Tidak seperti biasanya, pagi tadi saya menyelesaikan sebuah film di mobil, yang sudah saya tonton setengah hati dari kemarin sore, judulnya : All About Steve - dibintangi oleh Sandra Bullock.
Filmnya cukup menyebalkan dan bercerita tentang seorang gadis pembuat teka teki silang di sebuah koran lokal yang tidak bisa berhenti bicara dan karenanya tak ada orang yang mau dekat dekat dengannya. Well, sebenarnya bukan karakter lain yang di film saja yang sebal dengannya, saya sebagai penonton juga sebal! Suatu saat, ia setengah hati melakukan blind date yang diatur oleh orang tuanya sampai ia terkejut bahwa kencan butanya adalah seorang yang tampan, keren dan cerdas, bekerja sebagai juru kamera di stasiun televisi berita ternama, bernama Steve. Tiba tiba cewek nerd ini menjadi agresif sehingga menakutkan Steve. Maka dia pura pura menerima telepon dari stasiun tevenya bahwa ada breaking news, sambil pura pura bilang, "wah seandainya kamu ada di sana menemaniku bertugas." Sialnya, kata kata Steve diambil hati, dan berangkatlah Mary, si cewek ini mengejar Steve.
Ada satu line yang menancap di otak saya, ketika Steve dengan kesalnya mencoba menghalau pergi Mary. Dia bilang dia tidak benar benar mengundang, tapi ingin mengusir secara halus. Ketika didesak lagi dia bilang : "We are boys! We say things we don't mean to!"
Deg! Hey, itu sepertinya suara saya, saya adalah seorang lelaki, and we are supposed to say things we don't mean to? Hmmm sounds interesting... Pantas rasanya kalimat itu terdengar sangat familiar! Celakanya kata kata itu sering makan tuan. Ketika saya diingatkan, saya sering lupa, wah kapan ya saya bicara seperti itu? Kayaknya lagi itu saya cuma flirting flirting saja deh. Karena itu, seseorang pernah berkata pada saya: "Bagus yah! Setelah mendapat yang kamu mau, saya dibuang! Sudah tak ingat janji janji kamu!" Janji? Ingat rule nya: We are boys, we are supposed to say things we don't mean to...
Lagian, apa susahnya sih mengumbar kata kata? Kalau tidak ditepati, toh itu hanya kata kata karangan yang mengalir, kalau percaya, salah sendiri yang percaya. Jadi, pas istilah yang bilang lidah memang tak bertulang.
Lalu saya merenung. Selama ini, sebagai seorang lelaki, saya akui saya sering mengatakan sesuatu yang tidak benar benar saya maksudkan. Menariknya lagi, saat saya perhatikan, mereka yang pernah menelan janji janji saya, selalu bisa mengingat dengan baik kapan saya berkata, jam berapa, di mana, dan apa yang saya katakan, sampai titik komanya, tepat semua. Dan saya tidak ingat, karena terlalu banyak kata yang sudah saya produksi dari bibir saya yang dower ini. Saya jadi terpesona (dan ngeri). Wow! Dia mengingat sampai sedetil itu.... (dan saya tidak!)
Lalu saya melanjutkan lagi merenungkannya untuk saya sendiri. Iya kalau itu saya yang mengucapkan, alasan saya adalah : "Look! I am a man, and men are supposed to say things we don't mean to". Lha kalau saya yang mendapat ucapan itu, lalu ucapan itu saya tagih dan dijawab sama seperti saya menjawab tagihan orang, bagaimana ya rasanya? Saya jadi tercekat sendiri. Saya jadi ngeri sendiri. Sakit pastinya. Sangat sakit! Saya tahu persis dan dipaksa memahaminya karena saya baru saja mengalaminya.
Saya tidak berhenti sampai di situ, saya melanjutkan penelaahan saya. Wah, saya jadi malu sendiri. Mulut saya ini sering tidak disekolahkan, karena tidak hanya mengumbar janji, tapi kata kata yang saya keluarkan suka seenaknya sendiri. Alasannya sih for the sake of kejujuran. Ceplas Ceplos khas Jawa Timur. Well, seperti makian Jawa Timuran, kata kata itu kembali lagi ke saya,"iya, lha wong otakmu di dengkul!" Aaaaargh!!!! Saya tidak bisa menghitung beberapa banyak orang yang sudah saya sakiti hatinya dengan kata kata saya yang setajam silet. Dan saya santai santai saja, karena saya lelaki, dan saya orang Jawa Timur (meskipun ngakunya selalu (dan memang) lahir di Jakarta).
Kemarin malam saya ditegur oleh seseorang yang usianya separuh di bawah saya, namun membuat saya membisu karena terpesona oleh kedewasaannya. Dia pernah saya sakiti dengan kata kata saya. Dan di kesempatan pertama kami bertemu, dia menjelaskan duduk perkaranya dengan tenang dan baik, dan dalam kata kata yang sangat positif dan bijak. Di akhir pembicaraan, saya sungguh sungguh meminta maaf atas kesalahan (kata kata) saya, dan dia mengatakan, "Sudah dari awal saya maafkan, semuanya memang harus terjadi seperti ini supaya kita sama sama belajar." Saya rasanya langsung menciut seperti anak bengal yang perlu digebuk!
Maka hari ini saya disadarkan untuk berhati hati dalam berkata kata dan memilih kata kata. Saya diingatkan untuk berkata positif, afirmatif, karena kata kata yang baik menyejukkan hati, sedang kata kata yang buruk menghancurkan kehidupan. Bukan itu saja. Saya diberi pelajaran lagi, bahwa ternyata orang itu yang bisa dipegang adalah kata kata (dan janjinya). Kalau saya tidak bisa dipegang kata kata dan janji saya, saya bukanlah manusia. Jadi saya harus berhati hati, jangan sembarang berucap dan berjanji. Karena kata kata memiliki kekuatan yang luar biasa besarnya. Yang lebih tajam dari pisau, yang lebih kuat dari kekuatan mana pun dalam hidup ini ...
O, ya bonus, nih. Mary di akhir film membuat kata kata mutiaranya sendiri : If you love somebody, set him free. If you have to stalk him, he's probably not the one for you from the very first place. Hahahaha how true it is...
No comments:
Post a Comment