Monday, May 31, 2010

29 Mei 2010 : Bebek

Sebuah acara pencari bakat di televisi menampilkan tiga penari asal Papua yang sangat berbakat dan membuat para juri terkagum-kagum. Salah seorang juri, seorang pembawa acara kawakan menanyakan apakah ada idola yang menjadi inspirasi bagi para pemuda itu saat membentuk kelompok tari dan menciptakan tarian-tarian yang sangat kreatif itu. Sang penari mengatakan, "tidak ada." Ketika dikonfirmasi ulang dari mana datangnya ide tarian itu, sang penari kembali menegaskan, "saya sendiri." Maka respons si juri dengan nada pandang terganggu adalah, "Sombong sekali."

Saya yang diam menonton pembicaraan ini kemudian menjadi sangat terusik dan mempertanyakan, "Sekarang, siapa yang sombong?" Memangnya orang tidak boleh punya ide sendiri dan kreasi sendiri? Mengapa orang harus punya inspirasi atau idola orang lain untuk bisa menciptakan? Saya sungguh kaget sekaligus kasihan mendengar komentar juri yang sok tahu itu. Kasihan karena orang-orang semacam ini lah yang justru tidak memacu masyarakat Indonesia untuk berkreasi dan menggali bakatnya. Orang seperti inilah yang justru mengerdilkan bangsa ini menjadi bangsa yang selalu berpikiran tidak bisa mencipta dan harus membebek orang lain yang dianggap lebih bisa dari kita. Sungguh ironis kata-kata itu keluar dari seorang juri Indonesia Mencari Bakat.

Tapi untung si juri bersikap seperti itu. Kalau tidak, saya tak pernah tersentak seperti ini. Malam ini saya dibukakan mata betapa bangsa kita ini dikerdilkan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi penyemangat terhadap Indonesia yang lebih maju dan bermartabat. Indonesia yang mencipta dan bukan hanya ikut saja.

Saya sedih terhadap pendidikan masyarakat kita yang dipacu untuk mengacu pada seorang idola. Seolah kita ini diajari untuk terinspirasi menjadi seorang ini atau itu. Seolah kita ini harus punya panutan. Saya heran kenapa di era yang justru mementingkan kreativitas, sang juri malah merasa heran ketika kita bisa karena diri kita sendiri, dan tidak ikut-ikutan menjadi orang lain. Saya tiba-tiba teringat kalau sedang pergi ke pasar seni di Bali atau di Jawa Barat atau di Malioboro. Yang dijual hal yang samaaa semua. Apakah yang seperti ini adalah hasil panutan? Buat saya malah menyebalkan. Kalau saja masing-masing pedagang datang dengan barang dagangannya yang unik, maka acara berbelanja justru akan semakin semarak, dan nilai jual dagangan kita juga semakin tinggi karena tak ada pembanding.

Malam ini saya dibukakan mata untuk tidak punya idola. Untuk memacu diri menjadi seorang mampu menciptakan sesuatu dalam hidup ini karena terinspirasi pengalaman dan pengetahuan hidup saya. Malam ini saya ditunjukkan jadi diri sendiri. Bukan menjadi orang lain atau ingin jadi orang lain.

No comments: