Sunday, January 17, 2010

17 Januari 2010 : Menyerah

Di tengah tengah menyeruput kuah rawon kental yang lezat buatan Atik sang pembantu yang canggih dan hebat, saya menyaksikan acara Oprah Winfrey yang menyajikan tema Don't Stop Believing. Oprah menampilkan 3 orang yang memiliki latar belakang miskin, namun karena mimpi dan ketekunan, mereka berhasil mengejar mimpinya. Seorang pria muda asia yang dikira tak punya masa depan menjadi penyanyi terkenal, seorang pemudi tuna wisma mendapat beasiswa penuh di Harvard dan seorang anak Meksiko mengejar mimpinya menjadi astronot NASA untuk pesawat ulang alik Discovery. Acara ini membuat saya tercenung.

Dalam hidup ini, saya berjumpa dengan orang orang dari latar tidak mampu (bukan kurang lagi) dan merasa putus asa dan minder. Ibaratnya, kalau sudah miskin ya seumur hidup melaratlah suratan hidupnya. Apa kata mereka terhadap mimpi mimpi saya? Seorang teman secara lugas menilai bahwa saya ini idealis sejati di segala hal kehidupan. Seorang lainnya mengatakan bahwa ia sudah lama berhenti bermimpi karena mimpi pada akhirnya tidak membawa hasil apa apa dan hanya mempertinggi kekecewaan.
Saya pribadi tidak pernah berpikir mimpi saya tak terkejar. Mungkin karena "guru" saya adalah mendiang mantan bos saya, Ken Sudarto, yang mengindoktinasi saya dengan sangat suksesnya untuk "dream the impossible dream".

Mimpi itu harus selalu yang susah diraih. Yang harus dengan darah dan tenaga penghabisan mengejarnya, kalau perlu dengan nyawa. Mengalahkan perang yang tak terkalahkan. Meraih bintang yang tak teraih. Untuk mencapainya, hanya ada satu cara. Dengan semangat membara dan percaya, bahwa semuanya BISA! Tidak ada yang mustahil!

Saya bertemu dengan orang yang menceritakan beratnya hidup karena tidak punya cukup uang. Dan karena keadaan yang buruk, maka dia menjual harga dirinya. Di saat ia sudah merasakan enak, dia sudah tidak bisa terlepas lagi dari jerat ular yang memberinya uang dan kenikmatan semu. Bahkan ketika ia sadar, ia tak bisa lepas lagi.

Saya memang tidak pernah mengalami sampai harus putus asa tidur di emperan jalan. Namun tak ada yang tahu kalau hidup saya saat merantau di universitas dulu harus saya atur dengan ekstra hati hati. Kehidupan saya di kos sangat sederhana, dengan makanan rantangan Rp 750 itu pun orang tua saya tidak tahu, kalau saya bagi berdua dengan teman se kos supaya uangnya cukup. Kalau makan pagi soto rame rame, saya tidak pernah ambil sate telur dan asesoris lainnya. Karena saya harus ekstra hemat. Saya juga naik sepeda onthel, karena dengan demikian saya irit bensin. Energinya biar disedot dari tenaga saya saja, bukan dari bensin yang mengeluarkan uang. Atau cukup berjalan kaki. Tapi saya tak berhenti bermimpi.

Bedanya, saya tidak hanya berhenti dengan bermimpi. Saya mengejar dan mewujudkannya. Kalau saat ini orang bilang, "iya kamu enak sudah mapan, punya ini, punya itu, sedang saya?" Well, I tell you what : saat mulai, saya juga tidak punya apa apa, tapi saya berusaha keras mengejarnya, dan mendapatkannya. Saat lulus kuliah, saya berusaha sendiri mencari pekerjaan, dan ketika sudah mendapatkannya, masih dicela pula oleh ibu saya. Waktu itu saya memilih bekerja di Matari Advertising. Kalimat pertama ibu saya : Apaan itu advertensi? Kemudian saya berjuang, bukan hanya menapaki anak tangga karir, namun bagaimana melakukan loncatan loncatan berarti dalam karir. Saya mulai bekerja di usia 23 tahun sebagai management trainee. Umur 24 saya menjadi assistant to the president. Umur 25 saya menjadi assistant to the Chairman. Pulang kantor paling pagi jam setengah sepuluh malam, dan jam 8 pagi sudah harus mengikuti peraturan ada di kantor, tak peduli pulangnya jam 4 subuh. Sabtu minggu saya hilang karena harus kerja. Pulang pergi kerja mengejar bis, kena todong, banjir, bersimbah peluh, hujan, pernah pula terjebak di bagian depan bis kota karena bagian mesinnya terbakar. Kalau orang lain mendapat fasilitas gratis dari orang tuanya untuk mendapat rumah dan mobil, saya beli dengan kocek sendiri. Ketika di zaman krisis, bunga bank untuk pinjaman kepemilikan rumah melonjak melewati angka 50%, saya kemudian meminjam dan mencicil pada orang tua saya dengan bunga sedikit lebih rendah, hanya agar dapat bernafas sedikit. Tapi yang jelas pinjamannya tidak cuma cuma, dan juga dikenakan bunga agar uang tabungan orang tua tidak rugi. Ketika saya harus bersaing dengan mereka yang ahli ekonomi, kesehatan dan sebagainya, saya membuktikan sekali lagi bahwa saya patut diperhitungkan, disegani dan duduk sejajar dengan mereka.

Semua ini saya ceritakan, agar bisa memberi inspirasi dan semangat, bahwa kalau ada kemauan semuanya pasti BISA! Dan yang terpenting lagi bahwa BISA nya dilakukan dengan HALAL. Tanpa menjual harga diri. Saya sudah membuktikan bahwa saya BISA. Jadi, kalau saya bisa, semua orang juga bisa, karena saya ini bukan orang istimewa. Saya ini biasa biasa saja. Kalau pun orang melihat saya ini optimistis dan ceria ceria saja, jawaban saya adalah: saya percaya bahwa bahagia itu adanya di hati dan di pikiran, bukan di materi. Meskipun materi itu penting, namun walau saya cuma punya seribu, saya bisa tetap bahagia karena hati dan pikiran saya bahagia. Dan sampai saat ini, saya masih memegang teguh prinsip itu.

Tadi, sepulang gereja sore, dan setelah seharian pergi, saya menikmati guyuran rain shower di kamar mandi. Saat menyegarkan diri, tiba tiba pikiran ini menari nari. Seolah olah film, semua kejadian dalam sehari ini bergerak cepat melintas pikiran. Dan saya jadi terperangah. Begitu banyaknya kejadian yang saya alami seminggu ini. Dari harapan. Rindu. Senang. Nikmat. Terkejut. Berargumentasi. Marah. Dicampakkan. Ditolak. kecewa. Dihibur. Didukung. Dikuatkan. Menangis. Tertawa. Frustrasi.Optimis. Bersyukur. Menyumpah. Berjuang. Santai. Kehidupan baru. Kematian. Pernikahan. Berita keretakan rumah tangga. Pertemuan. Perkenalan. Perpisahan. Persatuan... semuanya saya alami dalam satu minggu ini. Dalam satu minggu yang saya ceritakan minggu yang buruk bagi saya.

Setelah saya teliti satu per satu, ternyata tidak semuanya buruk dan terpuruk. Begitulah kehidupan. Di sela keterpurukan dan keadaan yang seolah tak ada jalan keluarnya, selalu ada sisi sisi yang menyeimbangkan keadaan. Saat saya sudah putus asa dan merasa semuanya sudah hancur dan tak berarti, saya juga menemukan ketegaran, penguatan, dan semangat untuk bangkit dan mengatasi keadaan. Agar saya tetap bangkit dan berjalan kembali. Karena yakin, melalui mimpi mimpi saya, bahwa meski terantuk batu dan lutut berdarah darah, tujuan sudah terlihat di depan sana, tinggal sedikit lagi.

Hari ini, saya diingatkan kembali untuk tidak menyerah. Untuk tetap percaya dan berharap. Untuk tetap bermimpi. Dan ingatan saya tiba tiba kembali pada sebuah poster yang selalu saya gantung di depan mata di depan tempat kerja saya di Matari. Saya ingin bagikan juga pada Anda. Kali ini tidak saya terjemahkan. Giliran Anda berusaha sendiri untuk mendapatkan maknanya. Judulnya : DON'T QUIT


When things go wrong as they sometimes will,
when the road you are treading seems all up hill,
when the funds are low and the debts are high
and you want to smile but you have to sigh
when care is pressing you down a bit -
rest if you must, but don't you quit.

Life is queer with its twists and turns,
as everyone of us sometimes learns.
And many a fellow turns about,
when he might have won had he stuck it out
Don't give up though the pace seems slow -
you may succeed with another blow.

Often the goal is nearer than it seems
to a faint and faltering man
Often the struggler has given up
when he might have captured the Victor's Cup,
and he learned too late when the night came down
how close he was to the Golden Crown.

Success is failure turned inside out -
The silver tint of the clouds of doubt,
and you never can tell how close you are,
it may be near when it seems afar,
So stick to the fight when you are hardest hit
It's when things seems worst that you musn't quit.

(atas banyaknya permintaan, saya akhirnya menerjemahkannya secara bebas - 12 Agustus 2011)

Jangan Menyerah

Saat hidup berjalan tak seperti yang diharapkkan
Saat jalan serasa mendaki bukit
Saat dana menipis dan hutang menggunung
Istirahatlah sejenak bila perlu, tapi jangan menyerah

Hidup penuh kejutan dan kelokan dan banyak orang berputar arah di saat sebenarnya akan menang bila bertahan
Jangan menyerah walau segalanya terasa lamban
Kita mungkin berhasil dengan sedikit usaha lagi

Bagi yang kelelahan
Sering tujuan terlihat lebih dekat dari kenyataan
Sering kita menyerah
Saat sebenarnya kita dapat meraih kemenangan
Dan kita terlambat saat menyadari
Betapa dekat kita pada kemenangan

Keberhasilan adalah lawan kegagalan
Secercah sinar di mendung keraguan
Kita tak pernah dapat mengira-ngira
Betapa dekat kita pada kemenangan
Bisa jadi kemenangan sudah di depan mata
Walau tampaknya masih jauh
Jadi bertahanlah berjuang justru saat badai menerjang paling keras
Saat semuanya terlihat paling buruk
Saat itu lah kita harus bertahan.


Dan saya pun berteriak Jia You! Semangat! Don't give up! Keep your dreams alive! Karena tidak ada yang mustahil, bila kita mau berusaha dan percaya Tuhan.... Ah, Tuhan! Saya pernah bertemu seseorang yang saya tidak tahu mengapa betapa sulitnya meyakinkan dia untuk bersimpuh pada Tuhan, mengetuk pintu hati Nya, memohon dan percaya bahwa Tuhan akan membimbing dan mengarahkan, dan dengan Kasih dan KuasaNya, akan membantu mewujudkan niat baik dan tulus anak anakNya. Teman saya kemarin bilang malu karena sudah banyak diberi, tapi saya menyanggah salah. Kali ini yang kamu minta kailnya, bukan sekedar ikan, jadi tak mungkin Tuhan akan menolaknya. Jadi sekali lagi, sambil mengingatkan diri sendiri, saya bertekad untuk tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti percaya dan berharap!

No comments: