Malam ini saya baru sampai di rumah jam 21:00 lewat. Sambil menunggu makan malam disiapkan, saya browsing acara televisi dan terhenti di serial film Lipstick Jungle yang dibintangi Brooke Shields. Brooke Shields adalah bintang favorit saya karena kecantikannya. Saking kesengsem dengannya sampai saya memasang posternya yang setinggi badan di balik pintu kamar kos di Salatiga. Saya juga rela berkorban terkaget-kaget berkali-kali dikejutkan Brooke Shields di tengah malam ketika masuk kamar dari kamar kecil dalam keadaan mengantuk!
Saya baru sekali ini menonton Lipstick Jungle jadi tak tahu ujung pangkal ceritanya, tak tahu siapa-siapa karakter di cerita itu, yang saya tahu hanya Brooke Shields yang tetap cantik di usia matangnya. Episode kali ini adalah adegan dimana Brooke Shields bermasalah dengan suaminya, terutama soal jadwal kebersamaan. Saya tidak tahu apa pekerjaan sang suami sehingga membutuhkan manajer, mungkin dia penyanyi, namun di adegan itu terjadi juga bersitegang antara Brooke Shields dan manajernya soal prioritas kerja dan jadwal kebersamaan sebagai keluarga. Yang satu merasa bertanggung jawab untuk mengisi waktu sang atasan dengan berbagai kegiatan yang menghasilkan uang, yang satu merasa berhak mendapatkan prioritas waktu kumpul keluarga.
Maka suasana pun menjadi hambar. Komunikasi jadi tak lancar, mau bicara pun malas dan sebal. Air mata bercucuran. Ketika ditanya pulang makan malam, suaminya cuma menjawab datar tanpa kecupan di kening dengan, "Saya usahakan." Akhirnya Brooke Shields mengusulkan mereka menemui konselor perkawinan. Karena telat menonton, film itu habis begitu saja saat sang suami mengiyakan dan pergi meninggalkan rumah dengan acuh tak acuh ...
Saya jadi ingat pernikahan saya sendiri yang sekarang tinggal sejarah. Dan juga hubungan saya yang bubar setelah delapan tahun. Awalnya, semua berjalan lancar dan penuh gairah. Kami saling memprioritaskan pasangan. Maunya kangen, kangen, kangen. Kami mengatur waktu secerdik-cerdiknya supaya punya waktu banyak untuk bersama. Namun dengan berjalannya waktu, mungkin justru ketika kami merasa semua aman, dan pasangan menjadi bagian yang melekat dengan diri, prioritas pun bergeser untuk yang lain. Maka pekerjaan mengambil alih. Kalau pun ada waktu ingin juga berkumpul dengan teman dan kerabat. Pasangan? Ah kan ketemu setiap hari ...
Sedang asik merenung seperti itu, tiba-tiba masuk pesan lewat blackberry. Saya melongo. Lho, kok seperti kebetulan mendapat jawaban? Sebuah kutipan indah dari presiden Amerika Abraham Lincoln soal komitmen. Katanya :
Commitment is what transforms a promise into a reality. it is the words that speak boldly of your intentions. And the actions which speak louder than the words. It is making the time when there is none. Coming through time after time after time, year after year after year.
Commitment is the stuff character is made of; the power to change the face of things. It is the daily triumph of integrity over skepticism.
Komitmen adalah transformasi sebuah janji menjadi kenyataan. Komitmen adalah kata-kata yang berbicara tegas akan niat Anda. Dan perbuatan-perbuatan yang berbicara lebih lantang dari kata-kata. Komitmen menyediakan waktu saat tak ada waktu. Melewati waktu ke waktu ke waktu, tahun ke tahun ke tahun.
Komitmen adalah bahan yang menciptakan sifat; kekuatan untuk mengubah berbagai hal. Komitmen adalah keberhasilan cemerlang sehari-hari akan ketulusan di atas keraguan.
Maka saya menganalisa. Awalnya ya, saya melakukan janji-janji dan mengubahnya menjadi kenyataan. Melakukan hal-hal yang bisa mencerminkan dan menerjemahkan rasa berbunga di hati saya. Menyediakan waktu meskipun sebetulnya tak ada waktu, dan mencurinya dari waktu yang sebetulnya dan seharusnya saya dedikasikan untuk keperluan dan orang lain. Yang menjadi masalah adalah melewati waktu ke waktu ke waktu dan melalui tahun ke tahun ke tahun. Di sinilah biang lunturnya komitmen dan kendornya semangat. Yang membuat komitmen urung menjadi sifat, dan kehilangan kekuatan mengubah berbagai hal sehingga gagal membuahkan ketulusan dan berbuah keraguan yang akhirnya membawa kami ke gerbang kehancuran...
Malam ini saya disadarkan bahwa komitmen bukan melulu soal mewujudkan janji, namun juga berteguh mewujudkannya melewati waktu ke waktu ke waktu, tahun ke tahun ke tahun. Itu yang hilang dari hubungan saya yang lalu. Saya membiarkan banyak hal lain mengambil prioritas hubungan saya dengan mantan isteri dan kekasih saya, dan saya membiarkan pasangan saya diambil alih oleh prioritas lain yang menjauhkan kami berdua.
Malam ini, saya belajar tentang komitmen. I have wasted my two precious relations in the past. Dan berharap bila diberikan, di kesempatan ke tiga dapat mewujudkannya melewati waktu ke waktu ke waktu. Bagaimana dengan Anda? Di mana posisi Anda? Ingat! Melewati waktu ke waktu ke waktu, tahun ke tahun ke tahun ... Semoga belum terlambat!
No comments:
Post a Comment