Sunday, April 11, 2010

10 April 2010 : Remember Me

Robert Pattison membintangi film Remember Me di tengah-tengah syuting film Twilight Saga yang melambungkan namanya. Film yang berujung di kejadian 11 September 2001 saat Gedung Kembar WTC runtuh diterjang pesawat teroris itu tak sedikitpun mengindikasikan bahwa film itu akan berakhir di sana. Sepanjang film diceritakan perjalanan hidup Tyler yang anak orang berada menjalani hidupnya sebagai pemberontak keluarga dan berjuang untuk menyadarkan dan membuka mata ayahnya yang selalu sibuk bekerja agar menghargai waktu kebersamaan dengan keluarganya, yang pada akhirnya membuahkan hasil manis ketika ia sendiri tak dapat merasakan kembali mesranya sebuah keluarga yang ia perjuangkan keutuhannya.

Judul film itu sendiri rasanya muncul ketika film itu berakhir dengan kematian Tyler dalam musibah 11 September. Sepanjang hari kemudian muncul di benak saya. Remember Me. Remember Me. Remember Me. Lalu angan saya mengembara : kalau saya mati nanti, saya mau dikenang sebagai apa ya? atau.... kalau saya mati nanti, orang akan mengenang saya sebagai apa ya...?

Terus terang hingga tulisan ini ditulis, saya masih bingung mau menjawab apa karena selama ini saya belum pernah benar-benar memikirkan dan memformulasikannya. Saya bahkan belum berani menulis di sini daftar calon jawaban saya karena setelah sempat saya ketik dan hapus lagi, saya merasa kok gambarannya muluk sekali sedang sampai saat ini saya belum berbuat apa-apa untuk menjadi orang yang ingin saya dikenang.

Saya lalu mengingat lagi jalan cerita film di atas. Tyler memang punya angan-angan agar ayahnya sadar arti kehadirannya bagi keluarga dan bukan sekedar melimpahinya dengan harta harta harta. Namun ia tak pernah sekali pun ingin dicatat dalam sejarah bahwa ia adalah pahlawan. Kalau Anda sempat menonton film ini, Anda mungkin punya mixed-feeling terhadap Tyler. Ia hidup di lingkungan jorok padahal keluarganya tinggal di lingkungan terhormat. Namun ia punya prinsip. Ketika lingkungannya penuh kebrengsekan, ia tetap teguh dengan prinsip-prinsipnya dan tetap menyadari untuk tidak melangkah melewati norma-norma yang dipegangnya.

Maka saya berpikir, mungkin memang penting punya visi bagaimana saya ingin dikenang dalam hidup ini karena hal itu akan menentukan arah dan prioritas hidup serta self-positioning dalam hidup kita, namun yang tak kalah pentingnya adalah apakah kita ini memiliki prinsip dan norma hidup untuk kita pegang teguh di tengah gelombang godaan yang luar biasa besarnya di sekitar kita. Saya lalu berpikir lagi, dari semua prinsip hidup yang kita punya, tentu ada yang menonjol yang akan dikenal orang. Apakah itu? Tukang komplen? Orang yang tahu arti persahabatan? Heart-breaker? Tukang Muarah-Muarah? Orang yang care?

Hari ini saya digoda untuk memikirkan saya mau dikenang sebagai apa ya kalau saya meninggal nanti? Nanti? Mungkin kejauhan. Lebih baik saya bertanya sekarang : apa yang di benak orang ketika nama saya disebut? Mungkin Anda bisa membantu untuk mengatakannya secara jujur pada saya, tanpa perlu takut saya sakit hati karena kejujuran Anda membuat saya mampu bercermin tentang siapa saya ini. Karena saat kita bercermin, kita jadi tahu kelebihan dan kelemahan wajah kita, lalu bisa kita koreksi sehingga menampilkan wajah terbaik kita. Kali ini tidak pakai deadline, karena cermin kan tidak ada kadaluwarsanya. Tapi, sambil membantu saya, Anda mungkin juga bisa mulai berpikir : "Apa yang ada di benak orang ketika nama saya (Anda) disebut?"

No comments: