Okay, I'd be really honest: I've been at my lowest point in the past 3 days. I've been terribly sad. I've also been so badly broken. I knew I had to pass this phase, but still my human feeling cculd not deny that it's been so badly hurt. For a reason I could not tell.
Hari ini, saya sering blank di sela sela jadwal kerja yang cukup padat. Harus berangkat pagi pagi, mempresentasikan sebuah topik bahasan, makan siang bersama seorang rekan wartawan, berkutat dengan kesibukan rutin kantor, had a dinner date, and then, I briefly met again with a friend of mine that I mentioned in yesterday's blog. Bertemunya sebentar saja, karena sudah malam, dia hanya ingin memastikan saya baik baik saja. And I showed up more composed than yesterday, and I managed to smile too. Dan ketika sampai, di rumah, dia pun memastikan bahwa saya sudah tiba dengan selamat. Dan ia menulis di blackberry messenger nya : It's nice to c u tonite ... More smile ..
Ketika saya berterima kasih, dia bilang "my pleasure, it's all because of you too". Kok bisa? Ia menjawab, "Iya ... no matter how hard I tried, if you don't have the will to set yourself free and smile ... it wouldn't happen :-)" Ketika saya berterimakasih sekali lagi, jawabnya, "It's a pleasure for me too, if I can make you smile :-)" WOW!
Detik ini saya langsung menyadari bahwa kalau di urut ke belakang, di setiap keterpurukan, Tuhan selalu memberi saya seseorang yang setia mendampingi melalui setiap tahap kesusahan hingga saya bisa pulih dan bangkit lagi. Dan kali ini, tak terkecuali. Saya tidak mengerti bagaimana Tuhan bekerja, namun di saat yang terburuk, Tuhan sudah menyediakan "malaikat"nya untuk menolong. Seperti teman saya ini. Out of the blue, tiba tiba ia men sms saya kemarin pagi. Saya mengomel dan mengatakan sombong karena ucapan natal dan tahun baru saya tidak dibalas. Ternyata blackberrynya rusak dan baru sembuh 2 hari lalu. Dan sejak saat itu, dia selalu menemani saya, dan memberi encouragement yang membesarkan hati sehingga saya jadi lebih mampu bertahan.
Saya benar benar bersyukur bahwa ternyata Tuhan tidak pernah membiarkan saya sendirian. Tanpa diduga, Ia selalu mengirimkan bantuan, memberi pendampingan, dan penguatan, dalam bentuk nyata. "Malaikat penolong" saya selama ini memang selalu berbeda orang, dari latar belakang yang berbeda pula, namun kalau direnungkan lagi, selalu orang yang paling tepat untuk menemani saya melalui saat saat terberat di situasi tertentu di masanya. Saya harus mengakui bahwa sebagian besar mereka yang pernah menjadi "malaikat penolong" saat ini sudah tidak berhubungan lagi karena situasi. Namun, setelah saya renungkan kembali, saya belajar bahwa ada orang orang yang memang dikirim Tuhan untuk terlibat dalam hidup kita dengan tugas hanya untuk mendampingi saat saat berat dan setelah "tugas"nya selesai, mereka kemudian berlalu dan meneruskan perjalanan hidupnya lagi. Saya tentu berharap hal ini tak terjadi dengan teman saya yang satu ini.
Dari pengalaman, saya berani bilang kalau kita mau lebih peka saat sedang dalam kesusahan, atau tertimpa bencana, atau derita, atau sedang terpuruk, selalu saja ada "malaikat" yang dikirim Tuhan untuk kita. Sayangnya kita sering kali tidak peka. Kalaupun mengerti, kita jadi terlalu terikat pada sang "penolong" karena berhutang budi yang berlebihan, dan merasa bersalah dan tak mau mengikhlaskan bahwa waktu bagi sang penolong itu sudah habis bersama kita, dan harus meneruskan perjalanannya sendiri. And it's okay, because they have done their part and duty. And now they have to continue their journey with new task of life in order for them to grow. Kalau kita tahan, bisa jadi malah kita tidak berbuat yang terbaik baginya. Malah menghambat.
Maka, saat ini saya mau berterima kasih dan mengirim doa untuk "malaikat" saya. Agar ia mendapat berkah melimpah atas perannya yang luar biasa, telah setia menemani saya berjalan melalui tebing terjal kehidupan dan menuntun saya melewati titian tipis agar sampai dengan selamat tiba di seberang untuk meneruskan perjalanan ...
No comments:
Post a Comment