Thursday, July 22, 2010

22 Juli 2010 : Belajar Hidup dari Masakan Cina

Siang ini saya memperkenalkan masakan Teo Cheow kepada rekan-rekan media. Masakan ini termasuk jenis masakan Cina Selatan yang berdekatan dengan pesisir sehingga sangat terkenal dengan makanan lautnya yang sangat segar. Saking segarnya, bahan masakan laut ini terkenal dengan pemrosesan yang sangat sederhana dan ringan seperti kukus dan tim agar terasa benar rasa bahan dasarnya. Hal inilah yang membedakannya dengan masakan di daerah lainnya.

Selama menangani sebuah restoran Cina terkemuka, saya jadi belajar mengenai filosofi makan fine dining ala orang Cina. Ternyata urutan makannya tidak sembarangan. Orang Cina terbiasa menyantap berbagai jenis masakan namun dalam jumlah kecil sehingga tidak membuat kita mabok kekenyangan. Rentetan ritual ini dibuka dengan makanan pembuka yang cenderung ringan dan menggugah selera. Acara makan dilanjutkan dengan unsur yang terpenting dalam ritual ini : sup. Sup memberikan unsur yin atau yan dan menjadi penentu nuansa masakan yang disajikan. Bila sang suami capai kerja, biasanya isteri akan memasakkan sup berunsur yin yang merelakskan, sedang bila ada anggota keluarga yang sakit, ibu akan memberikan sup berunsur yang untuk membangkitkan tenaga. Makan dilanjutkan dengan rangkaian makanan utama yang ditutup dengan nasi atau mie. Nasi atau mie sengaja disajikan di bagian akhir karena mengandung karbohidrat sehingga secara otomatis kita tidak mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah berlebih. Seluruh rangkaian ditutup dengan hidangan penutup yang terdiri dari dua jenis. Jenis yang hangat atau panas adalah yang otentik Cina, sedang yang dingin sudah terkena pengaruh budaya Barat. Semua tahapan dipersiapkan dengan sangat cermat, mulai dari bahannya yang mengandung berbagai vitamin dan mineral hingga proses memasaknya yang diupayakan mempertahankan unsur gizi di dalam bahan tersebut. Penggunaan sumpit pun membuat kita harus mengambil makanan dalam jumlah terbatas sehingga membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita. Sebuah rangkaian filosofi yang luar biasa menakjubkan dan detil dari sebuah kebiasaan yang sehari-hari kita lakukan. Tak mengherankan Cina memperhitungkan dengan penuh keseriusan yang sangat detil di setiap langkah hidupnya sehingga sukses sangat akrab di kalangan etnis ini.

Ketika mencoba membandingkan dengan apa yang saya lakukan selama ini, saya jadi menutup muka dengan kedua tangan. Saya sering "take for granted" berbagai hal dan kejadian dalam hidup ini. Bahkan untuk mengisi blog ini, saya seringkali blank. Merasa tidak mendapat apa-apa dalam sehari ini sehingga tidak tahu apa yang harus saya tulis. Mengaca kembali pada ritual di atas, setiap hal mengandung makna, setiap langkah mengandung arti. Sedang saya sering tidak mengerti arti banyak hal yang terjadi dalam hidup saya, sehingga lewat begitu saja tanpa kesan. Saya sering tidak menyadari langkah saya karena sudah jadi kebiasaan yang seperti robot, tanpa terpikir dan tanpa terasakan. Saya jadi ingat kebiasaan memperhatikan gerakan gerakan olah napas yang dilakukan sekelompok orang di daerah rumah, sambil menertawakan mereka. Kini, saat menyadari bahwa setiap gerakan hidup ini punya makna, barangkali merekalah yang menertawai saya : kasiaaan deh luuu, kemana aja selama ini?

Saya sungguh bersyukur mendapat kesempatan menangani program komunikasi restoran cina ini, karena ternyata justru belajar filosofi Cina dari sang empu nya restoran. Memang tidak mudah untuk mengimplementasikan dalam hidup, apalagi untuk seseorang seusia saya. Namun saya tidak putus asa, karena kesempurnaan dan wangsit kebijaksanaan itu datangnya tidak di awal, jadi saya merasa masih punya kesempatan.

Hari ini saya menyadari bahwa every single step counts, every single moment counts. Jadi tak ada alasan lagi kalau saya bilang hari ini saya tidak belajar apa-apa karena hari ini sama dengan hari sebelumnya. Mungkin yang saya alami hari ini bukan hal yang baru, namun sebuah pelajaran menyerap dalam sanubari karena dialami dan dilakukan berulang-ulang. Jadi kalaupun pelajaran hari ini sama dengan hari sebelumnya, tak mengapa. Itu juga yang dipakai prinsip iklan : semakin sering dilihat dan didengar semakin menancap di benak. Tinggal saya mengasah kepekaan dengan lebih tajam lagi. Jadi kalau lagi blank atau hang, saya akan bertanya : Every single thing counts, so what have I counted today?

No comments: