Malam ini saya mendapat bbm bahwa seorang teman saya sedang bete pada orang tuanya. Teman saya adalah seorang manajer muda yang mandiri dan termasuk yang paling sukses di keluarganya. Tak heran orang tuanya selalu menganggap ia tak pernah bermasalah dengan uang sehingga bila ada masalah di keluarga atau di saudara kandungnya, ia menjadi sasaran lirikan untuk membantu dalam segi dana. Padahal teman saya ini masih punya banyak kewajiban yang harus diselesaikan seperti membayar cicilan mobil dan lain-lain kebutuhan pribadi. Di luar itu, setiap bulannya ia mendukung kelangsungan rumah tangga orang tuanya. Juga membiayai asuransi kesehatan mereka. Tapi yang diingat orang tuanya seolah-olah hanya ketiga saudaranya. Ia tidak pernah eksis kecuali soal bangga-banggaan punya anak S2 dan cemerlang di kantor, serta bila ada masalah, karena ia jadi bank keluarga. Hari ini, ia kembali dikira bank keluarga, dimintai uang untuk membantu saudaranya.
Saya jadi ingat, beberapa hari yang lalu, seorang bijak menasihati teman saya yang lain. Setelah mendengar teman saya mengeluh sebagai satu-satunya anak yang paling tidak dipeduli oleh orang tuanya yang terlalu sibuk mengkhawatirkan anak-anak perempuannya ketimbang satu-satunya anak lakinya. Beliau mengatakan : adalah hak orang lain, termasuk orang tua untuk mencintai seseorang lebih dari yang lainnya. Kenyataan ini memang bertolak belakang dari teori bahwa orang tua harus bersikap adil dalam hal kasih dan perhatian kepada semua anaknya. Kenyataannya, suka tidak suka, tetap saja ada yang lebih ada yang kurang. Kadang kita yang merasa dipilihkasihkan tidak mengerti benar alasan dan latar belakang apa yang dirasakan oleh orang tua kita - atau terkadang kita melihat dari kaca mata yang sangat jauh berbeda - namun sebagai anak, kita tidak usah memedulikan timbangan kasih orang tua. Tugas dan kewajiban kita sebagai anak adalah berbakti dan mengasihi orang tua kita, tak peduli seberapa besar atau kecil bakti dan kasih anak yang lain kepada orang tua kita, dan tak peduli besar atau kecil kasih dan perhatian orang tua kepada kita. Dengan demikian, kita terlepas dari rasa cemburu dan iri pada orang tua atau saudara sendiri.
Teman saya lalu mengeluh, ia sudah memberikan uang kepada orang tuanya, eh uangnya diberikan kepada anak kesayangannya. Maka berdasarkan wejangan Beliau, saya menasihati teman saya tadi saya mengatakan, kalau kita sudah memberikan uang, ya terserah orang yang diberi mau diapakan uangnya, itu bukan hak kita lagi. Soal membantu saudara, menurut saya juga bukan "wajib hukumnya". Dari pengalaman hidup, saya bisa menarik kesimpulan kalau tidak selamanya bantuan itu "membantu". Seringkali bantuan kita justru menjerumuskan. Maka nasihat saya pada teman saya di atas, bijaksanalah membantu. Kalau bantuan kita dapat menyelamatkan kehidupan seseorang, bantulah dengan tulus dan ikhlas. Tetapi, seringkali seseorang minta bantuan atau menaikkan bendera SOS hanya karena kemanjaan, ketamakan, gengsi pribadi yang tidak penting atau sekedar mau enaknya saja. Membantu orang yang begini sama dengan menjerumuskan, jadi saya sih menyarankan tidak dibantu supaya orang itu belajar tentang kenyataan hidup dan menjadi dewasa karenanya. Kita toh tidak bisa senang dan enak terus, semuanya serba empuk. Justru kegagalan, ketidakenakan, kegagalan, kejatuhan akan membentuk kita menjadi manusia dewasa yang bijak.
Hari ini, sembari menceramahi teman muda, saya seolah menceramahi diri sendiri. Hati dan mata saya terbuka. ya, betul. Apa pun yang dilakukan oleh orang tua kita, tanggung jawab dan kewajiban kita adalah mencintai dan menghormatinya dengan tulus ikhlas. Itu saja. Soal menuruti permintaan orang tua atau tidak, buat saya tergantung dari kebutuhannya. Buat saya, saya akan membantu setelah kebutuhan pribadi terpenuhi, dan kalau harus membantu atau sampai turun tangan mengalahkan kepentingan kita sendiri, maka keterlibatan kita haruslah bermakna dan tidak sia-sia. Hal yang sama berlaku dengan saudara kandung karena mau bagaimana pun mereka, tak ada yang bisa mengganti orang tua atau saudara kandung kita. Cinta dan Hormat wajib hukumnya. Soal bantuan, lain ceritanya ...
No comments:
Post a Comment