Hari ini saya mendapat banyak pesan singkat yang memberikan banyak inspirasi. Pagi hari saya mendapatkan pesan berikut :
From Disney we learned :
- Why was Snow White given a red delicious looking apple with poison?
To show that not all people are as kind as what they pretend to be.
- Why did Cinderella have to run away when the clock stroke midnight?
To remind us that everything has limitations even dreams.
Why did Ariel (little mermaid) decide to exchange her fins with feet?
To show that anyone is willing to give up anything just to be happy.
- Why did Belle (Beauty) get in love with the Beast?
- To show us that beauty is NOT everyhting. We have to look at the personality first.
Saya tak pernah berpikir akan belajar dari detil sekecil ini dari film-film kartun favorit saya. Saya tak pernah membayangkan makna apel, dan mengapa apel cantik yang menjadi kiasan. Saya tak pernah memikirkan mengapa harus jam dua belas menjadi patokan. Namun kiriman pagi ini menyadarkan saya bahwa selama ini saya terlalu terpatok pada alur cerita utama sampai tak memperhatikan bahwa di setiap detil ada maknanya. Saya lalu juga menyadari bahwa dalam hidup ini saya terlalu terpaku pada garis besar jalan hidup, sehingga tidak peka bahwa setiap detil yang mewarnai hidup saya punya makna yang sama berartinya, bahkan kadang memberikan pelajaran dan anugerah yang lebih besar dari jalur utama hidup ini. Sering saya menemui orang yang mengaku hidupnya biasa-biasa saja. Dengan kiriman pagi ini, saya ingin mengatakan mereka salah. Mereka terlalu terfokus pada kebiasaan hidup sehari-hari, sehingga lupa akan detil yang mewarnai keseharian mereka, yang tanpa disadari telah memberikan nikmat dan makna hidup yang jauh dari biasa. Saya juga kemudian berpikir, jangan-jangan, apa yang selama ini kita pikir pelajaran utama, malah kalah utama dari hal kecil-kecil yang luput dari perhatian kita karena kita salah mengukur. Bisa jadi ukuran besar kecil kita berbeda dengan ukuran besar kecilnya Tuhan.
Menyinggung soal pelajaran dari Beauty and the Beast yang mengajari kita melihat kepribadian di atas kecantikan, malam ini saya duduk mendengarkan cerita panjang seorang kawan. Ia menceritakan bahwa pasangannya bukan tipe orang yang ia sukai, namun dengan berjalannya waktu ia menemukan bahwa pasangannya adalah pasangan hidup yang luar biasa dan tak tergantikan. Mendengar ceritanya pun, saya merasa saya bukan tandingan pasangan hidupnya yang tahu arti mencintai dan berjuang bagi pasangannya. Saya merasa kecil, dan belum apa-apa dibandingkan apa yang diceritakannya. Saya tiba-tiba merasa kerdil dan tiba-tiba melihat kata "pasangan hidup" sebagai raksasa yang begitu tinggi untuk dijangkau. Setelah pengalaman hidup yang begitu berliku, bisa kah saya mengatakan diri siap menjadi pasangan yang baik? Saya betul-betul merasa belum ada apa-apanya. Seperti kalah sebelum maju perang.
Namun, saat saya sedang memukuli kepala saya secara virtual, saya juga dikirimi Tuhan kata bijak dari seorang penulis puisi humanis terkenal Maya Angelou :
"You may encounter many defeats, but you must not be defeated.
In fact, the encountering may be the very experience
which creates the vitality and the power to endure"
"Kita mungkin sering mengalami kekalahan, namun kita tidak boleh terkalahkan.
Justru, dengan menghadapinya dapat menjadi pengalaman berharga
yang memberikan vitalitas dan kekuatan untuk bertahan."
Membaca kata-kata itu, saya lalu bangkit. Saya mungkin tidak sempurna, namun saya punya semangat untuk menjadi yang terbaik.
Tuhan, terima kasih atas semua hal kecil yang Engkau berikan padaku hari ini, karena melalui berbagai hal kecil inilah, hidupku diteguhkan dan semangatku dibangunkan. Semoga dengan hal kecil ini aku dibukakan mata dan hati agar menjadi peka atas berbagai hal kecil yang memberikan makna lebih bagi hidup ini.
No comments:
Post a Comment