Saya baru saja pulang dari acara ulang tahun keluarga. Theo yang berulangtahun, tadinya adalah pria tegap gagah yang kini kurus dan hanya terdiam di kursi roda karena stroke dan berbagai komplikasi lainnya. Oleh karena itu, oleh keluarganya, ia dihadiahi misa syukur.
Dalam misa syukur itu, Pastor memberi kotbah tentang pelita. Bagaimana hidup ini menjadi cahaya bagi sekitar kita. Pastor sempat menanyakan bagaimana hidup Theo selama ini menjadi pelita bagi orang di sekitarnya. Saya seakan ikut ditanya. Cahaya apa yang saya pancarkan pada sekeliling hidup ini? Apakah cahaya terang? Suam suam? Atau malah padam sama sekali?
Menariknya, sejak beberapa tahun yang lalu saya selalu menyelipkan sebait kalimat dalam doa harian. Kalau selama ini berbagai kebutuhan hidup telah tercukupi, maka doa yang saya panjatkan adalah agar seluruh talenta dan hidup saya dapat dipergunakan oleh Allah sebagai alatnya, sebagai penyalur damai dan kasih. Selama ini, yang saya salurkan bukannya damai dan kasih, tapi kekacauan yang tiada akhir. Maka, saya ingin berubah dan digunakan sebagai channel of peace and love nya Tuhan. Tapi, saya tidak tahu bagaimana memulai dan caranya.
Ya, bagaimana cara nya? dan Bagaimana memulainya? Aktif di gereja juga tidak. Di kelompok doa, sudah tiga tahun absen... (teman-teman, saya janji Sabtu ini akan hadir!) Sampai saya mengobrol dengan sahabat saya. Dia bilang dia awalnya iseng membaca blog saya karena membaca alamat blog yang saya cantumkan di Blackberry Messenger, dan kini jadi keterusan. Lalu dia merekomendasikan alamat blog saya kepada temannya yang sedang punya masalah soal hubungan dengan kekasihnya. Esoknya dia mendapat laporan, bahwa ternyata sang teman tidak hanya melahap topik bahasan yang disodorkan teman saya, tetapi malah membaca dari awal sampai akhir, sambil mengatakan, bahwa ia baru sadar betapa bodohnya selama ini mau dikesetin oleh pasangannya.
Saya jadi tercenung dan terkagum-kagum sendiri. Wah, ternyata apa yang awalnya saya buat untuk pencerahan diri saya sendiri, malah juga jadi pencerahan buat orang lain! It's sooo amazing! Padahal, baru kemarin saya mendapat telepon dicaci maki soal blog yang dianggap gila dan membuka aib diri sendiri ini. Tiba-tiba tadi di tengah kotbah pastor, saya bertanya balik pada Tuhan, "Inikah jawaban dan jalan yang Kau berikan atas permintaanku agar bisa menjadi pelitamu bagi orang lain?"
Mungkin saja. Jadi mungkin, saya tidak dipakai Tuhan di bidang socio-marketing, karena hal itu rupanya dinilai cukup melalui program-program yang saya jalankan bersama klien-klien besar saya. Juga mungkin, bukan dengan kerja sosial di berbagai tempat, seperti yang saya bayangkan. Mungkin Tuhan menilai tenaga saya tak cukup memenuhi syarat. Rasanya juga Tuhan enggan memakai saya untuk meng upgrade kemampuan para imamnya dalam berkotbah, karena bisa bikin kacau tatanan yang sudah ada. Mungkin saja Tuhan memakai saya melalui tulisan tulisan saya. Kok bisa bisanya saya tiba tiba dapat pencerahan menulis blog ini. Dan tanpa saya sadari, pembaca yang malu malu jadi follower dan berkomentar di blog ini jumlahnya menjadi bertambah banyak di luar dugaan saya. Saat mengobrol dengan seorang yang tak terbayangkan akan membaca blog ini, ia mengaku bahwa ia dan pacarnya setia mengikuti tulisan saya setiap hari. Lalu seorang kerabat yang sedang mendapat tugas membawakan sebuah topik, diarahkan oleh google ke blog yang sedang Anda baca. Kalau jawabnya ya, saya dipakai Tuhan just like that. Just the way I am.
Tadi, saat kotbah masih berlangsung, saya jadi bersyukur kepada Tuhan atas anugerah yang diberikan kepada saya. Bahwa kalau benar semua yang saya analisa di atas, saya dipakaiNya untuk menyalurkan berkat. Dengan cara dan gaya apa pun sesuka-suka Tuhan. Saya jadi menyadari, asal saya mau berserah, Tuhan akan buka dan pimpin jalan. Yang jadi masalah, saya sering kepala batu dan mau menentukan arah sendiri. Ternyata jalan yang saya kira paling oke, malah tidak oke. Tuhan belokkan jalan, tapi kadang saya masih meronta. Dan jadinya sakit semua. Padahal kalau mau pasrah, akan mudah buat Tuhan untuk membentuk kita.
Tiba tiba saya jadi teringat nama babtis saya. Lawrence Albert. Santo Laurentius (yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus, tanggal wafatnya di tahun 258) adalah seorang diakon di Roma pada zaman Paus S. Sixtus II yang terkenal cerdas dan jenaka. Ketika gubernur memerintahkan supaya ia menyerahkan keuangan keuskupan, Laurentius lalu mengumpulkan para fakir miskin dan menjawab,"Tuanku, inilah harta kekayaan gereja!" Seketika itu juga ia dibakar hidup-hidup. Setelah separuh badannya hangus, ia minta dibalik, supaya seluruhnya menjadi matang. Bau yang sangat harum semerbak memenuhi seluruh ruang pembakaran. Banyak di antara pembesar kota Roma yang sangat kagum atas ketabahan sang martir, bertobat dan minta dipermandikan.
Santo Albertus Agung, yang diperingati setiap tanggal 15 November adalah seorang pujangga gereja yang hidup di tahun 1206 - 1280. Sejak kecil Albert mencintai alam semesta beserta kekayaannya. Ia tahu dan hapal nama hampir segala bunga, binatang hutan, batu alam dan bintang di langit. Ia menulis banyak buku tentang ilmu alam, yang sampai sekarang masih dikagumi orang. Albert belajar di Universitas Padua, kemudia masuk Ordo Dominikan dan ditempatkan di Koln. Rekan rekan biarawan segera melihat bahwa Albert pandai dan sangat bijaksana. Maka mereka mengusulkan kepada pimpinan agar Albert mempelajari segala ilmu dan kebijaksanaan, lalu menjadi guru mereka. Dan itu terjadi : Albert menjadi mahaguru yang tersohor di Paris dan Koln. Ia dijuluki 'doctor universalis', karena menghasilkan buah pena yang banyak sekali dan meliputi segala cabang ilmu. Albert bak ensiklopedi berjalan.
Saya jadi tercengang, kalau analisa berandai-andai di atas mengenai pelita yang dibawakan kepada saya oleh Tuhan itu benar, maka bisa jadi nama babtis yang saya pilih di SMP berdasarkan ilham dari doa itu, ternyata merupakan pengejawantahan dari peran yang rupanya ingin Tuhan berikan kepada saya. Berlaku kreatif yang membawa manfaat seperti yang dilakukan Santo Laurentius, dan menulis inspiratif seperti Santo Albertus Agung. Wow, sebuah korelasi yang tidak pernah saya sadari sebelumnya. Bahwa keduanya tidak main-main dan sembarangan "diutus" untuk menjadi (nama) pelindung saya.
Hari ini saya dibukakan mata bahwa cahaya yang saya minta bagi lentera saya, dinyalakan seketika saya menyerahkan diri seutuhnya pada Allah melalui jalan dan rencana yang telah ditetapkan bagi saya di saat yang dianggapNya tepat. Sampai sampai santo pelindung pun dipilihkan yang paling tepat untuk peran saya. Saya tinggal mengikuti dan menjalankannya. Ngomong-ngomong, apakah pelita Anda sudah menyala? dan cahaya apa yang Anda keluarkan bagi lingkungan sekitar? Kalau saya, terus terang saya belum tahu bagaimana lentera saya akan menyinari sekitar. Saya cuma berharap saya tetap dipandu kemana arah lentera ini pergi dan semoga cahayanya semakin terang setiap harinya ...
No comments:
Post a Comment