Perjalanan pulang ke rumah biasanya saya isi dengan tidur, atau menonton film di mobil. Dengan kepadatan lalu lintas yang normal, artinya sudah termasuk macet yang tidak keterlaluan, saya bisa menghabiskan satu film di mobil. Hari ini saya menonton film yang dibintangi Laura Linney, Antonio Banderas, dan Liam Neeson, berjudul the Other Man.
Filmnya bercerita tentang seorang pria pengusaha sukses - Peter, Liam Neeson - yang happily married dengan seorang perancang sepatu terkenal - Lisa, Laura Linney, dan mempunyai seorang puteri dewasa cantik. Tak dinyana, dengan kesetiaan dan kecintaan sang suami yang begitu berlimpah, sang isteri punya Pria Idaman Lain - Ralph, Antonio Banderas. Bertemunya di Milan secara tidak sengaja, Lisa dan Ralph menjalin kasih rahasia. Dan ketika perselingkuhan itu diketahui dengan tidak sengaja oleh Peter melalui pesan voice mail handphone sang isteri, Peter bertekad untuk menemui pesaingnya.
Film itu menggambarkan betapa kita tidak mengenal pasangan kita. Ada satu line yang membuat saya tercekat, ketika Lisa sedang bercinta dengan Ralph. Setelah klimaks dicapai, Ralph menanyakan saat itu Lisa merasa paling bahagia dengan siapa, dan jawabnya adalah dengan Ralph. Tetapi mereka juga tahu, bahwa di lain waktu, Lisa akan merasa paling bahagia dengan pria lain, suaminya sendiri.
Saya jadi teringat pesan singkat yang dikirimkan kepada saya di sela jeda makan siang. Saya menulis di status jejaring sosial : seriously looking for an eternal true love! Dan respon pun segera mengalir. Kebanyakan mengatakan good luck, dan semoga secepatnya bertemu jodoh (lagi). Tapi ada satu yang menanyakan, seperti apa yang saya cari. Dan ketika saya mengatakan ciri cirinya, teman saya itu langsung menjawab, "sama aku saja." Saya kaget! Kan bukannya kamu masih in a relationship? Jawabnya dia juga bingung dengan statusnya, " Aku pernah bilang ke bf ku, tapi dia gak mau lepas. Jujur kadang aku merasa sendirian, pengen cari yang bisa bareng, cuma bf aku gak mau lepasin aku. Kadang cape juga sih... Aku maunya sih bisa hidup bareng sehidup semati, cuma kayanya gak mungkin ama bf aku. Makanya nasib aku simpanan banget ya.. hehehe" Dan asal tahu, boy friendnya adalah seseorang yang beranak isteri.
Saya langsung menjawab tegas tidak mau terjebak lagi dalam situasi yang pernah saya alami. Saya tercekat. Baik di alam nyata maupun di layar lebar, yang namanya selingkuh itu selalu egois. Tidak punya perasaan pada pasangan yang diselingkuhi, dan juga tidak pada yang menyelingkuhi. Semua fokusnya pada diri sendiri. Tidak peduli pada pasangan resmi, juga yang tidak resminya. Semua yang penting adalah kenikmatan dan keselamatan dirinya sendiri. Ia jadi orang yang tega dan kebal perasaannya, demi kenikmatan dan keselamatan diri sendiri. Ia tak lagi memikirkan keselamatan dan kenyamanan pasangan resmi dan selingkuhannya. Ia menjadi pembohong ulung, penipu nomor wahid, pengencut sejati dan orang yang paling berdarah dingin! Yang penting SAYA, SAYA, SAYA, SAYA!
Bohong besar kalau ia bilang, demi keselamatan semua pihak, aku rela menerima semua akibatnya. Yang dia maksud adalah mau cari selamatnya sendiri, tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Ia jadi orang yang tegaan! Tak berperasaan!
Kemarin dalam perjalanan pulang dari Ciawi, saya, teman saya Vivi, dan Samuel Mulia (yang sedang mengerjakan artikelnya di jok belakang, namun tidak konsen karena ikutan nimbrung pembicaraan seru kami), mengobrol banyak soal selingkuhan. Dia bilang kalau dia berselingkuh dengan si A, maka otomatis cintanya akan beralih ke A, dan tidak bisa mencintai lagi sepenuhnya dengan si B. Saya bilang, itu dulu, kenyataannya sekarang semua dilahap. A iya, B iya juga. Selama semuanya enak dan menguntungkan, kenapa tidak? Ia tidak bisa mengerti, saya bilang wake up, sekarang tahun 2010. Zaman sekarang perasaan tak laku lagi. Kita harus tega. Yang penting kitanya nikmat, happy dan selamat. Kalau ketahuan, buang dan lupakan saja pacar gelapnya di keranjang sampah, dan semuanya back to normal. Biarkan saja si pacar membusuk di kelilingi rasa patah dan sakit hatinya. Siapa suruh main hati. Semua janji janji kan cuma buat bunga bunga dan senang senangan saja, bukan buat sungguhan..
Sorenya, sepulang gereja, terdengar lagu Sadis nya Afgan. Di sana Afgan mengeluh dicampakkan tanpa perasaan oleh pujaan hatinya. Lagu itu kemudian diakhiri dengan menyumpahi sang kekasih agar suatu saat nanti sadar kalau hanya aku yang kau punya sebagai cintamu. Dalam hati, saya setuju sekali dengan Afgan. Biar kapok!
Tapi seketika itu juga kepala saya digetok dari langit. Katanya mau belajar unconditional love? Katanya mau belajar giving without asking in return? Hmmm okelah, tapi hari ini saya mau menawar. Boleh lah unconditional love, dan giving without asking in return, tapi boleh juga kan tanpa Tega dan Tanpa tidak berperasaan? Saya janji, mulai saat ini saya jadi orang yang punya hati. Yang tidak tega dan yang punya perasaan. Karena hari ini, saya dibikin melek, betapa sakitnya "di-tega-in" orang, dan "di-tidak-punya-perasaan-i" orang ....
No comments:
Post a Comment