Saturday, May 15, 2010

14 Mei 2010 : Rukun

Ini merupakan kelanjutan kemarin. Hari ini saya memenuhi janji bertemu dengan ibu setelah pertemuan sebelumnya dikacaukan oleh seorang anggota keluarga dekat yang motifnya tidak jelas. Yang membuat frustrasi adalah, dalam janji makan malam hari ini, si pengacau itu masuk dalam rombongan yang harus saya jamu. Saya mengungkapkan rasa kekesalan dan frustrasi kepada kakak tertua dan dia juga jadi kebingungan. Satu sisi dia mengerti perasaan saya, satu sisi dia kasihan pada ibu kalau pertemuan malam ini tidak jadi, karena kami memang sudah lama tak bertemu.

Saya sama sekali tidak ada masalah dengan ibu dan kakak-kakak saya, namun saya tidak mengerti mengapa ada saja orang usil yang mau mengusik kehidupan orang lain dan dengan kurang ajarnya mencoba ikut campur. Saya protes pada kakak saya melalui bbm :

- Kalau dia bisa bilang aku jangan datang sama ini itu, kenapa sekarang aku tidak boleh melakukan hal yang sama? Aku benar benar kecewa dan marah dengan keadaan. Not fair. Memangnya hidup dia itu bener?

Kakak saya yang sudah pusing dan mati akan menjawab :

+ yang menentukan benar dan tidaknya adalah Yang Di Atas. Masing-masing menanggung akibatnya sendiri. Aku nggak mau pusing, wasting time kann! Untuk aku, mum adalah my mother, kalian adik-adikku yang semua kucintai.

Jawab saya :

- That's right! That exactly it! So bilangin mereka jangan judge people!

Akhirnya saya capek juga. Saya bilang, "ya udah, aku cuma pengen curhat aja. Selama ini aku diam saja."

Kakak saya mencoba menenangkan dan menghibur. Saya jawab :

- Wah,kamu nih. Ini karena kejadiannya sama aku aja kamu gini, coba kamu yang mengalami, pengen tau deh.

Dia menjawab :

+ Adanya kejadian dengan ... (nama keluarga suaminya), aku nggak mau keluarga kita berantakan karena orang lain. Pelajaran bagi aku.

Saya seperti tersambar petir. Benar juga. Masalah ini timbul justru bukan dari saya, ibu dan kakak-kakak saya, tapi dari orang lain yang dengan kurang ajarnya kepoh! Saya lalu mengakui :

- Hm good point! Jadi diapain dong para ... (ups maaf sensor) ini! Hahaha

Kakak saya menggambarkan icon tertawa lebar.

Mempertahankan kerukunan antar saudara dalam sebuah keluarga tidak mudah. Namun setelah kami semua berkeluarga, mempertahankan kerukunan itu menjadi semakin tidak mudah lagi karena masuknya orang lain dalam kehidupan keluarga kita yang harus dianggap keluarga. Beruntung kalau orang lain ini memiliki visi yang sama dalam keluarga. Kalau tidak, dan apa lagi kalau anggota baru ini punya visi, misi dan nilai yang lain, waduh runyam jadinya, karena kemudian bisa jadi si penyusup ini bikin intrik-intrik yang menjadi percikan api yang bisa jadi bara besar dalam keluarga. Penyusup ini bisa jadi muncul dari luar keluarga inti, alias sepupu atau tante atau om atau siapa pun di luar lingkup keluarga ini bisa jadi pemicu.

Kalimat kakak saya yang menekankan keterlibatan dan campur tangan orang lain, kemudian saya renungi dan benarkan, bahwa ternyata intrik yang terjadi di keluarga datangnya justru lebih banyak dari orang lain. Relakah keutuhan kami dirusak orang lain? Tentu tidak.

Hari ini, saya jadi belajar. Untuk menjaga keutuhan keluarga ada beberapa hal yang harus saya lakukan, seperti malam ini ketika acara makan malam kami berjalan lancar dan baik-baik saja:

1. Kalau ada apa-apa, percayalah pada anggota inti keluarga. Jangan menelan apa yang dilakukan atau dikatakan orang lain tentang anggota keluarga kita. Tanyakan langsung pada anggota keluarga yang bersangkutan.
2. Untuk orang lain yang kepoh, mungkin tips terbaik adalah mengikuti pepatah kuno. Anjing Menggonggong, Kafilah berlalu. Biarkan saja, cuekin saja. Yang penting keutuhan dan kerukunan keluarga inti terjaga dan setiap anggota sadar akan kualitas si kepoh. Artinya semua tahu bahwa apa yang dilakukan dan digossipkan si kepoh sama sekali tak perlu digubris karena percaya dan yakin akan kebenaran anggota keluarga inti kita. Memang jadi capek juga karena harus selalu waspada akan susupan ular beludak di keluarga. Tapi mau diapakan lagi, bukannya kemarin saya sudah sadar bahwa di dalam keluarga, pasti ada (minimal) satu orang yang seperti itu. Seorang kerabat mengingatkan dengan bijak, biarlah karmanya ditanggung dia sendiri nantinya.

Any way, pelajaran paling berharga hari ini datangnya dari Herlin : Jangan biarkan keluarga kita (inti) tercerai karena orang lain! I love you my big sis, I owe you big for giving me this precious lesson! I love you too mom, Gita, Rachmat and Loan! You are the best family anybody can ask for! Don't let anybody interfere that.

No comments: