Malam ini saya menjadi orang yang pertama yang mendapat kehormatan dari seorang kerabat muda akan sebuah rahasia yang tak pernah dibagikannya dengan orang lain. Ia mengeluarkan sebuah album bercover foto indah jejak dua kaki di pasir menuju pantai berkilau cahaya emas sang surya. Dia membuka perkenalan saya dengan album ini dengan mengatakan, "This is my dream book."
Album setebal 22 halaman itu berisi berbagai topik yang ingin dicapainya dalam hidup ini. Diawali dengan profil dirinya, ia kemudian membuka lembaran berikutnya dengan halaman kosong yang akan diisinya seputar kebesaran Tuhan dalam hidupnya, lalu mimpinya bagi keluarga, karir, cinta, pendidikan, persahabatan, rumah idaman, mobil, tempat-tempat dunia yang ingin dikunjunginya, pendidikan bagi anaknya kelak, kegiatan sosial yang ingin ditekuninya, mimpinya memiliki usaha keluarga. Sisa albumnya disisakan untuk diisi dengan kisah sukses hidupnya dan keluarganya, lalu ditutup dengan rencana pensiun dan bagaimana ia ingin meninggalkan jejak bagi dunia ini selepas kepergiannya di dunia ini. Di ujung bawah lembar terakhir, ia menuliskan : "Everybody should smile like me: hahaha" Album yang tadinya kosong itu, pelahan-lahan diisinya seiring dengan terpenuhinya satu per satu mimpi-mimpi yang direkam dalam buku mimpi itu.
Melihat album yang dikemas mengharukan, serius tapi juga lucu itu, saya sungguh terpesona atas keluarbiasaan visi seorang muda berusia 23 tahun yang lulus magna cumlaude dari sebuah universitas ternama yang diraihnya dari hasil beasiswa penuh dan kini meraih lulusan predikat terbaik program pelatihan paling bergengsi di negeri ini dari perusahaan tempat ia bekerja.
Untuk usia sebelia itu, ia sudah punya dreambook. Saya yang dua kali lipat usianya? Saya memang punya mimpi, tapi terus terang tidak sedetil dia. Saya cuma bilang dalam hidup ini saya mau hidup simply happy with the one that I love and who loves me as much as I love the person. Tapi sedetil apa bahagianya, tak pernah saya gambarkan dengan jelas. Saya juga punya mimpi ingin ke sini dan ke situ dan sedikit-sedikit sudah saya penuhi, namun tak ada yang tercatat seperti ini.
Mungkin, saya harus membuat my own dream book. Terutama karena saya sudah mulai memikirkan untuk pensiun 10 - 15 tahun lagi. Mau melakukan apa saya setelah itu? Berapa dana yang saya targetkan untuk saya raih sebelum saya menutup kebiasaan bekerja dari jam 9 sampai 17 itu? Punya usaha apa? Rumah yang bagaimana? Mobil seperti apa? Keluarga macam apa? Kegiatan sosial apa yang akan saya lakukan untuk berbagi berkah pada sesama? Apa yang akan saya sumbangkan pada bangsa dan negara ini? Juga pada keluarga dan orang-orang terkasih?
Malam ini saya belajar tentang visi. Sebuah visi yang jelas dan terarah. Saya benar-benar terinspirasi oleh konsep dreambook yang dibuat dengan sederhana namun menyimpan mimpi seorang muda yang luar biasa cemerlang. Saya akan membuat dreambook versi saya. Namun hari sudah larut, mungkin sebaiknya saya malam ini bermimpi dulu, sebelum membuat buku mimpi hidup saya ...
No comments:
Post a Comment