Monday, May 31, 2010

28 Mei 2010 : Candi Hati

Ketika umat Buddha memperingati Hari Suci Waisak dengan mengunjungi Candi Borobudur dan Mendut, saya malah melakukan sebuah ziarah yang berbeda sesuai agama yang saya anut : Katolik. Saya pergi ke sebuah tempat terpencil, 17 km dari Yogyakarta ke arah selatan di daerah Ganjuran. Saya sendiri malam ini mengerti apa yang dimaksud dengan takdir suratan, destiny, karena saya tidak pernah mengenal tempat ini sebelumnya, dan tidak mengerti mengapa saya dituntun ke tempat ini.

Tepat lewat tengah malam saya memasuki pelataran Gereja Candi Hati Kudus Yesus di Ganjuran. Gereja ini didirikan oleh Schumutzers pada 16 April 1924 sebagai ungkapan syukur atas berkat melimpah yang diperoleh keluarga Schumutzers dan penduduk sekitar. Selain gereja yang sangat jawa tiu, merreka juga membangun 12 sekolah rakyat sebagai simbol 12 rasul Yesus. Sekolah-sekolah tersebut masih berdiri hingga sekarang. Saat ini gereja ini memiliki sekitar 7000 umat tersebar di 27 wilayah, sebagian besar adalah kaum petani. Di atas tanah seluas 2,5 hektar kawasan ini terdiri dari gereja induk bergaya joglo, pastoran, ruang pertemuan, bangunan candi dan pelatarannya, halaman parkir dan makam. Kawasan ini dibuka 24 jam.

Yang menarik dari kawasan Ganjuran ini adalah sebuah candi bergaya Jawa Hindu yang di dalamnya ditahtakan arca Kristus Raja dalam busana kebesaran Raja Jawa dengan tanganNya menunjuk Hati Kudus Yesus yang menyala. Di sebelah kiri candi terletak sederet keran yang mengucurkan Air Candi Ganjuran yang terkenal dengan sebutan Tirta Perwitasari. Mata air ini ditemukan ketika Gereja Ganjuran sedang kesulitan air bersih. Keberadaan sumber air itu diyakiuni sebagai wujud nyata Kebesaran Hati Kudus Yesus. Sejak saat itu berbagai mukjizat terjadi di sana.

Saat saya memasuki area itu, masih banyak orang tekun berdoa di pelataran terbuka ditemani cahaya bulan purnama. Satu per satu menanti giliran menapaki tangga sempit candi menuju ke tahta Kristus Raja dan berdoa khusuk di kaki Sang Raja. Yang membuat saya terpesona adalah ragam yang datang. Orang Cina berdoa membawa hio, islam berjilbab juga melakukan zikir di sana, pelaku kejawen lengkap dengan busana seperti panembahan senopati juga ada di sana, selebihnya umat katolik biasa dengan menggenggam rosario. Saya ikut mengantri di sana ingin tahu dari dekat arca yang begitu disakralkan penduduk setempat. Suasana dingin dan berbulan bulat menambah kesan suci tempat ini. Seorang ibu yang mendapat giliran tepat di depan saya menapaki tangga candi dan dari bawah saya bisa mendengar rintihan tangis duka karena suaminya sedang sakit keras.

Sambil menanti waktu tunggu yang panjang, saya membacakan berbagai doa penyerahan dan penyilihan dosa pada Hati Kudus Yesus. Saya akhirnya tiba di kaki Yesus dan terdiam. Saya kemudian menatap wajahNya dan seketika itu juga terjadilah pembicaraan batin yang tak dapat saya ungkapkan di sini. Saya merasa arca itu begitu hidup dan berkali-kali menunjukkan hati kudusnya pada saya. Saya yakin, begitu banyak orang yang datang ke sini sebelum dan sesudah saya untuk memohon pelepasan atas derita atau masalah atau minta berkah. Saya datang di sini sungguh sungguh "blank", bukan karena saya tidak punya permohonan apa-apa, namun karena saya tidak punya permohonan yang segitu pentingnya sehingga saya harus jauh-jauh datang ke sini untuk minta berkah. Saya merasa datang ke sini karena dipanggil. Selama ini saya tidak tahu sama sekali mengenai tempat ini. Seorang kenalan mengatakan bahwa saya harus ke Ganjuran dan belum 30 hari ia mengatakannya, saya ada di sini, melalui jalan berliku, tetapi akhirnya sampai juga. Jadi pasti ada sesuatu yang diinginkan dari saya di sini. Apa pun itu, sampai saat ini saya belum juga mengerti. Yang jelas saya mendapat berbagai pelajaran dan pemahaman:

1. Jangan fanatik. Saya begitu terkagum menyaksikan begitu beragamnya umat yang datang.
2. Pasrah dan Percaya. Jangan menentang panggilanNya. Ikuti jalannya dengan tulus dan ikhlas. Saya sendiri heran bagaimana saya sampai ke sebuah tempat yang sebulan lalu saya bahkan tak pernah mendengarnya.
3. Hati Kudus. Semua fasilitas yang ada di tempat ini, termasuk air dan candinya terpusat pada satu hal : Hati yang Kudus. Sebuah peneladanan yang mulai sekarang harus saya cerna dan pahami maknanya, serta menjalani teladanNya.

Ganjuran, sebuah misteri Ilahi yang luar biasa dampaknya bagi kehidupan keimanan saya akan Hati Kudus Yesus yang sudah selama bertahun-tahun ini saya doakan. Ketika disebut namanya pertama kali dan mencaritahu ada apa di Ganjuran, saya terkejut. Gereja Hati Kudus Yesus untuk seorang yang selama ini berdoa kepada Hati Kudus Yesus. Kalau selama ini bertemunya lewat doa, maka kini secara spiritual kami dipertemukan melalui sebuah gereja dan candi yang diperuntukkan bagi Hati Kudus Yesus...

No comments: