Hari ini saya ada tiga acara. Satu acara klien, dan dua undangan. Kalau diurut dari segi jam nya, maka acara pertama saya adalah undangan Kementerian Kesehatan dimana saya menjadi anggota panitia pusat Hari Kesehatan Nasional. Kemarin saya menerima faks undangannya, dan pagi ini saya mendapat bbm dari Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan yang notabene adalah Ketua Panitianya, mengingatkan adanya pertemuan tersebut. Saya langsung membalas mohon maaf tidak bisa ikut karena ada acara klien, namun berjanji datang makan siang bersama untuk membahas rangkaian kegiatan HKN 2010 sebelum rapat besarnya.
Siang hari, saya menjadi penyelenggara acara klien yang rencananya dihadiri oleh seorang pejabat penting, beberapa pejabat teras, dan berbagai kalangan akademisi, serta tentu saja rekan-rekan media. Tanggal pelaksanaan acara secara khusus disesuaikan dengan jadwal si pejabat dari jauh-jauh hari, di hadapan Beliau sendiri. Kira-kira satu jam sebelum acara dimulai, Deputi nya telah hadir dengan naskah pidato di tangan dan mengatakan bahwa sang pejabat mendadak ada acara lain dan diusahakan datang. Klien saya mulai panik. Kami pun menyusun skenario alternatif. Kurang seperempat jam, datang protokol sang pejabat yang mengatakan bahwa atasannya akan datang. Tepat jam yang ditentukan akhirnya sang protokol dengan meminta-minta maaf diberi tahu ada rencana lain sehingga sang pejabat tak jadi mampir. Saya yang biasa, sudah tidak heran lagi dengan kejutan seperti ini, namun klien saya langsung lemas mengingat pentingnya issue yang akan diangkat bagi bangsa kita dan tanpa kehadiran sang pejabat, pesan yang akan disampaikan akan terasa kurang berbobot. Sang deputi ikut lemas dan kesal, malu pada orang-orang yang lebih peduli terhadap masalah bangsa ini. Alasannya karena tiba-tiba harus melakukan pendampingan.
Di tengah-tengah acara, beberapa teman wartawan yang merasa sudah lengkap mendapat bahan tertulis, minta diri karena akan pergi ke tempat lain, ada undangan yang tak kalah menggiurkannya. Jadi, di sini dapat secuil berita, di sana juga dapat. Untungnya secara keseluruhan acara berjalan lancar. Saat semua sudah bubar, klien saya menanyakan kehadiran seorang pemimpin redaksi yang berjanji mau hadir, tapi sampai acara selesai tak tampak batang hidungnya. Benar ia telah mengirim wakilnya, namun klien saya geram setelah beberapa hari yang lalu diajak makan siang oleh si pemred dan ditodong untuk pemasangan iklan tahun depan di majalah si pemred. Beliau hanya menukas singkat namun ketus : I think ...(menyebut nama si pemred)... has made a BIG mistake! Asal tahu saja, klien saya membawahi 25 brand internasional yang sangat berpengaruh di dunia life style.
Di sela acara kemas-kemas yang sudah hampir selesai, saya meminta diri pada klien saya untuk r memenuhi undangan VIP acara Be Our Cover Majalah Men's Health Indonesia. Tadinya saya tidak berniat hadir karena ingin konsentrasi penuh pada acara klien, namun saya menerima pesan khusus dari pemimpin redaksinya untuk hadir. Sudah dijelaskan staf saya bahwa kami sedang ada acara klien, namun sang pemred kembali menegaskan tak apa terlambat, namun tetap minta disempatkan hadir. Maka saya pun merasa sangat dihargai dan memenuhi undangan Beliau. Karena didudukkan tepat di belakang bangku juri, saya bahkan sempat bersalaman dan menyapa sang pemred.
Dari sehari yang penuh undangan ini, saya berpikir betapa bangsa kita ini tidak mengerti arti diundang dan memenuhi undangan, apa lagi yang disampaikan secara khusus. Saya bisa mengerti, semakin penting si orang, undangan yang diterima dalam sehari bisa banyak sekali dan tak jarang bentrok jadwalnya. Dalam hal ini, kita harus bisa memilih. Dan kalau sudah memilih, kita juga seharusnya punya sopan santun untuk bisa mengabari pengundang bila kita tidak bisa hadir sehingga tidak ditunggu. Jangan pernah berpikir, ah, pasti undangannya banyak jadi kita ini cuma diundang basa-basi saja. Kalau sudah mengonfirmasi mau hadir, hadirlah - apa lagi bila Anda adalah undangan kunci di suatu acara, tentu Anda akan diberi peran penting juga di sana. Kalau acaranya serius, tentu berbeda dengan acara kawinan. Kalau kawinan, kita bisa datang ke beberapa resepsi dalam sehari, namun bila acaranya serius dan mengangkat tema penting, pastikan Anda berkonsentrasi pada satu acara. Di sinilah pentingnya kemampuan kita melakukan penilaian akan pentingnya suatu acara dan melakukan prioritas acara apa yang akan dihadiri dan berkonsentrasi di sana. Kiat bisa menclok sana menclok sini tidak berlaku di sini. Alasannya sih simpel saja : You don't know what you are missing if you cannot prioritize! Jadi, kalau tidak berminat atau tidak bisa datang, katakan saja tidak bisa, dari pada janji-janji palsu, dan membubarkan harapan dan rencana orang - wah, Anda tidak bisa membayangkan betapa besar dosa Anda! Dalam hal si pejabat tadi, wah dia kehilangan kesempatan emasnya mengangkat issue yang menjadi pokok tugas yang diembannya ke rana publik melalui statementnya di hadapan editor senior yang menjadi tamu sore ini. Ia jadi dinilai banyak kalangan tidak tahu prioritas kerja.
Hari ini saya merasakan sendiri pentingnya :
- Sopan santun alias etika saat kita diundang orang
- Pentingnya kemampuan memprioritaskan kepentingan
Dua hal yang sangat langka di bumi persada tercinta ini, dan sayangnya terjadi tidak hanya di masyarakat kebanyakan namun mirisnya justru ada di lapisan creme de la creme negeri ini. Dan sayangnya orang kita ini sering salah kaprah soal prioritas. Untuk yang satu ini, I will stop my comment here. Namun yang jelas, hari ini saya belajar bagaimana bersikap menjadi seorang ter-undang yang baik dan benar ...
No comments:
Post a Comment