Sunday, April 04, 2010

3 April 2010 : everything is nothing, nothing is everything

Saya baru saja kembali dari bersantai menghitung bintang yang bertabur dan berkerlip seperti di planetarium, namun yang ini di alam nyata pantai anyer. Awan tipis silih berganti datang menutupi bebintangan, namun kemudian muncul lagi di langit yang cerah. Tepat di bawah deck tempat saya menikmati ice lemon tea dingin dan buah segar, ombak bergulung-gulung, dan laut di depan berkilau karena sorotan lampu. Tenang dan indah. Hanya ada saya dan teman saya, yang mengobrol tak tentu arah. Memandang ke langit hitam bertabur berlian alam, kemudian saling menunjuk rangkaian bintang dan membahasnya. Di tengah kesantaian, sempat pula kami bertukar kabar ringan.

Sayang, sekembali ke kamar, teman saya baru mengaku bahwa dia cuma bawa netbook dan tidak ada mobile modem. Saya terdiam. Teman saya setengah merasa bersalah mengusulkan mengerjakan blog di business center, namun saya menolak. Ya sudah, tidur aja deh, kan mau istirahat...

Ya, hari ini saya benar-benar istirahat, pagi setelah bangun, bersama teman dari luar kota kami sarapan santai di sebuah restaurant di tepi jalan dekat rumah. Suasana yang mendung membuat kami tidak terburu-buru. Karena salah pilih menu - bubur, maka saya jadi cepat lapar. Sebelum tiba di Marbella, Anyer, kami makan lagi, kali ini sup ikan yang luar biasa segar, enak dan sehat! Lalu berenang di pantai, dilanjutkan di kolam renang bergaya laguna. Sayang tak bisa lama di kolam karena airnya sangat pekat dengan kaporit, sehingga memerihkan mata. Malamnya, setelah makan ikan bakar yang luar biasa lezatnya, kami duduk bersantai di sebuah cafe apung, menghitung bintang.

Life is good. Malam ini, di tengah buaian alam yang sedemikian indah dan sempurnanya, saya diingatkan bahwa hidup ini indah. Kadang saya merasa terlalu sibuk, tidak hanya dengan pekerjaan, namun juga urusan rumah,pertemanan, bahkan sibuk dengan diri sendiri sehingga lupa bahwa hidup itu harus dinikmati. Meskipun saya menikmati ritme kerja yang sibuk, pertemanan yang penuh janji dan canda, dan hubungan keluarga yang kadang diwarnai drama, namun tetap saja penting dari waktu ke waktu saya diingatkan akan keindahan hidup yang diberikan Allah. Keindahan yang gratis namun tak ternilai harganya. Saat memejamkan mata dihembus sepoi angin laut dan tidak melakukan apa pun, saya meresapi arti kalimat bijak : everything is nothing, nothing is everything. Pikiran saya melayang sejenak ke almarhum Oom Willem. Ketika di sebuah acara dia mengatakan bahwa ketika semua miliknya hilang, ia malah merasakan kasih Tuhan yang luar biasa sehingga terjadi malah ia mensyukuri kemalangan yang menimpanya. Sebuah pelajaran hidup luar biasa dari seorang bijak seperti Beliau.

Dalam hati saya mengulang-ulang kata-kata itu. Everything is nothing, nothing is everything. Saat ini saya mengalami nothing is everything. Saya tidak melakukan apa-apa selain mengagumi karya Ilahi yang terpapar di langit hitam bertabur bintang, namun saat ini saya merasa menjadi orang paling beruntung dan terkaya di dunia karena diberi kesempatan merasakan nikmat Tuhan, yang belum tentu bisa disadari, dinikmati dan disyukuri oleh setiap orang padahal semuanya ini cuma-cuma. Saya ingat kata-kata saya sendiri yang pernah tertulis di artikel terakhir saya di majalah a+ : Kita ini sering lupa dan tidak menyadari, bahwa hal yang paling berharga di dunia ini kita dapatkan secara cuma-cuma. Everything is nothing, nothing is everything. Life is all good. Terima kasih Tuhan...

No comments: