Karena sudah seharian tidur di mobil, mata saya jadi cukup melek saat perjalanan pulang. Jadi saya memutuskan untuk menonton "Everybody's Fine" yang dibintangi Robert De Niro, Drew Barrymore, Kate beckinsale dan Sam Rockwell.
Dikisahkan Frank (De Niro)yang ditinggal mati oleh isterinya tengah asyik mempersiapkan kedatangan keempat anaknya untuk merayakan akhir pekan bersama, namun harus kecewa karena satu per satu menyatakan sibuk dan membatalkan kunjungan mereka. Merasa kesepian, Frank yang dalam pengawasan dokter tiba-tiba punya inisiatif cemerlang : kalau mereka tidak bisa datang, sayalah yang akan mendatangi mereka. Niatnya memberi kejutan, malah ia yang terkejut-kejut sendiri. Kehidupan anak-anaknya jauh dari apa yang diceritakan mereka selama ini dan jauh dari sempurna.
Saya pribadi paling benci kejutan! I hate, and I don't like surprises. Mereka yang tinggal atau bekerja cukup lama dengan saya tentu paham betul mengenai yang satu ini. Saya akan murka bila ada sebuah kejadian yang disembunyi-sembunyikan dan akhirnya saya tahu lewat jalur lain atau lewat orang lain. Pembantu saya paham, kalau mau pergi, lebih baik pamit kepada saya, dari pada saya tiba-tiba menelpon ke rumah tapi tak ada orang. Kalau ada yang pecah, lebih baik saya segera diberitahu daripada tahu belakangan secara tak sengaja. Saya biasanya tak akan melarang pembantu saya pergi. Saya cuma senang bila diberitahu terlebih dahulu sehingga tahu "what to expect". Karenanya, untuk hal yang kecil-kecil pun, saya lebih senang bila tahu terlebih dahulu. Kalau orang lain sebal bila diberitahu alur cerita sebuah film, saya malah senang tahu terlebih dahulu bagaimana akhir filmnya.
Pengalaman saya tentang surprises adalah seperti yang terjadi di film. Berapa banyak teman saya yang bercerita ingin memberi kejutan pulang lebih awal, dan yang terkejut-kejut mereka sendiri melihat pasangannya bergelut in action dengan orang lain. Di majalah cosmopolitan baik yang women maupun men, berapa banyak cerita konyol karena pesta surprise yang berakhir dengan surprise yang memberi surprise. Khususnya di film tadi, sang ayah yang sangat tahu diri menjadi mengerti ia tidak diharapkan kedatangannya di tengah-tengah keluarga anaknya karena pada saat itu mereka tidak bisa tampil at their best seperti yang biasa mereka tunjukkan saat berkunjung ke rumah orang tua mereka. Betapa hatinya tercekat melihat anak laki yang dibanggakan sebagai conductor orkestra ternyata "hanya" seorang penabuh perkusi. Saya juga tak bisa membayangkan betapa hancur hatinya mengetahui secara tak sengaja bahwa anak perempuan yang membanggakan apartemennya yang cantik dan luas di Las Vegas ternyata hanya meminjam sesaat dari temannya. Namun ia cukup bijak tak mengatakannya. Ia cuma bilang hanya bisa menginap semalam.
So, lesson learned dari film tadi, saya tidak mau membuat kejutan. Kalau saya mau datang ke tempat seseorang, saya lebih baik telepon terlebih dahulu. Kalau saya berniat mengadakan pesta untuk seseorang, saya lebih baik mengatakannya kepada yang bersangkutan. Supaya ia siap, supaya ia at his or her best. Dengan demikian, niat saya membahagiakan orang, memang benar-benar diterima dengan bahagia dan menjadi kenangan manis yang tak terlupakan. Buat saya, kalau sesuatu harus terungkap, biar lah hal itu terungkap bukan pada saat saya ingin memberikan kejutan bahagia yang kemudia berubah total menjadi trauma hidup yang tak berkesudahan. Demikian pula sebaliknya. Saya juga tak suka diberi kejutan. Siapa tahu kejutan yang Anda siapkan setengah mati itu justru tidak berkenan, atau bila Anda bikin surprise party, ternyata orang yang ingin Anda bahagiakan itu sudah ada janji dengan orang lain karena memang tidak berjanji? Yang tadinya mau senang-senang, jadi sakit hati, kan?
Jadi, jangan sok punya ide cemerlang karena gambaran seru dan bahagia bisa jadi terbalik jadi beneran seru karena berantem hebat dan kecewa berat ...
No comments:
Post a Comment