar ini.
Kalau ditanya saya inginnya seperti apa, ya saya akan menjawab mantap ingin meninggalkan jejak positif, yang selalu dikenang atas sumbangsih saya kepada dunia tercinta - apa pun sumbangsih itu. Namun, kalau melihat dari jumlah (orang yang bisa memberikan dampak positif), sumbangsih yang berarti itu benar-benar langka dan tak mudah untuk diwujudkan. Siapalah seorang "saya", yang cuma begini-begini saja mau memberi pengaruh bagi masyarakat banyak. Tiba tiba saya teringat film Oceans dan Ocean World yang saya tonton baru-baru ini. Ikan sardin adalah ikan yang relatif kecil dan lemah. Itu kalau dilihat satu per satu. Namun ikan sardin selalu bergerak bersama ribuan sardin lainnya sehingga kalau dilihat secara keseluruhan, kumpulan sardin itu bagaikan raksasa yang bahkan mengalahkan besarnya seekor paus. Saya lalu membandingkan sumbangsih saya sebagai seorang individu. Saya mungkin bukan seekor ikan paus, namun upaya yang saya lakukan bila digalang dan digabungkan dengan upaya serupa yang dilakukan orang lain bisa memberi dampak luar biasa besarnya.
Dalam perjalanan pulang, saya iseng membuka facebook dan di status Kafi Kurnia tertera:
What we do for ourselves dies with us. What we do for others and the world remains and is immortal - Albert Pine
Pas sekali dengan apa yang berkecamuk di kepala saya. Kalau di akhir hidup ini saya cuma sukses berdamai dengan diri sendiri dan memahami arti unconditional love, maka terlepas dari naiknya derajat kematangan roh, bagi dunia ini, upaya saya akan ikut mati bersama lenyapnya jasad ini. Tapi apa pun yang saya lakukan bagi sesama dan dunia, sekecil apa pun, akan tetap tinggal dan bermanfaat bagi kehidupan dunia. Saya jadi mengerti, bahwa hidup di dunia ini tidak hanya melulu soal "naik kelas" dalam hal ke-roh-an diri sendiri, tapi juga lulus dalam hal bagaimana saya mempergunakan kemampuan pribadi yang serba terbatas ini untuk memberikan kontribusi bagi kehidupan dunia yang lebih baik. Tiba-tiba saya merasa, hidup ini tidak cuma "begini-begini" saja. Our ability to make a difference (in life) will separate us from the billion clutter ...
No comments:
Post a Comment