Pagi ini saya merasa sangat terusik melihat sebuah foto yang dipampang Kompas di halaman belakang. Foto itu menangkap sebuah poster yang penuh bertuliskan aneka promosi sebuah rumah makan dalam bahasa Inggris untuk mempertegas tulisan Kompas tentang penggunaan tweeter sebagai ajang promosi. Yang membuat saya miris adalah meskipun tampil penuh gaya dan sekilas memberi citra canggih dan kelas atas, bahasa Inggris nya sangat belepotan dan salah di sana sini. Lebih parah lagi, kesalahan terbesar jutru munculnya di headline alias kalimat utama poster tersebut : "Did you ordered a steak?" yang seharusnya bertulis : "Did you order a steak?" Tak tahukah si penulis bahwa kata Did sudah mengindikasikan masa lampau sehingga kata kerja nya sendiri tidak perlu dibubuhi bentuk lampau? Tepat di atasnya tertulis : "hey! were also on foursquare.com!" Mungkin maksudnya adalah "hey! We're also on foursquare.com" Di bawahnya secara terpotong tertera Free 1st drinks!bagi ibu hamil", waduuuuuh ini dua kali salah! First mengindikasikan satu, jadi bendanya tidak diikuti bentuk jamak, sehingga mestinya "Free first drink!" namun kenapa tiba-tiba posternya gagap berbahasa Inggris sehingga tidak bisa menerjemahkan "bagi ibu hamil"? Apakah karena si penulis tidak tahu menerjemahkannya? atau takut yang datang tidak mengerti? Kalau begitu mengapa sebagian besar isi poster dalam bahasa Inggris? Sebenarnya buat siapa sih poster ini?
Saya merasa sangat terganggu dan terusik dengan gaya sok-sok an seperti ini. Saya sungguh alergi dengan tulisan "thank's" yang jelas-jelas menunjukkan bahwa sang penulis yang awalnya berniat sok berbahasa Inggris justru menunjukkan ketololan dan ketidakcanggihannya. Bagi yang masih menulis seperti ini, ada baiknya saya bisiki : thanks itu seperti trims. Tanda koma di atas itu menunjukkan kata milik seperti Mary's house yang artinya rumah milik Mary. Kata thanks itu sebetulnya kata tidak formal yang mengindikasikan banyak terima kasih, seperti trims. Jadi mulai sekarang, kalau mau gaya-gayaan, pakailah thanks, bukan thank's. Herannya banyak sekali album lagu para penyanyi utama kita masih saja pakai thank's, padahal di dalam albumnya seolah-olah ia sudah mahir sekali bernyanyi dan bercengkok bahasa Inggris!
Tapi setelah merenung, saya jadi tidak berani terlalu keras berteriak dalam soal sok tahu ini. Diam-diam, saya juga sering melakukannya, supaya dibilang tahu, supaya dibilang tidak ketinggalan, supaya dibilang canggih, supaya dibilang oke! Kadang dalam pembicaraan, saya mengiya-iyakan saja saat sebuah nama disebut, atau sebuah hal diceritakan, padahal saya sama sekali tidak tahu apa sih yang dibicarakan, atau siapa sih yang disebutkan itu? Bahkan ketika sang penanya menegaskan, saya masih juga sok tahu dan sok kenal. Jadi, saya ini sering jadi kebalikannya pepatah "kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu". Kalau saya malah pura-pura tahu. Saking lihainya bersandiwara, cuma berapa kali saja saya terpeleset, ketika si lawan bicara melihat tatapan bodoh saya, sehingga akhirnya terpaksa mengakui kalau saya tak tahu. Kalau sudah tertangkap basah begini, waduh tak terkira malunya! Sekarang, kalau dipikir-pikir lagi, apa gunanya ya seperti itu? Tak ada yang salah kok kalau kita tidak tahu, bahkan di dunia yang kita geluti. Manusia kan tidak ada yang sempurna, dan kita juga bukan ensiklopedia yang harus tahu segalanya. Lagian, perilaku seperti itu juga tidak membawa untung buat kita. Kalau kita tidak sok tahu, mungkin kita akan lebih banyak tahu tentang berbagai hal karena si lawan bicara akan menceritakan dengan lebih detil dan lebih mendasar tentang hal atau orang yang tidak kita kenal.
Masalahnya adalah kita ini orang sok tahu, sok pintar dan yang paling kronis : sok gengsi. Sebuah survey periklanan menggambarkan bahwa orang Indonesia lebih memilih iklan yang headline atau kalimat utamanya berbahasa Inggris, namun isinya berbahasa Indonesia karena kalau diteruskan dalam bahasa Inggris orang kita ini tidak mudeng, alias tidak mengerti. Jadi pentingnya headline bahasa Inggris itu cuma buat sok-sok an, gengsi terkatrol kalau sedikit-sedikit ada bahasa Inggrisnya. Sebenarnya tak ada yang salah bila poster di atas dibahasa-Indonesiakan dengan baik dan benar. Sejujurnya kita tidak akan kehilangan gengsi apa pun dengan menuliskannya dalam Bahasa Indonesia. Cuma orang Indonesia ini besar gengsinya. Jadi inginnya sok-sok an, biar tidak menguasai, mau sok menguasai - hasilnya, malah runyam seperti di atas. Kalau saya iseng, saya akan broadcast dan memasukkannya dalam daftar leluconnya Jay Leno tentang headline-headline konyol di dunia.
Pagi-pagi saya sudah diketok dan diajari untuk tidak lagi sok tau dan sok gengsi. Kalau memang pesannya ditujukan kepada orang Indonesia, saya akan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kalau untuk orang berbahasa Inggris, saya akan berusaha menyampaikannya dalam bahasa Inggris yang baik dan benar. Kalau saya tidak tahu, mulai saat ini saya akan jujur mengatakan tidak tahu. Kalau tidak bisa, saya tidak mau lagi sok-sok an bisa. Dari pada sok tahu, akhirnya malah jadi malu...
No comments:
Post a Comment