Pagi ini saya membuat seseorang berjanji untuk melakukan sesuatu dan saya mengatakan bahwa saya ingin memastikan bahwa ia tidak janji sekedar janji. Sebelum sore tiba, ia telah memenuhi janjinya.
Buat saya, memenuhi janji itu penting. Dalam hidup ini, saya sering mendapat janji-janji indah yang tak pernah terpenuhi dan itu rasanya pahit sekali. Saya pernah melakukan "balas dendam" juga dengan sengaja mengumbar janji dan tak menepatinya, namun masa itu segera berlalu karena saya belajar bahwa hal itu tak ada gunanya juga. Puasnya tidak seberapa, rasa bersalahnya membuat saya makin stress. Karena sering mendapat ingkar janji, kadar kepercayaan saya terhadap orang menjadi rendah sekali. Saya enggan dipinjami barang atau uang karena menurut saya, janji yang diungkapkan tidak dapat dipercaya. Saya pernah mengatakan di blog ini, bahwa bagi saya rupanya kalau orang meminjam barang, begitu benda itu di tangannya, benda itu dianggap hak miliknya. Karena itu, buat saya, kalau saya sudah merelakan suatu barang dipinjam, dalam hati saya sudah merelakan kalau yang terburuk terjadi.
Di luar itu semua, kadar kerpercayaan saya menjadi lebih rendah lagi bila itu menyangkut janji-janji cinta. Berkali-kali saya mendapat janji, malah sampai sumpah-sumpah yang berakhir dengan pengingkaran, bahkan perselingkuhan. Karena sering dimainkan janji, saya jadi mempermainkannya juga, meski dalam hati saya tahu itu tidak benar. Kemudian saya menghentikannya dan mulai mencari janji sejati.
Membuat janji itu mudah, tinggal diucapkan saja, dan seringkali tak ada konsekuensi hukumnya, karena tak ada dokumen legal atas janji yang diucapkan. Karena itu, dalam keadaan mendesak, gampang saja, tinggal janji, dapatkan yang kita mau, lalu tinggalkan tak usah menepati janji dan membiarkan orang yang kita sumpal mulutnya dengan janji-janji kita gigit jari. Lalu, dengan mudah kita mengumbar janji yang lain kepada korban berikutnya.
Saya sendiri sering heran, sesering saya ditipu oleh janji palsu, sesering itu pula saya mempercayai berbagai janji yang dilontarkan pada saya. Namun, begitu menyadari, sesering itu pula saya kecewa dan merasa dikecewakan.
Maka, buat saya, janji itu sesuatu yang penting dan merupakan pangkal saya percaya atau tidak pada seseorang. Karenanya saya merasa sangat lega, ketika janji yang diucapkan itu ditepati bahkan jauh sebelum tenggat waktu yang telah kami sepakati bersama. Buat saya itu sangat berarti dan memberi secercah harapan bahwa janji-janji berikutnya bisa jadi dapat saya andalkan.
Membangun kepercayaan buat saya tidak lah mudah. Kalau percaya itu sulitnya bukan main, maka jatuh curiga justru kebalikannya : mudah sekali. Begitu ada yang tidak beres, lenyap seketika rasa percaya ini. Namun saya toh tidak bisa curiga terus-terusan. Saya harus membangun pelahan-lahan rasa percaya itu, hingga saya bisa yakin bahwa kepercayaan saya tidak disalahgunakan atau dipermainkan, dan saya merasa aman terhadap janji yang dibuat seseorang.
Sebenarnya, ini adalah janji yang kesekian yang ditepatinya dalam beberapa waktu ini. Dan penepatan janji ini semakin meneguhkan rasa percaya saya padanya. Namun tentu sebuah kepercayaan tidak bisa dibangun dengan satu dua penepatan saja. Penepatan janji itu merupakan proses yang tak pernah ada akhirnya. Karenanya hari ini saya menyadari untuk menyudahi menguji soal janji dan meletakkan pondasi kepercayaan. Sebuah dasar yang dibangun oleh berbagai pemenuhan janji berikutnya.
Hari ini saya belajar untuk percaya dan memupuk rasa percaya kepada seseorang.
No comments:
Post a Comment