Friday, April 02, 2010

2 April 2010 : Jumat Agung : Seperti yang Terakhir Kalinya

Ketika saya menyaksikan tayangan ulang result show American Idol sebelum berganti hari semalam, ada sebuah ucapan yang sangat menarik ketika Ryan Seacrest menanyai Lee, seorang dari 10 besar ajang mencari bakat menyanyi yang sangat terkenal itu. Lee di malam sebelumnya tampil sangat cemerlang dan mendapat pujian dari keempat juri. Ketika ditanya bagaimana Lee menjaga momentum agar tidak tereliminasi, Lee menjawab, "saya melakukannya seperti akan tampil yang terakhir kalinya." Artinya, ia mempersiapkan sebaik mungkin penampilannya, seperti ia tidak akan tampil lagi di minggu berikutnya. Wow! Saya jadi membayangkan, kalau kita tahu kapan terakhir akan tampil, tentu saya akan mempersiapkan sebaik mungkin sehingga penampilan saya ini menjadi yang paling berkesan dan diingat sepanjang masa.

Itu pula lah yang dilakukan Yesus Kristus. Saat saya merenungkan kisah sengasaraNya hari ini, yang membawaNya mati di kayu salib, saya menyadari bahwa sepanjang hidupNya Ia mempersiapkan karya terbesarNya di akhir hayatNya : Mengorbankan diriNya sendiri bagi penebusan dosa umat manusia dan pada hari ketiga bangkit dalam kemuliaan mengalahkan maut. Sepanjang hayatNya, Yesus dikenal melakukan berbagai macam mukjizat, mulai dari mengubah air menjadi anggur di pesta pernikahan Kana, menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan yang mati. Dalam semua kebesaran itu, Ia mempersiapkan detik-detik terakhirnya sebagai manusia dengan sangat spektakuler dan sempurna, dan dikenang sepanjang masa.

Ia mengawali kisah sengsaraNya dengan perjamuan bersama yang didahului dengan pembasuhan kaki para rasul. Sebuah pesan agar kita saling melayani bukan untuk dilayani. Ia kemudian makan dan minum bersama dan menunjukkan pentingnya kebersamaan. Ia kemudian mengibaratkan diriNya sebagai roti dan anggur, makanan dan minuman, agar teladanNya mengalir dalam diri dan hidup kita. Waktu Ia ditangkap dan Simon Petrus menebas kuping orang yang menangkapNya, Ia malah berbelas kasihan dan menyembuhkan lawanNya. Saat diseret ke sana sini untuk diadili, Ia tidak mengadili dan tidak sepatah kata pun mencela orang yang menzolimiNya. Ketika Ia memanggul salib derita, Ia bahkan masih memberi penghiburan kepada orang lain. Saat tergantung di salib antara hidup dan mati, ia masih mengampuni pendosa yang di sebelahNya. Ia juga memberi contoh kepada kita tentang luhurnya nilai persaudaraan dan menjunjung tinggi cinta kasih anak terhadap ibunya. Di akhir meregang maut, Ia mengajarkan kita tentang penyerahan total dengan memasrahkan hidupNya pada Allah Sang Pencipta. Dan di hari ketiga ketika bangkit, Ia memberi bukti bahwa kesucian mengalahkan segala maut. Terlepas apakah Ia di cap sebagai Tuhan kelompok tertentu, kisah dan kesaksian hidupNya memberikan inspirasi luar biasa kepada siapa pun yang terbuka menerimanya.

Hari ini ketika mengenang sengsara Yesus, saya terinspirasi atas ucapan Lee dan renungan akhir kehidupan Yesus di dunia ini dua ribu tahun yang lalu. Saya sendiri tak tahu kapan hidup ini berakhir, namun tentu sama seperti jika saya tahu kapan waktunya, saya disadarkan untuk berbuat yang terbaik setiap saat. Lee tidak tahu apakah minggu ini tereliminasi atau tidak. Karena di musim-musim sebelumnya, selalu terjadi kejutan bahwa yang difavoritkan justru tersingkir di awal musim. Tapi begitulah hidup. Karenanya Yesus selalu berpesan agar kita bersiap-siap setiap saat karena seperti pencuri, kita tidak tahu kapan saatnya tiba.

Jumat Agung kali ini membawa makna yang baru bagi saya. Kalau selama ini Jumat Agung lebih berarti harus mengikuti seremoni terlama sepanjang tahun, maka hari ini saya ditunjukkan sisi lain dari peringatan akhir perjalanan Yesus sebagai manusia. Sama seperti tauladanNya, saya diingatkan untuk selalu melakukan yang terbaik dalam bekerja, bersahabat, berinteraksi dengan keluarga, dan siapa pun juga, atau ringkasnya, melakukan yang terbaik dalam tutur kata, agar bila harus berakhir kapan pun juga, kita tahu bahwa kita sudah meninggalkan ucap dan laku yang berkesan dan dikenang sepanjang masa. Have a blessed Good Friday, everyone! God Bless You always...

No comments: