Dalam perjalanan mencari makan siang yang asik, kakak saya Gita bercerita bahwa calon isteri kerabat kami yang semangat menjadi seorang Katolik patah arang gara-gara ia dinyatakan tidak lulus oleh seorang suster pembimbing dalam ujian akhir setelah selama setahun penuh ia ikut katekisasi. Katekisasi adalah pelajaran agama Katolik bagi seseorang yang ingin masuk agama Katolik sebelum ia dibabtis. Ia tidak lulus karena gagal menjawab satu soal : Ia tak ingat doa malaikat. Doa malaikat? Doa apa pula itu?
Saya yang mendengar saja sudah naik darah rasanya. Saya bilang siapa susternya? Akan saya labrak dia! Suster itu bukan pembimbing yang baik! Alih-alih ia membimbing dan membawa lebih banyak orang menjadi pemeluk agama yang baik, ia malah kehilangan salah seorang "domba"nya. Ia sungguh-sungguh gembala yang gagal dan jelek! Saya teringat pengalaman sendiri saat SMP waktu mau dibabtis. Saya juga tidak lulus. Tapi rupanya jiwa pembangkang sudah tumbuh dari dulu. Saya lalu protes dan meminta Ibu saya menghadap Suster Kepala Sekolah dan berkata, "Siapa Anda yang berhak menentukan saya siap atau tidak siap menjadi Katolik? Saya merasa siap menjadi seorang Katolik dan Anda tidak punya hak untuk menghambat panggilan Tuhan hanya karena saya tidak hapal kalimat syahadat dan doa tobat!" Memang, kalimat syahadat sangat lah panjang, dan doa tobat sungguh sulit masuk ke otak sehingga setiap kali ulangan dan diminta menulis kedua doa tersebut, saya tidak pernah benar. Saya baru hapal kalimat syahadat baru-baru ini, dan sejujurnya, sampai saat ini saya cuma bisa melafalkan doa tobat kalau ada teks di hadapan saya. Tapi mendengar ucapan keras saya, Suster Kepala Sekolah tak berkutik, dan memperbolehkan saya ikut jajaran yang dibabtis. Sampai saat ini saya masih taat sebagai seorang Katolik karena kesiapan dan pilihan saya sendiri.
Saya suka tidak mengerti mengenai patokan seseorang terhadap suatu hal. Dalam hal ini, si suster sudah mengambil patokan yang sangat keliru mengenai kesiapan seseorang memeluk sebuah agama. Apa artinya kemampuan menghapal doa yang sama sekali tidak masuk daftar doa penting itu bagi kesiapan seseorang menjadi Katolik? Doa itu datangnya dari hati. Ketika para murid minta saran, barulah Yesus memberi contoh sebuah doa versiNya yang kemudian kita tiru sampai sekarang. Yesus juga tidak pernah mengajarkan kita berdoa Salam Maria. Doa itu diciptakan gereja untuk menghormati Bunda Maria, tapi bukan berarti bahwa doa dari lubuk hati kita sendiri tidak kalah ampuhnya dengan doa karangan gereja.
Kita ini sering terperangkap dengan patokan-patokan dan aturan-aturan harafiah yang awalnya dipergunakan agar menjaga ketertiban, namun akhirnya kehilangan hal yang paling penting dan hakiki dari masalah itu sendiri. Saya sekali lagi pernah membangkang ketika gereja menetapkan harus mengikuti 4 kali pelajaran persiapan menerima sakramen Krisma dan tidak boleh sekali pun absen. Ketika itu saya akan ujian SMA dan Fisika adalah momok yang menyebalkan bagi saya. Maka saya minta izin kepada Pastor agar diperbolehkan sekali saja absen. Pastor tentu saja dengan kaku menolak. Saat itu juga saya berkata tegas dengan sedikit keras kepala, "Pastor, mana surat permandian saya! Saya tidak jadi ikut sakramen Krisma sekarang! Memangnya kalau saya tidak lulus SMA Pastor mau menanggung?" Saya baru mengambil pelajaran dan mendapat sakramen Krisma empat tahun kemudian di Salatiga saat saya akan menuntaskan gelar sarjana.
Siang ini, Gita lalu mencari si calon yang patah arang itu dan berpesan agar tidak kalah dengan suster ngawur itu. Memilih dan memeluk agama itu adalah hak setiap orang, dan tidak ada satu orang pun yang berhak menentukan kesiapan seseorang untuk menerima Tuhan. Bila Tuhan sudah memanggil, siapa kita yang berhak menghalanginya.
Sambil menyetir, saya hari ini belajar untuk tidak kehilangan fokus gara-gara terlalu banyak membuat dan mengikuti aturan. Aturan boleh saja dibuat untuk ketertiban, tapi aturan bukanlah tujuan utama. Bila sifat-sifat hakikinya sudah terpenuhi, aturan sudah tak diperlukan lagi, karena yang syarat utama yang dibutuhkan sudah ada di sana. Intinya, jangan biarkan kita (terlalu) terikat aturan! Semoga sang suster diampuni dosanya, dan tidak masuk neraka karena sudah mengusir seorang yang dipanggil Tuhan keluar dari pintu surga...
No comments:
Post a Comment