Gelap-gelap di gedung bioskop saat melepaskan semua tekanan kerja, saya mendapat bbm berikut:
TOKO ISTRI.
Sebuah toko yg menjual istri baru, dibuka di mana pria dapat memilih seorang istri.
Di antara instruksi2 yg ada di pintu masuk, terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main utk masuk toko tsb.
"Kamu hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI".
Toko tsb terdiri dr 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan kelompok calon istri.
Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai wanita tsb. Kamu dapat memilih wanita di lantai tertentu atau boleh memilih ke lantai berikutnya, tapi dengan syarat tidak bisa turun lagi ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko...
Alkisah, seorang pria pergi ke toko "istri" tsb untuk mencari istri...
Di setiap lantai terdapat tulisan seperti ini :
Lt. 1 :
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan & pandai memasak.
Pria itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.
Lt 2 :
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak & lemah lembut.
Kembali pria itu naik ke lantai selanjutnya.
Lt 3 :
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut & cantik banget.
''Wow'', tetapi pikirannya masih penasaran & terus naik.
Lalu sampailah pria itu di lt. 4 dan terdapat tulisan:
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget & sayang anak.
''Ya ampun !'' Dia berseru, ''Aku hampir tak percaya''.
Dan dia tetap melanjutkan ke lt. 5:
Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget, sayang anak & sexy...
Dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah kembali ke lt. 6 & terdapat tulisan:
Anda adalah pengunjung yg ke 4.363.012.000.
Tidak ada wanita di lantai ini.
Lantai ini hanya semata2 pembuktian untuk pria yang tidak pernah puas.
Terima kasih telah berbelanja di "Toko Istri".
Mohon hati2 ketika keluar dari sini.
Saya terpaku sejenak membaca pesan ini, dan mengulangnya sekali lagi. Saat membaca bait demi bait, pikiran saya mengembara. Memang, manusia ini adalah makhluk serakah, yang tidak pernah puas. Ketidakpuasan sepertinya bagaikan sisi mata uang. Sisi yang satu menunjukkan kebagusannya, karena berarti kita selalu ingin maju dan menjadi lebih baik, namun di sisi lain menunjukkan kehancuran karena ketidakpuasan sering membuat kita lupa dan membabi buta.
Saya ingat begitu banyak acara kuis di televisi yang membuat kita tercekam karena biasanya bila naik ke babak berikutnya kita mendapat tantangan yang lebih berat, dan hadiah yang tentunya lebih menggiurkan. Tak jarang model kuis nya berupa mencoba peruntungan seperti dalam who wants to be a millionaire, I'm smarter than a 5th grader, atau kuis 2 milyar. Mereka yang sudah mendapat peruntungan tertentu, tergoda untuk mendapatkan lebih dan lebih. Memang di situlah letak keseruannya, namun tak jarang kita melihat orang yang berharap mendapat 2 milyar, malah pulang dengan hadiah yang lebih kecil dari hadiah terakhir sebelum ia menantang peruntungannya di nilai 2 milyar.
Saya sendiri, sering tergoda juga. Saya adalah penggemar elektronik dan gadget terutama ponsel. Setiap ada model terbaru, saya ingin memiliki. Senang rasanya mengutak-atik segala fitur yang ditawarkan, namun keasikan itu tak bertahan lama, karena kembali tergiur oleh teknologi terbaru yang ditawarkan, meskipun kadang teknologinya hanyalah lompatan sejauh batu kecil. Perkembangan dunia elektronik begitu pesatnya. Saat ini, perangkat elektronik yang terhangat adalah televisi 3D dengan perangkat kaca matanya, namun kemarin saya menemukan bahwa sebuah perusahaan elektronik tengah mengembangkan 3D tanpa kaca mata, alias dengan mata biasa saja, kita bisa merasakan gambar yang ada di layar televisi meloncat keluar! Saya sadar kalau mengikuti perkembangan, tentu tak akan ada habisnya.
Hal yang sama berlaku untuk harta dan mencari pasangan. Seringkali kita tidak puas dengan yang kita miliki, dan kalau godaan datang, sering juga kita berkata,"hmmm, kenapa tidak? Coba-coba toh tak ada salahnya, siapa tahu lebih baik?" Namun kita sering tak menyadari bahwa coba-coba ini justru memerosokkan kita dalam keadaan yang sebaliknya dari yang kita harapkan. Inginnya mendapat kesempurnaan, seringkali bahkan berakhir dengan kesengsaraan. Sikap tak pernah puas mungkin bisa tercermin dari apa yang dialami Ariel, atau Cut Tari. Sudah punya suami setia, masih juga ingin coba yang lain, yang mungkin benar juga, aksi ranjangnya lebih hebat dari sang suami, tapi... apa yang didapat sekarang? Kerjanya menangis setiap hari di depan layar kaca, ketakutan dan menyesali perbuatannya.
Pesan di atas mengingatkan saya bahwa tak ada yang sempurna, dan tidak pernah juga ada kata cukup. Karenanya doa yang diajarkan Yesus adalah : Berikan kami makanan hari ini secukupnya, atau dalam versi Katolik Berilah kami rezeki secukupnya. Bukan sebanyak-banyaknya. Kurang uang bikin kita sengsara, namun terlalu kaya juga membawa petaka perpecahan dan keserakahan. Maka, pas di tengah-tengah adalah yang terbaik.
Saya tiba-tiba menyadari makna kata "secukupnya". Andaikan kita memiliki sebuah ruang, dan ruangan itu kita isi dengan "secukupnya" maka kita masih punya tempat untuk bergerak, menikmati keindahan kekosongan yang ada, bukan karena tidak mampu mengisi, namun karena alasan kenyamanan. Kita punya ruang dan kesempatan untuk memperhatikan dan menikmati setiap keindahan detilnya. Bayangkan karena kemampuan kita, kita mengisi penuh ruang yang ada. Kita akan sesak, tak lagi menghargai dan menikmati masing-masing detil yang ada di ruangan itu karena semuanya mahal dan serba berteriak kegemerlapannya. Serba cemerlang membuat kita tidak lagi bisa menghargai kemewahannya. Banyak orang berpikir kalau semuanya gemerlap, betapa indahnya dunia ini, kenyataannya, baru saja kita membuktikan bahwa ruangan penuh kemilau justru tidak mendatangkan apresiasi yang sama bila ada satu center piece yang membawa kemilau dalam sebuah ruangan yang minimalis.
Saya juga menyadari bahwa "secukupnya" itu berarti bahwa saya seharusnya bersyukur punya kekasih yang tidak memenuhi semua kriteria kesempurnaan. Seringkali kita mengejar deretan daftar pasangan saya harus ini, harus itu harus apalagi, namun saya berani yakin, karena dunia ini tak ada yang sempurna, bila pasangan kita 99% sempurna, yang akan menjadi perhatian kita bukan di 99% nya karena kita akan menganggap hal itu adalah sudah semestinya. Karena selalu mengejar lebih, kita akan cenderung terpatok dan terganggu dengan 1 % nya, sehingga tetap saja kita akan mengejar orang lain yang siapa tahu bisa menutup kekurangan 1% tersebut. Kalau saja tahu batas berhenti berharap, dan puas dengan kualitas utama yang kita butuhkan dari seorang pasangan, kita akan lebih mengapresiasi setiap kelebihannya daripada kekurangannya, karena kita tahu bahwa dalam hidup kita, kita lebih mementingkan kelebihan yang dimiliki, sedangkan kekurangannya justru dapat menjadikan pasangan kita unik dan di sanalah justru tercipta sebuah kesempurnaan. Saya ingat, ada pepatah yang mengatakan bahwa imperfection makes life perfet. How true it is.
Maka, menutup renungan malam ini, saya akan selalu ingat kata "secukupnya" agar terhindar dari keserakahan hidup. Saya ingin hidup simply happy, dan simply happy hanya dapat saya capai kalau saya hidup "secukupnya"...
No comments:
Post a Comment