Sunday, January 03, 2010

2 Januari 2010 : Keset

Baru memasuki hari ke dua di tahun 2010, saya sudah harus minta maaf. Minta maaf karena terlambat menulis di blog ini tentang apa yang saya pelajari pada tangal 2 Januari 2010.

Tadi malam, saya, ibu dan kakak saya diundang secara khusus untuk dinner di rumah Gillian & Kurt, pasangan suami isteri yang sudah merupakan teman keluarga yang sangat dekat. Namun ini pertama kalinya saya mengunjungi rumahnya yang asri di alam perbukitan dan peternakan Shady Hill. Awalnya dari luar saya sempat kecewa, kok rumahnya begini begini saja, padahal saya tahu Gil adalah sosok yang sangat perfeksionis. Namun saya jadi mengerti saat masuk ke dalam rumahnya dengan pemandangan perbukitan yang spektakuler indahnya di ruang keluarganya. Dari luar tampak biasa, namun di dalam luar biasa. Saya jadi malu sendiri menyadari, bahwa saya sering kali ingin tampak indah di luar namun di dalamnya busuk.

Lalu pembicaraan mengalir lancar dan saya jadi bingung, mau menulis apa di blog ini karena begitu banyak pelajaran hidup yang saya terima dari perempuan elegan ini. Seakan menyambung perasaan saya di atas, Gil bercerita suatu saat ibunya menegurnya untuk dandan, dan tidak tampil acak acakan. Gil bilang saya tampil begini karena tidak ingin menjadi perhatian orang. Namun ibunya mengatakan bahwa kamu salah, kamu justru menghargai mereka dengan tampil baik. Dalam hati saya menyerap. Oke, dari dalam harus baik, tapi depan juga tidak boleh acak acakan...

Kami bicara ngalor ngidul, dan sampailah saya pada keputusan untuk memilih topik keset sebagai bahan pelajaran terpenting hari ini. Gil bicara soal keberadaannya sebagai satu satunya wanita di korps kerjanya, dan dia ingin menunjukkan bahwa dia memiliki eksistensi dan kontribusi tersendiri yang berarti bagi kelompoknya, bukan sekedar hiasan dan pelengkap. Perlu diingat, zaman dia bekerja adalah masa saat diskriminasi gender masih sangat tinggi. Dia bilang, dia tidak bisa hanya mengikuti arus dan iya iya saja. Ibaratnya, jika ia tidur telentang di muka rumahnya, ia tidak mau mukanya diinjak injak seolah keset.

saya jadi berpikir, berapa sering kita membiarkan diri sebagai keset dalam hidup ini? Saya jadi teringat seseorang yang saya kenal. Dia datang dari keluarga yang keadaan ekonominya sangat memprihatinkan. Saking parahnya dia sampai memutuskan merantau ke Jakarta, dan ketika saudaranya tahu dia tidak punya uang dan berniat menumpang sampai dapat pekerjaan, dia diusir. Dia kemudian tidur di jalan dan di mesjid, dan hanya bergantung dengan uang dua puluh ribu rupiah. Jadilah dia mengejar uang dengan tubuh dan harga diri sebagai gantinya. Kini ia memiliki pekerjaan tetap di sebuah perusahaan namun masih tidak dapat melepaskan diri dari jeratan orang yang katanya tulus membantu, namun mengharapkan tubuhnya sebagai imbalan. Ia dijerat dan diancam. Dia bilang dia ingin bahagia saat menemukan cinta sejatinya, namun dia tidak berdaya. ia di "penjara". Facebook dikuasai si bos, handphone di kontrol si bos... padahal si bos sudah punya keluarga.

Tidak berdaya? Hm... bagian ini yang tidak bisa saya mengerti. Karena buat saya, hidup itu kita sendiri yang menentukan, mau jadi apa. Kita bertanggung jawab pada diri kita sendiri dan Allah dan bukan orang lain. Ketika ia mengatakan ia takut diteror karena si bos tahu tempat kerjanya. Saya juga merasa aneh karena dia merasa bersalah pada si bos, karena dia kini mencintai seseorang dengan tulus. Katanya, dia merasa mengkhianati si bos karena setelah kondisinya enak, dia malah jatuh cinta dengan yang lain. Ia juga takut "dicap lebih buruk dari seekor anjing..."

Saya jadi marah sendiri. Apa apaan ini? Saya bilang, kamu jangan takut. Orang yang tawakal berada di jalan Tuhan. Bukan orang lain yang mengatur hidup kita, tetapi Allah. Allah lah yang mengatur dan melindungi kita. Jadi kita sama sekali tidak perlu takut. Allah beserta kita. Saya lalu menanyakan mana iman kepercayaan nya pada Allahnya. Kenapa kita lebih takut pada manusia daripada dengan Allah? Maka saya meminta dia segera sholat tahajud, mohon ampunan atas keraguannya pada Allah.

Kita ini sering tidak jelas. Mimpi mimpi tak jelas. Kita sering bilang ingin bahagia, ingin ini ingin itu, tapi hanya berhenti di sana saja. Ingin saja tidak cukup. kita harus membuktikan dan memperjuangkan meraih mimpi kita. Dan sering kali kita takut! Takut untuk memperjuangkannya dengan teguh. Hidup tak butuh kata manis yang enak didengar saja. Hidup perlu action yang nyata. Perlu orang yang mau memperjuangkan mimpinya dengan berani.

Dalam hal kenalan saya, dia berani membayar mahal uang dan fasilitas yang dia dapat dengan harga diri dan tubuhnya, tetapi tidak berani memperjuangkan kebahagiaan dengan cintanya. Dia malah takut. Seharusnya dia bisa bangkit dan mulai menjadi orang yang bermartabat sehingga di akhir hidupnya dia bisa mempertanggungjawabkan kehidupannya dengan baik. Tidak ada kata terlambat.Sekarang waktunya. Dia merasa bersalah karena dia menemukan cinta yang tulus. Dia tidak menyadari kalau dia justru telah berdosa besar dan bersalah telah membuat si bos melanggar sumpah sucinya pada Allah dengan menceraiberaikan dia dari keluarganya.

ya, apa pun yang terjadi dalam hidup kita, saya belajar untuk tetap teguh bertakwa pada Allah dan tetap di jalannya. Hidup kita kalau dikuliti hanya tinggal jiwa dan roh, dan harga diri. Kalau itu pun digadaikan, kta tidak punya apa apa lagi. Maka, saya berjanji mau jadi orang yang bermartabat. Dan tidak mau jadi keset orang. Semoga kenalan saya juga bisa memilih jalan yang sama.

No comments: